Jamie (35 tahun) adalah ibu tunggal dengan dua anak, Leon (10 tahun) dan Markus (7 tahun). Semua nama di sini adalah nama samaran. Jamie menceritakan pengalaman saat melihat Leon masturbasi kepada theAsianParent.com Singapura beberapa waktu lalu.
Anakku 10 tahun dan aku melihatnya ia melakukan masturbasi…
Mereka tinggal di sebuah apartemen di Siglap, Singapura. Jamie adalah seorang perawat dan sering bekerja sampai larut malam. Anak-anaknya diasuh asisten rumah tangga yang tinggal bersama mereka.
“Punya anak cowok rasanya seperti tinggal di asrama mahasiswa. Selalu berisik, banyak barang yang rusak dan kotor di mana-mana. Bagi saya, semua itu sudah biasa. Lalu peristiwa ini terjadi, dan menggalaukan hati saya.
Saya pulang dari rumah sakit tengah malam. Saya ingat waktu itu malam Minggu. Semua lampu di rumah sudah dimatikan.
Pintu kamar anak-anak tertutup rapat. Biasanya saya masuk ke sana untuk memeluk dan mengucapkan selamat tidur. Saya pun pergi ke kamar Leon.
Waktu saya masuk, lampu tidurnya sedang menyala. Dalam keremangan saya melihat ia memegang kemaluannya, dan saya melihat semuanya.
Saya tertegun, menatapnya dan tak tahu harus berbuat apa. Leon terkejut melihat saya. Ia berteriak meminta saya keluar, lalu menutupi dirinya dengan selimut.
“Saya bergegas keluar kamar, perasaan saya bercampur aduk. Saya marah, merasa jijik dan miris. Saya berusaha menenangkan diri. Saya juga biarkan Leon menenangkan diri.
Saya pergi mandi sambil berpikir, bagaimana cara saya menjelaskan semua ini kepadanya. Kami tak bisa berpura-pura nggak terjadi apa-apa kan?
Umur anak itu baru 10 tahun, apa itu normal? Dari mana ia tahu cara melakukan masturbasi? Apa Markus melakukannya juga? Apa yang harus aku lakukan?”
Pendidikan seks di sekolah
“Tak berapa lama saya datang ke kamarnya lagi. Kali ini saya ketuk pintu kamarnya dulu. Dia meringkuk di sudut tempat tidurnya, tampak malu dan takut. Saya tak ingin ia merasa saya sedang menghakiminya.
Awalnya saya merasa canggung membicarakan ini dengan anak saya, tapi saya harus melakukannya.
Saya dekati dia, lalu duduk di sampingnya dan memegang tangannya. “Tidak apa-apa, Sayang. Tapi kita harus membicarakannya. Ibu tahu masturbasi hal yang wajar pada anak laki-laki, tapi Ibu tidak menyangka kamu sudah melakukannya. Bilang sama Ibu, apa perasaanmu dan kita bisa menyelesaikan masalah ini sama-sama.”
“Aku malu, Bu. Jangan bilang sama Markus ya,” ujarnya sambil menunduk. Ia tampak malu, dan tak mau menatap mataku.
“Maaf Bu, aku merasakan sesuatu yang aneh dengan diriku. Aku sudah melakukannya beberapa kali waktu sedang mandi. Rasanya biasa-biasa aja sih. Apa aku salah, Bu?
Di sekolah kami sudah diajarkan tentang pendidikan seks dan ada juga tentang masturbasi. Apakah aku belum cukup umur buat melakukannya?”
Aku jelaskan pada Leon, masturbasi adalah sebuah proses alami, dan ia nggak perlu malu karena itulah tahap menuju dewasa. Masturbasi adalah suatu hal pribadi, tapi tidak memalukan.
Dalam hati aku berterima kasih pada guru Leon, karena telah mengajarkan pendidikan seks di sekolah, sehingga aku tidak perlu menjelaskan semuanya dari awal kepada Leon.
Ada baiknya jika sekolah mendidik para murid sebelum mereka tahu dari sumber yang tidak baik.
Lalu kami bicara tentang teman-teman cowoknya di sekolah. Apa mereka pernah bilang kalo sudah pernah masturbasi juga? Saya lega karena Leon dan teman-temannya mengerti tentang apa itu masturbasi, dan apa yang terjadi dengan tubuh mereka jika mereka melakukannya.
Melihat anak bermasturbasi dengan mata kepala sendiri memang bikin syok. Tapi apa yang ia lakukan bukan sesuatu yang salah. Saya pikir, kelak saya juga harus membicarakan ini dengan adiknya.
***
Mungkin Anda tidak setuju dengan pendapat Ibu Jamie di atas. Mungkin Anda menganggap masturbasi itu perbuatan yang salah. Namun kita semua pernah remaja, dan sama-sama tahu apa yang kita rasakan di masa remaja.
Mungkin Leon kecepatan, karena usianya baru 10 tahun. Namun ABG jaman sekarang, bukankah memang jauh lebih “dewasa” daripada jaman kita dulu?
Pendidikan seks di rumah dan di sekolah mutlak dibutuhkan, jika kita ingin anak tahu apa yang akan terjadi jika mereka melakukannya.
Remaja kecanduan pornografi dan terlibat pergaulan bebas karena mereka ingin tahu, tapi tidak ada yang mengajarkan mereka tentang itu.
Parents, jangan tunda bicara tentang “perubahan tubuh remaja” dengan anak ABG Anda di rumah.
Membicarakan seks secara terbuka dengan anak adalah kewajiban kita. Ini perlu kita lakukan agar anak tidak memuaskan rasa ingin tahunya pada hal-hal yang berakibat buruk bagi masa depannya.
Tanyakan kepada pihak sekolah, kapan mereka akan menyelenggarakan sex education, dan apa saja materinya. Jadi, Anda tahu perkembangan pengetahuan anak Anda.
Baca juga:
Inilah Panduan Pendidikan Seks Menurut WHO dan UNICEF
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.