Menjadi orangtua tunggal yang mandiri dan bertanggung jawab
Parents, beberapa dari Anda mungkin telah memilih jalan hidup menjadi orangtua tunggal setelah Anda bercerai dengan ayah/ibunya anak-anak. Ada juga yang menjadi orangtua tunggal karena pasangan Anda pergi untuk selamanya.
Apapun penyebabnya, status dan tanggung jawab Anda sebagai orangtua tidak berubah. Bahkan bisa jadi akan semakin bertambah jika Anda memutuskan untuk bekerja menghidupi anak-anak seorang diri.
Tips berikut saya tuliskan sebagai masukan agar langkah kaki Anda semakin mantap dalam menjalani peran sebagai orangtua tunggal.
1. Jangan menangis/mengeluh di depan anak
Masa awal menjalani hidup sebagai orangtua tunggal memang berat, tetapi simpanlah kesedihan dalam hati saja. Sesulit apapun hidup yang sedang kita jalani, jangan sampai anak melihat kita menangis.
Ingatlah bahwa segala aspek kehidupan anak dipengaruhi oleh sikap orangtuanya. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang muram jika sering melihat Anda bersedih.
2. Segera temukan identitas baru Anda
Ketika masih berpasangan, identitas kita adalah istri dari si A. Bahkan ada juga beberapa dari wanita yang menambahkan nama belakang suami sebagai namanya.
Pada 1-3 tahun hidup kita sebagai orangtua tunggal bisa bikin mati gaya, karena kita telah kehilangan identitas sebagai istri si A. Bukan tidak mungkin seorang janda akan bertingkah seperti ABG, karena ia sedang berusaha mencari jati dirinya kembali.
Segera temukan dan kembangkan potensi tersembunyi agar Anda dapat menemukan siapa diri Anda yang sesungguhnya. Sebagai contoh adalah J.K Rowling, penulis novel serial Harry Potter.
Awalnya ia menulis Harry Potter sebagai kisah pengantar tidur untuk anaknya, sekaligus sebagai pelarian dari kesedihan akibat perceraian. Ia tidak menyangka bahwa di kemudian hari Harry Potter membuat dirinya menjadi penulis novel terlaris abad ini.
3. Bersosialisasi
Seorang wanita yang menjadi orangtua tunggal mungkin akan malas bersosialisasi, karena cap negatif yang sering kali dialamatkan masyarakat pada sosok janda. Anda tak perlu marah atau sakit hati karena pola pikir semacam itu telah terbentuk sejak berabad silam dan sulit sekali mengubahnya.
Anda kan tidak sendiri, ada anak di samping Anda. Peganglah tangannya erat saat Anda mengajaknya hadir di pertemuan keluarga, pentas seni 17-an di kompleks atau datang ke rapat wali murid di sekolah.
Dengan sering bersosialisasi anak akan bertemu teman-teman baru dan dapat melupakan kesedihannya berpisah dengan ayah/ ibunya meski hanya sesaat.
4. Aktivitas non akademik
Dukung anak untuk mengikuti aktivitas non akademik atau kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minatnya. Kegiatan yang berhubungan kesenian adalah pilihan ideal karena ia akan bebas mengekspresikan isi hatinya.
Saat berpisah dengan sang mantan, anak juga sama sedihnya dengan Anda. Berilah anak kesempatan untuk melepaskan kesedihan melalui seni. Berikan pujian agar ia termotivasi menempatkan rasa sedih dan memiliki rasa bangga melalui karya seni ciptaannya.
5. Mengamati alam
Dulu saat saya masih kecil, Kakek sering mengajak saya berjalan-jalan di pagi hari untuk melihat matahari terbit, gunung dan burung-burung. Saya kadang kesal karena masih mengantuk dan beranggapan kegiatan itu tidak ada gunanya.
Sekarang saya memahami tujuan Kakek dan bersyukur pernah mengalaminya. Mengamati alam bebas menimbulkan rasa takjub dan senang karena anak akan menyadari adanya sesuatu yang hidup di alam. Sesuatu yang akan membuatnya tidak kesepian, meski ia sedang seorang diri.
6. Ajarkan tentang menerima
Menyantuni anak yatim adalah sebuah anjuran baik bagi pemeluk agama Islam. Meski Anda telah bekerja dan mampu menghidupi anak sebagai orangtua tunggal, jangan menolak jika ada seseorang yang ingin menyantuni anak Anda. Apa yang membuat santunan itu berharga bukanlah nilai nominalnya, tapi tujuan yang tersembunyi di dalamnya.
Menjadi anak yatim bukanlah sesuatu yang diinginkan anak manapun di dunia ini, dan anak mungkin tidak dapat menerima kenyataan yang sedang dijalaninya. Menerima pemberian akan melatih anak tentang bagaimana cara menerima suratan takdir dengan lapang dada.
7. Jangan ceritakan keburukan sang mantan
Anda mungkin melalui proses perceraian yang panjang, rumit dan menguras air mata. Meski cinta Anda pada mantan suami/istri telah musnah, itu bukan alasan untuk menjelek-jelekkannya di hadapan anak.
Ceritakanlah tentang hal yang baik-baik saja tentang sang mantan, meski hati akan sedikit teriris mengenang masa lalu. Beri kesempatan anak untuk menghabiskan waktu dengan mantan suami/istri Anda jika ia menginginkannya.
8. Ceritakan pada saat yang tepat
Pertanyaan-pertanyaan klasik seperti ,”Mengapa aku tidak punya ayah/ibu?” atau, “Mengapa Ibu dan Ayah tidak tinggal bersama?” pasti akan meluncur dari anak Anda. Katakan saja yang sebenarnya, tapi dengan penjelasan yang sejalan dengan pola pikir anak.
Anak saya melontarkan pertanyaan ini di usia 5 tahun karena melihat teman-teman TK-nya pulang sekolah bersama ayah atau ibunya. Jawaban saya adalah, “Adek punya ayah tapi dia sudah meninggal waktu Adek masih di dalam perut Mama.”
Anak perlu memahami bahwa ia punya ayah/ ibu, tapi ia tidak bisa menemuinya karena ayah/ibunya sudah meninggal atau tinggal terpisah darinya. Pemahaman ini bertujuan agar anak tidak merasa minder karena tidak seberuntung teman-teman sebayanya.
Parents, selamat mencoba.
Baca juga :
Beratnya jadi seorang ibu tunggal, ibu ini berbagi pengalamannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.