geng orang tua murid di sekolah bisa jadi sangat menyebalkan.
Semasa SMA sepertinya kurang keren kalau tidak tergabung dalam salah satu geng yang ada di sekolah. Tapi bagaimana seandainya para orang tua tak ketinggalan membentuk geng, terutama di lingkungan sekolah anak Anda?
Fenomena semacam ini biasanya terjadi di lingkungan sekolah TK atau SD kelas 1-2. Berdalih anak masih kecil dan belum bisa mandiri, sejumlah orang tua (terutama kaum ibu) berinisiatif menunggui putra putri mereka dari awal jam pelajaran sekolah dimulai hingga bel pulang berbunyi. Sembari menunggu para orang tua murid yang menunggu di depan gerbang sekolah atau ruang tunggu yang disediakan menjalin komunikasi intens seputar tugas yang harus dikumpulkan, tukar menukar buku catatan, dan kemudian berlanjut ke obrolan khas rumah tangga seperti urusan dapur, arisan, dsb.
Bosan dengan obrolan yang itu-itu saja bisa jadi godaan sekelompok orang dewasa (sekali lagi, ibu-ibu) untuk mengalihkan topik pembicaraan ke keadaan sekitarnya. Mulai dari mengomentari cara berpakaian sesama orang tua murid sampai pekerjaan suami masing-masing dan berapa besar gajinya. Yah, sebelas dua belas dengan obrolan ibu-ibu tetanggalah.
Beberapa orang tua murid yang merasa punya kesamaan biasanya akan membuat kelompok sendiri, sementara ibu-ibu lain di luar geng itu mungkin akan merasa gerah karena merasa tidak memiliki kesamaan. Para orang tua murid dengan nilai rapor yang biasa-biasa saja bisa jadi minder bertegur sapa dengan geng orang tua dari murid yang berprestasi cemerlang. Ibu-ibu dari kelas ekonomi atas, ibu-ibu muda, ibu-ibu bergadget asyik ngobrol sendiri, sementara para orang tua yang merasa tidak termasuk klasifikasi manapun dari kelompok tersebut makin tersisih karena tak punya teman ngobrol.
Kami punya beberapa tips untuk Anda agar tak mati gaya saat berhadapan dengan berbagai macam geng orang tua murid di sekolah.
- Berpikir positif. Anda hendak menjemput si kecil, waktu Anda sampai di sekolah ada sejumlah ibu-ibu duduk mengobrol sambil memandangi Anda. Apakah mereka sedang menggosipkan tentang perilaku anak Anda yang nakal dan sering mengganggu anak-anak mereka? Belum tentu. Bisa jadi mereka sedang membicarakan lezatnya baso yang dijual di depan gerbang sekolah, dan penjualnya kebetulan lewat di belakang Anda.
- Jaga kerukunan. Tetap sapa dengan sopan para anggota geng orang tua murid, tak peduli apapun reaksi mereka. Bila kebetulan Anda mendengar geng orang tua A sedang memusuhi geng orang tua B, tetap perlakukan mereka sebagai teman dan jangan tergoda untuk ikut-ikutan membuat geng orang tua tandingan. Ingat, para orang tua murid di sekolah bukan kawan-kawan SMA yang saling bertegur sapa dengan manis. Jadi bersiap-siaplah jika suatu saat sapaan Anda dibalas ucapan ketus, atau malah dicuekin.
- Kesempatan dalam kesempitan. Ada acara pentas seni akhir tahun ajaran dan sekolah kekurangan dana. Coba dekati geng orang tua yang suka pamer dan bujuk mereka untuk memberikan sumbangan. Bujuk mereka untuk menyumbang dalam jumlah besar dengan dalih nama penyumbang akan ditulis dalam buku panduan acara, spanduk, dll. Anda juga bisa memanfaatkan geng orang tua dari jenis ini untuk membeli barang dagangan yang Anda bawa ke sekolah, dan panas-panasi anggota geng orang tua lainnya untuk bertindak sama. Anda juga bisa memanfaatkan geng orang tua murid cerdas (selalu menempati ranking 1-3 di kelas) dengan menanyakan cara mengerjakan soal PR Matematika, atau bertanya tentang cara belajar anak-anak mereka sehingga bisa menjadi juara kelas. Siapa tahu bisa menambah wawasan untuk mengubah cara belajar Anda Anda.
- Jangan lama-lama. Saya yakin Anda punya setumpuk pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan pada saat Anda pergi menjemput anak sepulang sekolah. Atau, anak Anda punya adik batita yang juga membutuhkan perhatian Anda. Daripada membuang waktu untuk membicarakan hal-hal yang kurang penting, lebih baik Anda segera kembali ke rumah setelah menjemput anak pulang sekolah. Ketiadaan aktifitas yang berkualitas memicu para ibu untuk melakukan sesuatu yang remeh temeh, dan ujung-ujungnya menyakiti peraaan orang lain. Jika anak Anda masih duduk di PAUD dan Anda ingin menunggu sampai ia pulang, kini saatnya Anda mengubah kebiasaan itu. Paling tidak Anda sudah mengajarkan kemandirian pada si kecil sejak dini.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.