Tradisi menyusui berbeda-beda di setiap negara meskipun proses yang dilalui cenderung sama. Pengalaman menyusui antara satu ibu dengan ibu lainnya juga berbeda, bahkan meski tinggal di tempat yang sama.
Laman Mothering membeberkan 10 tradisi menyusui dari berbagai negara di dunia yang menggambarkan uniknya masing-masing budaya.
Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
1. Mongolia: menyusui di tempat umum mendapatkan pujian
Mongolia terletak di benua Asia, yang memiliki eprbatasan dengan RUsia dan Tiongkok. Mongolia merupakan negara yang memiliki tradisi menyusui sangat maju, untuk ukuran negara berkembang.
IMD, ASI eksklusif hingga enam bulan, dan memberikan ASI hingga 2 tahun merupakan norma umum di sini. Di negara ini, ibu yang menyusui di tempat umum adalah hal yang wajar, bahkan dipuji. Dari nenek-nenek, hingga supir taksi memberi dukungan penuh pada ibu menyusui di tempat publik.
Artikel terkait: Pro Kontra seputar Menyusui di Tempat Umum
Tradisi menyusui di Mongolia meyakini ASI adalah nutrisi terbaik bagi anak. Sehingga 65% ibu di sana masih menyusui anaknya pada usia 2 tahun. Bahkan, ibu yang menyusui hingga anaknya memasuki usia kanak-kanak adalah hal yang dianggap wajar.
Selain itu, para ibu menyusui juga memompa ASI mereka di tempat umum. Budaya Mongolia menganggap ASI adalah nutrisi yang berharga. Bahkan, orang dewasa pun meminumnya.
Tak jarang, ibu menyusui memberikan segelas ASI pada suaminya. ASI dibagikan dengan bebas, bahkan di luar keluarga inti. Beberapa ibu menukar ASI untuk kebutuhan rumah tangga seperti roti dan telur.
2. Kenya: bertengkar dengan tetangga membuat ASI jadi beracun
Tradisi menyusui di Kenya dipenuhi dengan mitos dan tahayul yang sering membatasi proses menyusui itu sendiri. Contohnya, para ibu dari suku etnik Luo dan Luhya percaya jika mereka bertengkar dengan tetangga, bisa membuat ASI menjadi beracun.
Jika pertengkaran dengan tetangga ini terjadi, mereka akan menjalani ritual pembersihan ASI dengan tanaman herbal yang dinamakan ‘manyasi’ sebelum melanjutkan menyusui. Jika ritual ini tidak dijalankan, maka ibu akan berhenti menyusui anaknya.
Para ibu di provinsi selatan Kenya, yakni Nairobi takut untuk menyusui di tempat umum. Mereka percaya bahwa ada anggota masyarakat yang memiliki ‘mata iblis’.
Jika orang yang memiliki mata iblis memperhatikan mereka ketika menyusui, maka ASI mereka akan mengering dan payudara akan menjadi sakit. Karena itulah, para ibu menjauhi praktek menyusui di depan umum, karena takut disihir oleh mata iblis.
Sebuah studi tentang tradisi menyusui di Kenya menyatakan anak perempuan disusui lebih lama dibanding anak lelaki. Hal ini terjadi di beberapa bagian provinsi Nairobi.
Anak lelaki merasa lebih membutuhkan ASI dibanding anak perempuan, sehingga mereka menyedot energi ibu secara fisik. Bahkan, seorang ibu melaporkan bahwa anak lelaki bisa membuat ibunya merasa pusing setelah menyusui.
Oleh sebab itu, para ibu mengenalkan makanan padat pada bayi lelaki lebih awal dibandingkan pada bayi perempuan.
3. Republik Kongo: ayah menyusui bayi
Suku Aka adalah orang-orang kerdil nomaden dari negara Republik Kongo yang terletak di Afrika Tengah. Dengan total populasi 20.000 orang, suku ini merengkuh kesetraan gender lebih besar dibanding budaya di negara lain.
Menurut seorang professor antropologi bernama Barry Hewlett yang pernah menjalani hidup bersama suku tersebut, peran wanita dan pria di suku ini bisa ditukar.
Anak-anak suku Aka sangat dekat dengan orangtuanya, mereka menempel tidak hanya pada ibu namun juga ayah. Bahkan, suku ini memiliki tingkat kedekatan ayah dan anak yang banyak dianggap tabu oleh negara lain.
Selama penelitiannya, Prof. Hewlett memperhatikan, pria suku Aka ‘menyusui’ bayi mereka untuk memberikan kenyamanan pada sang anak. Meski pria tidak bisa mengeluarkan ASI, namun mereka dengan senang hati menggunakan putingnya untuk menenangkan si anak.
4. Brazil: Bank ASI terbesar di dunia
Sejak tahun 1985, tingkat kematian bayi di Brazil turun dari angka 63,2/1000 bayi menjadi 19.6/1000 bayi. Proses menyusui mendapat dukungan penuh dari negara dan masyarakat.
Ibu yang sedang menyusui anaknya di tempat umum bukanlah pemandangan aneh di sana.
Pada tahun 2015, Brazil melarang iklan susu formula sebagai bentuk dukungan pada proses menyusui. Selain itu, perusahaan yang melakukan diskriminasi terhadap ibu menyusui akan dikenakan sanksi.
Bank ASI di Brazil merupakan yang terbesar di dunia. The Brazilian Network of Human Milk Banks memiliki cabang 220 bank ASI dari 292 bank ASI di dunia. Sejak tahun 1998, Brazil telah memberikan ASI kepada 2 juta bayi melalui donor ASI.
5. Irak: praktek menyusui rendah karena susu formula gratis
Praktek menyusui di Irak sangat bervariasi, namun tingkat menyusui masih rendah di sini. Hal ini disebabkan adanya distribusi susu formula gratis melalui lembaga ransum makanan.
Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat menyusui, membuat banyak bayi di Irak minum susu botol.
Artikel terkait: 15 Manfaat Menyusui bagi ibu dan bayi yang jarang diketahui
Akan tetapi, satu populasi di Irak mendukung praktek menyusui, yakni para muslim yang menjadi agama mayoritas di sini. Mereka menjalankan perintah al-Qur’an untuk menyusui anaknya hingga umur dua tahun.
Dan jika kedua orangtua setuju, kemungkinan bayi disapih sebelum umur dua tahun.
6. India: tanggung jawab menyusui anak rusa
Kurangnya pengetahuan dan kebijakan pemerintah tentang menyusui membuat praktek menyusui di negara ini tidak menjadi prioritas. Salah satu kelompok yang mendukung praktek menyusui adalah Bishnoi.
Bishnoi merupakan kelompok religius yang hidup di Gurun Pasir Thar di India Barat, juga negara bagian utara India. Mereka mengikuti filsafat praan daya, yang berarti kasih sayang untuk semua mahluk hidup.
Sebagai bukti kecintaan terhadap mahluk hidup, ibu menyusui di suku Bishnoi diketahui menyusui rusa. Anak rusa yang ditinggal mati induknya, atau terluka, seringkali dibawa pulang untuk disusui oleh ibu hingga sehat kembali.
Para wanita suku Bishnoi meyakini bahwa merawat anak hewan adalah tanggung jawabnya, sama seperti tanggung jawab kepada anak sendiri.
7. Jepang: menggambar payudara saat menyapih
Tradisi menyusui kuno di Jepang tetap dipraktekkan hingga sekarang, contohnya adalah pijat payudara yang disebut Metode Oketani. Pijat ini berfungsing untuk merangsang produksi ASI, mencegah dan menghilangkan saluran tersumbat, bahkan mengatasi produksi ASI berlebih.
Artikel terkait: Saluran ASI Tersumbat, bagaimana mengatasinya?
Oketani dirancang sebagai metode memompa ASI dengan tangan. Hampir 300 bidan okteani terlatih melakukan praktek di Jepang saat ini, sehingga pijat payudara adalah hal yang umum dilakukan.
Penemu metode Oketani juga merancang cara unik untuk menyapih anak. Yakni dengan menggambar wajah terang di setiap payudara, untuk membuat anak enggan menyusu karena takut melihat wajah hewan yang tergambar di payudara.
8. Namibia: panduan dan dukungan penuh dari nenek sang bayi
Tingkat praktek menyusui di Namibia sangat rendah, hanya sekitar 24% ibu yang tetap menyusui bayinya setelah enam bulan. Namun ada satu suku yang mendukung menyusui.
Suku Himba kuno di barat laut Namibia memiliki 30-50 ribu penduduk. Mereka adalah suku nomaden yang sering berpindah-pindah sehingga kesulitan menjangkau rumah sakit dan akhirnya banyak ibu yang melahirkan di rumah.
Menyusui sering dilakukan di tempat umum, para ibu diberikan panduan dan dukungan dalam menyusui. Nenek sang bayi akan memberikan pengetahuan dan pendampingan selama proses menyusui, bahkan membangunkan ibu ketika waktu menyusui telah tiba.
9. Guatemala: membuang ASI berisi kolostrum
Para ibu di negara bagian Amerika Tengah ini seringkali membuang ASI pertama yang mengandung kolostrum. Mereka meyakini bahwa itu adalah ASI lama yang kotor dan tidak aman untuk diminum. Dan kebiasaan ini sudah dilakukan oleh para wanita di sana selama bertahun-tahun.
Kurangnya edukasi tentang manfaat ASI, membuat banyak ibu memberikan air kopi, air gula, soda, bahwa tepung jagung yang dicampur air kepada bayi. Sambil menunggu ASI mereka keluar.
10. Inggris: berhenti menyusui setelah 1 tahun
Sebagai negara maju, Inggris ternyata memiliki tingkat menyusui yang rendah. Hanya satu dari 200 bayi di Inggris yang tetap menyusui setelah berusia 1 tahun.
Secara budaya, wanita Inggris tidak didorong untuk menyusui. Mereka juga kurang mendapat dukungan menyusui dari pasangan.
Bahkan, norma umum yang berlaku adalah sebisa mungkin membuat jadwal tidur bayi, dan kembali bekerja. Sehingga ibu bisa kembali menjalani hidup seperti sebelum memiliki bayi secepatnya.
***
Menurut Bunda, apakah Indonesia sudah masuk ke dalam negara yang mendukung proses menyusui? Silakan bagi pendapatnya di kolom komentar ya…
Baca juga:
5 Mitos Menyusui yang ternyata salah, Bunda wajib mengetahuinya!