Bila Anda merasa iri pada pencapaian anak yang melebihi pencapaian Anda saat seusianya, bisa jadi Anda adalah orangtua narsis. Demikian juga jika Anda selalu ingin agar anak bergantung sepenuhnya pada orangtua, dan selalu merasa lebih tahu tentang apa yang terbaik baginya.
Apa itu orangtua narsis?
Orangtua yang narsis selalu merasa posesif dan ingin dekat dengan anaknya. Namun bukannya membangun kemandirian anak, orangtua narsis malah menginginkan agar anak senantiasa merasa bergantung padanya.
Orangtua narsis bisa didefinisikan sebagai seseorang yang selalu terlibat dalam kompetisi dengan anaknya sendiri. Biasanya, orangtua narsis melihat kemandirian anak (termasuk anak yang sudah dewasa), sebagai ancaman.
Setiap orangtua tentunya ingin agar anaknya berprestasi, dan membuat mereka bangga. Namun, yang membedakan orangtua narsis dengan orangtua lainnya ialah, mereka memiliki kecenderungan untuk menghambat kemandirian anak. Anak dijadikan alat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan egois dari orangtua.
Tanda-tanda orangtua narsis
Mengacu pada Psychology Today, berikut ini adalah tanda-tanda orangtua narsis. Bila tanda-tanda ini telah Anda lakukan, segeralah berhenti. Bila belum, hindari sebisa mungkin.
1. Hidup melalui anak
Mayoritas orangtua ingin agar anaknya sukses, tapi bagi orangtua yang narsis, mereka memberi standar kesuksesan bukan demi sang anak, namun untuk memenuhi impian mereka sendiri, atau kebutuhan ego mereka.
Anak menjadi perpanjangan dari keinginan pribadi orang tua. Pikiran, emosi dan tujuan pribadi sang anak dikesampingkan demi memenuhi ego orangtua.
2. Marjinalisasi
Orangtua yang narsis akan merasa terancam dengan bakat, kesuksesan dan janji kehidupan gemilang yang dimiliki sang anak. Karena hal tersebut akan menantang harga diri orangtua.
Oleh karena itu, orangtua yang narsis kemungkinan akan berusaha agar anak tetap berada di level yang lebih rendah dari orangtua, supaya posisi orangtua dalam kehidupan tetap lebih superior atau lebih tingi dari anaknya.
Mereka menekan bakat anak, dengan memberikan tuduhan yang tak masuk akal, mengkritik, membuat perbandingan yang tidak sepadan. Perilaku dan emosi positif anak diabaikan, juga menolak untuk mengapresiasi kesuksesan atau prestasi yang dibuat oleh anak.
Dengan merendahkan kepercayaan diri anak, orangtua yang narsis akan menerima tambahan kepercayaan diri dari sifat aslinya yang selalu merasa tidak aman dengan pencapaian anak.
3. Pengagungan dan superioritas
Anak-anak yang memiliki orangtua narsis, akan diperlakukan sebagai alat untuk meraih keuntungan pribadi orangtua. Pada saat bersamaan, anak juga akan diajari untuk selalu merasa lebih superior dari yang lain.
‘Kita lebih baik dari mereka’. Ungkapan seperti ini akan memunculkan pemikiran bahwa mereka berhak diagungkan oleh orang lain.
Hal seperti ini akan memunculkan sikap egois, mengorbankan orang lain demi mencapai tujuan, tanpa mempedulikan nurani, atau hubungan persaudaraan. Pada akhirnya, seseorang yang narsis akan menjadi superior dengan melepaskan kemanusiaannya.
4. Citra diri yang dangkal
Banyak orangtua yang narsis sangat suka menunjukkan pada orang lain betapa istimewanya mereka. Mereka mencari pujian dan perhatian dari orang lain dengan memamerkan semua hal itu. Mereka suka memamerkan apa yang mereka pikir sebagai keunggulan mereka.
Bagi beberapa orangtua narsis, lingkaran sosial mereka adalah dunia dimana mereka akan mengiklankan kehidupan mereka yang ‘wah’ secara rutin pada orang lain. Pesan tersembunyi yang ingin mereka sampaikan ialah, “Aku/kehidupanku sangat istimewa dan menarik. Lihatlah! Aku memiliki apa yang tidak kau miliki!”
5. Manipulasi
Contoh yang biasa terjadi saat orangtua narsis sedang memanipulasi anaknya ialah:
- Memunculkan rasa bersalah pada anak
- Bersikap menyalahkan
- Mempermalukan anak di depan orang lain
- Membanding-bandingkan anak secara negatif
- Memberi tekanan yang tidak masuk akal pada anak
- Hadiah dah hukuman yang bersifat manipulatif
- Pemaksaan emosional
Bentuk manipulasi yang sering terjadi adalah bahwa cinta hanya bisa diberikan dengan syarat, bukannya sebuah ekspresi natural dari pola pengasuhan yang sehat.
Di sisi lain, cinta dijadikan sebagai ancaman atau hukuman. Sehingga anak akan selalu berusaha memenuhi keinginan orangtua agar tak kehilangan cinta mereka.
Anak yang memiliki orangtua narsis tidak akan memiliki kepercayaan diri, dan merasa dirinya tak layak dicintai
6. Bersikap keras dan mudah tersinggung
Satu alasan mengapa orangtua narsis bersikap keras dan mudah tersinggung ialah hasrat untuk mengendalikan hidup sang anak. Orangtua yang narsis merespon secara negatif dan tidak proporsional saat mereka melihat sang anak tidak menaati aturan yang mereka berikan.
7. Kurangnya empati
Orangtua narsis tidak memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan pemikiran dan perasaan sang anak. Orangtua hanya memikirkan apa yang mereka anggap benar tanpa mementingkan perasaan anak.
8. Saling ketergantungan
Beberapa orangtua narsis akan mengharapkan anak untuk merawat mereka sepanjang sisa hidup. Ketergantungan ini bisa menjadi emosional, fisik atau finansial. Merawat orangtua yang telah lanjut usia memang tidak salah, bahkan merupakan wujud berbakti kepada orangtua yang baik.
Namun, orangtua yang narsis akan memanipulasi anak mereka untuk membuat pengorbanan-pengorbanan yang tidak masuk akal, tanpa mempedulikan kepentingan atau kebutuhan sang anak.
Mereka ingin selalu menjadi prioritas dalam hidup anak, dan tidak mau tahu apa yang harus dikorbankan anak untuk memenuhi keinginan mereka.
9. Posesif dan pencemburu
Orangtua yang narsis akan merasa terancam superioritasnya saat anak mulai tumbuh dewasa dan mengembangkan kemandirian. Bila anak memilih jalannya sendiri, memilih teman sesuai keinginan sendiri, akan ditanggapi secara negatif oleh orangtua.
Bahkan munculnya pasangan dalam hidup sang anak akan dianggap sebagai ancaman terbesar, karena hal tersebut akan mengurangi dominasi orangtua dalam hidup sang anak. Maka tak heran bila orangtua akan selalu menolak, mengkritisi bahkan menganggap tak ada satupun orang yang cukup baik untuk menjadi pasangan anak mereka.
10. Pengabaian
Pada beberapa situasi, orangtua yang narsis akan mengabaikan anaknya, dan lebih memilih untuk mengejar kesenangannya sendiri. Melakukan hobi atau aktifitas yang lebih ia sukai dibandingkan membesarkan anak.
Aktifitas tersebut akan memberikan rangsangan, pembenaran, dan pembuktian diri dari apa yang didambakan oleh orang tersebut. Anak akan dibiarkan diasuh oleh pasangannya, atau dibiarkan sendiri.
***
Anak tidak akan tumbuh menjadi orang yang mandiri dan penuh percaya diri jika dibesarkan oleh orangtua yang narsis. Sebaliknya, mereka akan memiliki masalah mental, dimana mereka merasa rendah diri, dan tak layak untuk dicintai.
Hindari menjadi orangtua narsis demi kebaikan dan masa depan anak kita ya, Parents.
Baca juga:
19 Prinsip Parenting dari Maria Montessori Untuk Menjadi Orangtua yang Lebih Baik
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.