Pada 2021 lalu, muncul fenomena mengejutkan di Tuban. Sebuah video viral memperlihatkan beberapa mobil dikirim ke sebuah kampung di daerah Tuban. Rupanya, warga Tuban di sebuah kampung dikabarkan telah berbondong-bondong membeli mobil setelah mendadak jadi miliarder.
Kampung tersebut adalah Kejayaan Desa Wadung dan Sumurgeneng Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Uang yang mereka dapatkan adalah ganti rugi pembebasan lahan proyek kilang di kawasan tersebut.
Nyatanya, fakta berkata lain. Setahun kemudian, tak ada banyak perubahan bagi warga kampung tersebut. Bahkan, banyak warga tersebut banyak yang jatuh miskin dan kini menganggur. Sebagian dari mereka memutuskan untuk menjual hewan ternaknya untuk bertahan hidup.
Seperti apa sih keadaan warga desa tersebut kini? Tips finansial apa saja yang harus diterapkan jika sedang diberkahi banyak uang? Simak, yuk, Parents.
Artikel terkait: Ingin Menabung 10 Juta dalam Waktu 3 Bulan? Ikuti Cara Praktis Ini
Pengakuan Warga Tuban Setelah Satu Tahun Menerima Rezeki Nomplok
Warga Melakukan Unjuk Rasa
Akibat kecewa dengan perusahaan yang memberikan harapan palsu tersebut, ratusan warga sekitar lokasi proyek nasional pembangunan kilang minyak PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) melakukan unjuk rasa.
Hal tersebut bertujuan untuk menagih janji PT Pertamina GRR Tuban yang akan memprioritaskan warga lokal sebagai pekerja sebagaimana yang dijanjikan saat proses pembebasan lahan.
Mengutip dari Detik.com (25/01), seorang warga yang berunjuk rasa bernama Musanam (60) mengaku menyesal menjual tanahnya di sekitar kilang minyak Tuban, Jawa Timur. Musanam ikut berunjuk rasa di kantor PT Pertamina Grass Root Revenery (GRR) Tuban, Senin (24/01).
Musanam mengaku saat itu dirinya terbuai dengan janji PT. Pertamina Grass Root Revenery (GRR) Tuban yang akan memberikan pekerjaan dalam proyek pembangunan kilang minyak tersebut.
Warga Kehilangan Penghasilan
Kenyataannya, sekarang Musanam kesulitan menghidupi keluarganya. Dia kehilangan penghasilan tetapnya sebagai petani karena lahan pertanian dan rumahnya telah dijual untuk kepentingan proyek nasional pembangunan kilang minyak. Bahkan, dirinya terpaksa menjual beberapa ekor hewan peliharaannya demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.
“Dulu punya enam ekor sapi mas, sudah tak jual tiga untuk hidup sehari-hari dan kini tersisa tiga ekor saja,” kata Musanam, dilansir dari Kompas.com.
Banyak yang Menganggur
Hal serupa juga dialami oleh Mugi (59), perempuan yang tinggal di kampung miliarder ini juga nyaris tak memiliki pekerjaan setelah lahan pertaniannya seluas 2,4 hektare dijual ke PT Pertamina.
“Ya nyesel, dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai setiap kali panen bisa menghasilkan Rp40 juta, tapi sejak tak jual saya tidak ada penghasilan,” tutur Mugi, di sela-sela aksi unjuk rasa.
Mugi bercerita bahwa dulu, lahan pertanian seluas 2,4 hektar itu dibeli pihak Pertamina dengan harga Rp 2,5 miliar lebih. Uang hasil penjualan tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung.
Mugi saat itu sebetulnya tidak ingin menjual lahan pertaniannya, tetapi dirinya seringkali didatangi perwakilan dari pihak Pertamina saat berada di sawah.
“Setiap saya di kebun, saya didatangi dan dirayu-rayu mas, mau diberikan pekerjaan anak-anak saya pokoknya dijanjikan enak-enak, tapi sekarang mana enggak ada,” jelasnya.
Artikel terkait: Amankan Menabung Dollar di Bank? Aman! Lakukan Cara Ini
Tips Mengatur Finansial
Fenomena tersebut tentu membuat kita hendaknya belajar. Ternyata, pengetahuan dalam mengelola finansial itu penting untuk diketahui.
Jika kita mendapatkan uang yang lebih dari yang diperkirakan, tentu kita harus menggunakannya dengan bijak. Dalam segi finansial, apa yang harus kita lakukan jika mendapat uang yang melimpah seperti warga desa tersebut.
Menurut Perencana Keuangan, Eko Endarto, ada yang salah dalam hal pengelolaan keuangan para warga. Ketika menerima uang yang besar, kita harus mengimbanginya dengan pengetahuan yang baik tentang cara mengelola uang.
“Mengelola sedikit sama mengelola besar itu beda. Makin besar uang, berarti keinginan makin besar. Makanya ketika orang kemampuan yang besar, tetapi pengetahuannya kurang. Akibatnya seperti itu,” ujar Eko, melansir dari detikcom.
Artikel Terkait: 4 Cara Ajarkan Konsep Uang pada Anak, Bantu Anak Cerdas Kelola Keuangan
Sama dengan Eko. Bagi Perencana Keuangan Andi Nugroho, dalam mengelola uang, memang perlu pemahaman yang baik.
“Kesalahan di mananya kita harus menanyakan dulu. Mereka ketika ganti rugi digunakan untuk apa. Kemudian, sejauh mana dia mengatur kelebihan uangnya tersebut,” jelas Andi.
Belajar dari fenomena itu, dia mengajak masyarakat untuk kiat memahami, bahwa uang ganti rugi yang mereka terima merupakan pembayaran atas aset produktif berupa ladang hingga lahan pertanian yang sebelumnya merupakan sumber pendapatan warga.
Dari sana seharusnya, warga menggunakan uang ganti rugi itu untuk membeli aset produktif yang bisa menggantikan aset sebelumnya yang hilang. Bukan malah digunakan untuk keperluan konsumtif seperti membeli mobil mewah.
“Misalnya mau buat asumsi dulu uangnya dibelikan mobil, kemudian untuk renovasi rumah. Untuk itu kan berarti mata pencaharian mereka, ladang mereka digunakan untuk keperluan konsumtif. Makanya, berarti sumber penghasilan mereka sudah hilang,” kata Andi.
Semoga fenomena seperti yang dialami warga Tuban bisa menjadi pelajaran untuk menggunakan uang lebih bijak dan cermat ya, Parents!
****
Baca juga:
https://id.theasianparent.com/mengajak-anak-melek-finansial
https://id.theasianparent.com/cara-mengelola-keuangan-dengan-baik
https://id.theasianparent.com/pentingnya-perencanaan-keuangan