Di tengah-tengah gembar-gembor Indonesia akan menjadi negara maju dan berpendapatan tinggi di tahun 2045 karena memiliki bonus demografi ternyata masih perlu dipertanyakan, lho. Menurut fakta, semakin banyak warga Indonesia yang kini malas menikah dan lebih mementingkan karier.
Lantas masih bisakah Indonesia jadi negara maju jika warganya enggan menikah dan punya anak? Simak penjelasannya di sini!
Fakta Soal Warga Indonesia Malas Menikah
Dalam sebuah program diskusi di CNBC Indonesia, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa jumlah jomblo di Indonesia saat ini semakin banyak. Hal ini diisyaratkan oleh menurunnya angka pernikahan dalam satu dekade terakhir.
“10 atau 20 tahun yang lalu median usia perkawinan pertama perempuan masih di angka 19 (tahun). Namun, data hari ini mendekati usia 21-22. Jadi semakin mundur,” ungkapnya.
Data lain pun mengkonfirmasi jika dalam dekade terakhir persentase warga Indonesia usia muda yang belum menikah kini jumlahnya semakin tinggi, dari 52 persen menjadi 61 persen. Sebaliknya angka pernikahan terus turun.
Kecenderungan ini mengindikasikan bahwa memang anak muda Indonesia sekarang ini semakin malas untuk menikah.
Ada Pergeseran Nilai-nilai
Jika ditelisik lebih dalam, keputusan untuk waithood atau menunda usia kawin dan memiliki anak ini mulai didominasi oleh kaum millennial dan generasi Z. Terlebih mereka yang tinggal di perkotaan.
Hasto Wardoyo kembali menjelaskan bahwa selain domisili, tingkat pendidikan dan kelas ekonomi menjadi faktor dominan yang mendorong fenomena ini.
“Ketika (seseorang) tingkat pendidikannya meningkat kemudian ekonominya (juga) meningkat, otomatis dia punya kesadaran untuk tidak (menikah) terlalu dini,” jelasnya.
Hal ini kembali dibuktikan oleh hasil Survei Angkatan Kerja 2022 oleh BPS yang menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia memang jadi semakin tinggi. Baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Jadi, secara sederhana bisa dikatakan kalau anak-anak muda saat ini lebih fokus mengejar karier ketimbang buru-buru menikah.
Tak Cuma Malas Menikah, Warga Indonesia Juga Malas Punya Anak
Masih dalam diskusi yang sama, Psikiater Dharmawan A. Purnama menambahkan jika meningkatnya fenomena waithood ini sedikit banyak juga dipengaruhi oleh gerakan childfree yang mulai masuk ke Indonesia.
Anggapan bahwa memiliki keluarga atau anak sebagai beban pun tak terelakkan.
Akibatnya, sebagian perempuan memilih untuk menunda kehamilan atau kelahiran. Lebih ekstrem lagi, baik perempuan maupun laki-laki, mereka memilih untuk menunda pernikahan.
Jadi, bukan cuma malas menikah saja, indikasi keengganan generasi muda memiliki momongan juga semakin besar.
Di samping itu, isu melonjaknya angka perceraian, kesiapan finansial, dan KDRT juga kerap menjadi alasan mengapa anak-anak muda memilih untuk menunda menikah.
Artikel Terkait: Pilih Childfree hingga Adopsi, 3 Artis Ini Tak Ingin Punya Anak
Butuh Kerja Sama Lintas Sektoral untuk Mengatasinya
Melihat gambaran ini, dr. Dharmawan A. Purnama pun menyebut bahwa butuh kerja sama lintas sektoral untuk menyikapi kasus ini.
Sebagai spesialis kejiwaan, ia mengingatkan pernikahan yang terlalu dini tanpa diimbangi dengan kesiapan finansial beresiko meningkatkan angka stunting. Sementara hamil dalam usia yang terlalu tua membuat resiko melahirkan anak berkebutuhan khusus juga semakin meningkat.
“Jadi ini bukan lagi bonus demografi, (tapi) beban (negara) nanti. Angka dependensinya akan tinggi. Jadi itu harus diperhatikan,” pungkasnya.
Wah, rumit juga ya ternyata Parents kondisinya. Tapi memang betul juga sih, kalau dulu setelah lulus kuliah ditanya kapan nikah, sekarang pasti pertanyaannya jadi kerja dimana. Gimana nih kalau menurut Anda?
Baca Juga:
Memilih Menikah karena Takut Dilangkahi, Ternyata Tidak Selalu Salah
Takut Berkomitmen dan Menikah? Jenis Fobia Ini Bisa Jadi Penyebabnya
Menikah Muda karena Takut Zina, Quraish Shihab: “Itu Bukan Solusi yang Tepat”