Dosis vaksin booster Pfizer Inc (PFE.N) dan mitra Jerman BioNTech SE (22UAy.DE) disebut 95,6 persen efektif melawan virus corona bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan kesempatan vaksin ketiga. Hal ini tertuang dalam sebuah studi besar yang dirilis oleh perusahaan pada Kamis (21/10), seperti yang diberitakan oleh Reuters.
Perusahaan dalam rilisnya mengatakan booster diuji pada 10.000 peserta berusia 16 tahun ke atas yang telah menerima dua dosis dalam uji coba sebelumnya. Vaksin booster Pfizer yang diberikan sekitar 11 bulan setelah suntikan kedua memiliki profil keamanan yang baik.
Selain itu, dalam rilis tersebut juga dikatakan bahwa booster ini bekerja melawan varian Delta yang sangat menular dari Virus Corona. Namun, penelitian tersebut belum dikirim untuk peer review.
Artikel terkait: 4 Fakta Varian Lambda, Disebut Lebih ‘Kebal’ Vaksin COVID-19!
Studi Tentang Vaksin Booster Pfizer untuk Atasi COVID-19
Hasil uji coba datang sehari setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengesahkan dosis booster vaksin COVID-19 dari Moderna Inc (MRNA.O) dan Johnson & Johnson (JNJ.N).
Sebuah panel penasihat ahli untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) membuat rekomendasi serupa dan membuka jalan bagi persetujuan akhir dari direkturnya yang akan mengizinkan suntikan semacam itu dalam beberapa hari mendatang.
Beberapa badan kesehatan di Amerika Serikat sebelumnya mengizinkan vaksin booster Pfizer dan BioNTech setidaknya enam bulan setelah suntikan putaran pertama untuk meningkatkan perlindungan bagi orang berusia 65 tahun ke atas, mereka yang berisiko terkena penyakit parah, dan mereka yang terpapar virus karena pekerjaan atau tenaga medis.
Dr. Walid Gellad, seorang profesor di sekolah kedokteran Universitas Pittsburgh, mengatakan tampaknya ada manfaat memiliki dosis ketiga untuk mencegah gejala COVID-19.
Pfizer mengatakan, kemanjuran vaksin dua suntikannya memang berkurang seiring waktu, mengutip sebuah penelitian yang menunjukkan efektivitas 84 persen dari 96 persen setelah empat bulan menerima dosis kedua. Hal ini juga bisa didasari atas semakin banyaknya varian Virus Corona yang bermunculan.
Sementara itu, beberapa negara telah maju dengan rencana untuk memberikan dosis booster. Peneliti mengatakan bahwa waktu rata-rata antara dosis kedua dan suntikan booster atau plasebo dalam penelitian ini adalah sekitar 11 bulan. Hanya ada lima kasus COVID-19 pada kelompok booster, dibandingkan dengan 109 kasus pada kelompok yang menerima suntikan plasebo.
Artikel terkait: 4 Negara Ini Sudah Lakukan Vaksinasi COVID-19 untuk Anak di Bawah 12 Tahun
Hasil Studi Vaksin Booster Pfizer akan Diserahkan ke FDA untuk Publikasi
Usia rata-rata peserta adalah 53 tahun, dengan 55,5 persen peserta antara 16 dan 55 tahun, dan 23,3 persen pada 65 tahun atau lebih. Analis Jefferies Michael Yee mengatakan, hasil uji coba menambah data yang meningkat bahwa vaksin booster Pfizer dapat membantu memberikan perlindungan jangka panjang dari infeksi simtomatik.
Tidak adanya kasus penyakit parah yang dilaporkan menunjukkan perlindungan yang kuat dari infeksi hanya dengan seri vaksinasi primer, tulis Yee dalam sebuah catatan. Perusahaan mengatakan mereka akan menyerahkan hasil rinci dari percobaan untuk publikasi peer-review ke FDA, Badan Obat Eropa dan badan pengatur lainnya, sesegera mungkin.
Artikel terkait: Daftar Makanan setelah Vaksinasi Covid-19 untuk Kurangi Efek Samping dan Tingkatkan Imunitas
Dihimbau Lakukan Pemeriksaan Sebelum Melakukan Vaksinasi
Selain itu, dalam keterangan pers yang diterbitkan Pfizer, beberapa orang mungkin tidak boleh mendapatkan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech jika mereka:
- Memiliki reaksi alergi yang parah setelah dosis vaksin ini sebelumnya
- Memiliki reaksi alergi yang parah terhadap bahan apa pun dari vaksin ini
Setiap individu juga harus memberi tahu penyedia vaksinasi tentang semua kondisi medis masing-masing, termasuk jika mereka:
- memiliki alergi apa pun
- pernah mengalami miokarditis (radang otot jantung) atau perikarditis (radang selaput di luar jantung)
- sedang demam
- memiliki kelainan pendarahan atau sedang menjalani pengencer darah
- immunocompromised atau sedang dalam pengobatan yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
- sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui
- telah menerima vaksin COVID-19 lainnya
- pernah pingsan karena disuntik
Itulah berita seputar hasil studi vaksin booster Pfizer yang disebut ampuh lawan Covid-19. Semoga bisa menjadi kabar baik terkait penanggulangan pandemi. Tak lupa, sebelum melakukan vaksinasi jenis apa pun, jangan lupa untuk memeriksakan kondisi kesehatan terlebih dulu, ya, Parents.
Baca juga:
Ketahui Syarat yang Harus Dipenuhi untuk Vaksin Covid saat Hamil Beserta Manfaatnya
Beredar Hoaks Vaksin Pfizer Berbahaya untuk Ibu Menyusui, Cek Faktanya!
Vaksin COVID-19 untuk Anak Terus Diuji Coba, Bagaimana Hasilnya?