Disabilitas Intelektual atau Tunagrahita pada Anak, Ini Penyebab dan Langkah Mendampinginya

Tunagrahita atau disabilitas intelektual pada anak bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut penjelasan lengkap serta langkah mendampingi anak dengan kondisi tersebut.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Parents, tunagrahita merupakan sebutan lain dari orang yang memiliki disabilitas intelektual. Artinya, kondisi ini menjadikan penderitanya memiliki kemampuan intelektual dan kognitif di bawah rata-rata. Serta, orang dengan kondisi ini pun kerap kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara normal. 

Biasanya, disabilitas intelektual ini bisa terjadi sejak bayi dilahirkan ataupun ketika bayi masih dalam kandungan. Anak dengan disabilitas intelektual bisa mempelajari keterampilan baru, tetapi mereka cenderung menyerapnya secara lebih lambat.

Disabilitas intelektual ini awalnya dikenal dengan istilah 'keterbelakangan mental'. Namun, istilah tersebut kini sudah tidak digunakan lagi karena memiliki nada negatif dan menyinggung. Maka kini, orang yang memiliki kondisi disabilitas intelektual disebut sebagai penyandang tunagrahita.

Lantas, apakah ada ciri-ciri atau gejala disabilitas intelektual pada anak? Bagaimana langkah mendampingi anak dengan kondisi ini? Bisakah hal ini dicegah? Melansir berbagai sumber, berikut kami rangkum ulasan selengkapnya.

Artikel terkait: Efek Jangka Panjang Sensitivitas Terhadap Psikologis Si Kecil

Anak Tunagrahita - Penyebab, Ciri-Ciri, dan Upaya Pencegahannya

Mengutip laman WebMD, anak dengan disabilitas intelektual memiliki keterbatasan dalam dua bidang utama yakni:

  • Fungsi Intelektual: Disebut juga sebagai IQ. Mengacu pada kemampuan seseorang untuk belajar, bernalar, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
  • Perilaku Adatif: Keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Misalnya, berkomunikasi secara efektif, berinteraksi dengan orang lain, serta kemampuan memahami dan menjaga diri sendiri.

IQ atau intellegence quitient diukur dengan tes IQ. Hasi IQ rata-rata adalah 100, dengan mayoritas orang memperoleh skor antara 85 - 115. Seseorang dianggap memiliki disabilitas intelektual ketika ia memiliki IQ di bawah 70 hingga 75. 

Biasanya hasil tes IQ juga dijadikan patokan untuk mengklasifikasi apakah disabilitas intelektual yang dimiliki seseorang parah ataukah ringan. Mengutip laman SehatQ, berikut klasifikasinya:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • IQ 55 - 77 (Ringan): Perkembangannya lebih lambat dari anak seusianya, tetapi bisa hidup mandiri di masa mendatang jika diajarkan keterampilan dasar.
  • IQ 40 - 55 (Sedang): Memiliki waktu lebih lama untuk mempelajari kemampuan dasar bertahan hidup seperti mandi, makan, dan sebagainya.
  • Anak dengan IQ 25 - 40 (Parah): Anak tidak bisa melakukan tugas sederhana dan tidak bisa melakukan kegiatan dasar. Kondisi fisiknya dinilai lemah juga karena adanya gangguan motorik berat.
  • IQ <25 (Sangat Parah): Merupakan kategori terberat dari kondisi ini. Anak biasanya memiliki kepala lebih besar seperti penderita hidrosepalus dan membutuhkan perawatan medis intensif dan tak bisa melakukan aktivitas tanpa dibantu oleh orang lain.

Sementara untuk mengukur perilaku adatif anak, psikolog anak atau dokter spesialis biasanya mengamati keterampilannya dan membandingkannya dengan anak-anak lain di usia sama. Bagaimana cara anak berkomunikasi, melakukan kegiatan seperti makan, berpakaian, dan sebagainya.

Apakah Tunagrahita Sama dengan Down Syndrome?

Down syndrome merupakan salah satu kondisi turunan dari tunagrahita. Kondisi down syndrome sendiri terjadi akibat kalainan genetik dan penderitanya memiliki wajah khas. Selain itu, orang dengan sindrom down juga biasanya mengalami kondisi medis seperti gangguan jantung, pendengaran, penglihatan, dan sebagainya. 

Penyebab Tunagrahita

Penyebab pasti dari kondisi ini sebenarnya belum diketahui secara jelas. Namun, biasanya disebabkan oleh adanya gangguan pada perkembangan otak. Berikut beberapa penyebab umum disabilitas intelektual dirangkum dari laman WebMD

  • Kondisi genetik.
  • Adanya masalah selama kehamilan. Hal-hal yang dapat mengganggu perkembangan otak janin di antaranya adalah mengonsumsi alkohol atau merokok saat hamil, malnutrisi, adanya infeksi atau preeklampsia.
  • Masalah saat melahirkan. Biasanya dapat terjadi ketika bayi kekurangan oksigen saat dilahirkan, atau bayi lahir secara prematur.
  • Adanya infeksi atau cedera seperti meningitis, batuk rejan, campak, cedera kepala parah, paparan zat beracun, dan sebagainya.
  • Pada beberapa kasus, penyebab disabilitas intelektual pada anak juga bisa tidak diketahui.

Tanda atau Ciri-Ciri yang Perlu Diwaspadai

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tanda disabilitas intelektual pada anak cenderung berbeda-beda. Ciri atau tanda dari kondisi ini muncul selama masa bayi, atau mungkin baru diketahui ketika anak memasuki usia sekolah bahkan remaja. Biasanya, tanda tunagrahita bisa dilihat dari tingkat keparahannya. Beberapa tanda atau ciri yang paling umumnya di antaranya:

  • Anak mengalami keterlambatan merangkak, duduk, atau berjalan dari usia sebayanya
  • Mengalami speech delay atau keterlambatan bicara 
  • Lambat dalam mempelajari suatu hal dasar seperti toilet training, berpakaian, atau bahkan makan sendiri
  • Kesulitan mengingat sesuatu
  • Punya masalah dengan pengaturan emosi seperti sering tantrum
  • Kesulitan memecahkan masalah atau berpikir logis
  • Sulit memahami diri sendiri dan tidak cakap berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain
  • Pada anak tunagrahita berat, masalah kesehatan lain mungkin muncul. Misalnya seperti kejang, gangguan mood seperti kecemasan, gangguan keterampilan motorik, hingga timbulnya masalah penglihatan dan pendengaran. 

Disabilitas intelektual dapat dicurigai karena beragam kondisi atau tanda. Jika bayi memiliki kelainan fisik yang menunjukkan adanya kelainan genetik, berbagai tes biasanya dilakukan untuk memastikan diagnosis. Berbagai tes yang dilakukan biasanya tes darah, urin, hingga pemeriksaan electroencephalography (EEG).

Artikel terkait: 5 Tahapan Penting Psikologi Anak, Bagaimana Parents Harus Menghadapinya?

Mendampingi Anak dengan Disabilitas Intelektual

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat si kecil didiagnosis kondisi ini, orangtua diharapkan kuat dan menerima keadaan dengan ikhlas. Perlu diingat juga bahwa kondisi tunagrahita ini bukanlah sebuah aib yang perlu ditutupi atau ditakutkan. 

Anak dengan disabilitas intelektual juga secara perlahan akan bisa mandiri asalkan ada orangtua yang terus mendampingi dan menyemangati. Berapa tips dalam mendampingi anak dengan kondisi ini di antaranya adalah:

  • Pelajari tentang kondisi tunagrahita. Semakin Anda belajar, maka Anda akan semakin tahu ilmu bagaimana mendampingi si kecil dengan kondisi ini.
  • Dorong anak agar mandiri. Biarkan ia mencoba hal-hal baru dan melakukan kegiatan dasar atau sehari-hari sendiri.
  • Berikan ia bimbingan jika kesulitan. Saat ia berhasil melakukan suatu hal sendiri, berikanlah apreasiasi agar ia lebih semangat untuk mempelajari hal lainnya.
  • Libatkan anak dalam kegiatan kelompok untuk mengasah kemampuan sosialnya. Misalnya, mendaftarkan anak ke kelompok seni atau bidang lain yang disukainya.
  • Berhubungan baik dengan guru si kecil saat ia sudah menduduki bangsu sekolah. Amati perekembangan mereka dalam belajar.
  • Berkenalan atau bergabung dengan sesama orangtua yang memiliki anak tunagrahita. Hal ini sangat membantu agar bisa saling memberi dukungan dan belajar satu sama lain. 
  • Tetaplah di samping anak, berikan cinta, kasih sayang, dan tetaplah selalu ada untuk menyemangatinya. Sebab, kehadiran Anda di sisinya sangat berarti untuk si kecil. 

Apakah Kondisi Ini Bisa Dicegah?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Umumnya, disabilitas intelektual tidak bisa dicegah. Namun, pola hidup sehat selama kehamilan bisa membantu untuk mengantisipasi terjadinya risiko dan penyebab dari kondisi ini. Beberapa upaya atau gaya hidup yang bisa diterapkan untuk mencegah kondisi ini di antaranya:

  • Hindari alkohol, rokok, atau pun menjadi perokok pasif saat hamil
  • Lakukan vaksinasi untuk mencegah infeksi tertentu
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan mengonsumsi vitamin
  • Menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin dengan dokter kandungan
  • Sebelum berencana memiliki anak, Anda juga bisa lakukan tes genetik terlebih dulu untuk melihat apakah ada penyakit atau kondisi yang kemungkinan akan diturunkan pada si kecil atau tidak. 

Artikel terkait: Parents, Inilah 8 Permainan untuk Melatih Konsentrasi dan Fokus Anak

Demikianlah ulasan mengenai kondisi tunagrahita. Umumnya, kondisi ini bisa kita cegah dengan menerapkan gaya hidup sehat selama hamil. Dan bagi Anda yang memiliki anak dengan kondisi ini, tetap semangat dan jangan menyerah untuk senantiasa mendampinginya, ya. Semoga bermanfaat!

***

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga: 

id.theasianparent.com/ciri-ciri-anak-indigo

id.theasianparent.com/kulit-bayi-sensitif

id.theasianparent.com/nama-nama-surga