Trypophobia adalah keengganan atau ketakutan terhadap kumpulan lubang kecil, gundukan, atau pola. Ketika orang melihat klaster jenis ini, mereka mengalami gejala jijik atau takut. Contoh objek yang mungkin memicu respons rasa takut termasuk polong biji atau gambar pori-pori seseorang dari dekat.
Melansir dari Very Well Midn, ada beberapa perdebatan di antara para peneliti mengenai apakah trypophobia adalah kondisi yang nyata atau tidak. Laporan awal trypophobia pertama kali dijelaskan dalam forum online pada 2005, tetapi belum diakui sebagai diagnosis yang berbeda dalam edisi kelima Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders of the American Psychiatric Association (DSM-5).
Artikel terkait: 5 Tahapan Penting Psikologi Anak, Bagaimana Parents Harus Menghadapinya?
Trypophobia: Definisi, Gejala, Penyebab, dan Penanganannya
Apa itu Trypophobia?
Trypophobia sering digambarkan sebagai “takut akan lubang”, tetapi penting untuk dicatat bahwa itu mungkin juga berlaku untuk gundukan atau pola lain yang berkerumun erat. Ketika orang melihat objek pemicu, mereka mengalami gejala seperti ketakutan yang parah, mual, gatal, berkeringat, gemetar, dan bahkan serangan panik.
Ketakutan adalah salah satu gejala umum, tetapi rasa jijik sering digambarkan sebagai emosi luar biasa yang dirasakan orang dengan fobia ini. Trypophobia juga cenderung sangat visual. Melihat gambar secara online atau cetak sudah cukup untuk memicu perasaan jijik atau cemas. Satu laporan kasus menggambarkan bagaimana trypophobia dialami oleh banyak orang.
Pasien, seorang anak perempuan berusia 12 tahun, mengalami perasaan tidak nyaman saat menghadapi permukaan dan benda yang berlubang atau berbintik. Ketika diminta untuk menggambar ketakutannya, dia mengisi kertas dengan pola berulang dari titik-titik bulat yang berkerumun.
Pemicu Umum
Penelitian tentang trypophobia masih relatif jarang, tetapi beberapa objek pemicu yang telah diamati meliputi:
- Plastik gelembung
- Gelembung
- Kondensasi
- Karang
- Biji buah
- Lubang pada daging yang sakit atau membusuk
- Lubang atau benjolan pada daging
- Sarang madu
- Mata serangga
- Polong biji teratai
- Buah delima
- Spons
- Stroberi
Pola buatan manusia, serta hewan yang memiliki bulu berbintik atau berpola, juga dapat menyebabkan reaksi fobia.
Artikel terkait: 7 Ucapan Orangtua yang Paling Berdampak Buruk bagi Perkembangan Psikologis Anak
Gejala Trypophobia
Gejala kondisi ini mirip dengan fobia spesifik lainnya. Setelah melihat kelompok lubang kecil atau benjolan, apakah secara langsung atau dalam sebuah gambar, orang sering mengalami:
- Tekanan emosional
- Ketakutan dan kecemasan
- Perasaan jijik
- Merinding
- Gatal
- Mual
- Serangan panik
- Napas cepat
- Gemetar
- Berkeringat
- Muntah
Selain mengalami gejala seperti rasa takut dan jijik, pengidap trypophobia juga akan sering mengalami perubahan perilaku. Menghindari objek pemicu adalah hal biasa. Misalnya, seseorang mungkin menghindari makan makanan tertentu (seperti stroberi atau coklat soda) atau menghindari pergi ke tempat tertentu (seperti ruangan dengan wallpaper bertitik).
Penyebab
Penelitian tentang trypophobia masih sangat terbatas, tetapi ada beberapa teori tentang mengapa hal itu terjadi. Berikut beberapa asumsi yang populer.
1. Evolusi
Menurut salah satu teori paling populer, trypophobia adalah respons evolusioner terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penyakit atau bahaya. Penyakit kulit, parasit, dan kondisi menular lainnya, misalnya, dapat ditandai dengan lubang atau tonjolan tersebut.
Teori ini menunjukkan bahwa fobia ini memiliki dasar evolusioner. Hal ini juga sesuai dengan kecenderungan bagi mereka yang menderita trypophobia untuk mengalami rasa jijik yang lebih besar daripada rasa takut ketika mereka melihat objek pemicu.
2. Asosiasi dengan Hewan Berbahaya
Teori lain menunjukkan bahwa lubang berkerumun memiliki penampilan yang mirip dengan pola kulit dan bulu pada beberapa hewan berbisa. Orang-orang mungkin takut akan pola-pola ini karena asosiasi yang tidak disadari.
Ada beberapa penelitian yang mendukung gagasan ini. Sebuah studi yang terbit pada 2013 melihat bagaimana orang dengan trypophobia merespons rangsangan tertentu dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. Saat melihat sarang lebah (objek trypophobia umum), orang yang tidak memiliki trypophobia segera memikirkan hal-hal seperti madu atau lebah.
Para peneliti percaya bahwa mereka yang menderita trypophobia secara tidak sadar menghubungkan penglihatan sarang lebah dengan organisme berbahaya yang memiliki karakteristik visual dasar yang sama, seperti ular derik. Meskipun mereka tidak secara sadar menyadari asosiasi ini, mungkin itulah yang menyebabkan mereka merasa jijik atau takut.
3. Asosiasi dengan Patogen Menular
Sebuah studi 2017 menemukan bahwa peserta cenderung mengaitkan pola lubang dengan patogen yang ditularkan melalui kulit. Peserta studi melaporkan perasaan gatal-gatal dan kulit merayap saat melihat pola seperti itu.
Jijik atau takut akan ancaman potensial adalah respons evolusioner adaptif. Dalam banyak kasus, perasaan ini membantu kita tetap aman dari bahaya. Dalam kasus trypophobia, para peneliti percaya itu mungkin bentuk yang terlalu digeneralisasi dan dilebih-lebihkan dari respons yang biasanya adaptif ini.
4. Tanggapan terhadap Karakteristik Visual
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan orang lebih berkaitan dengan karakteristik visual dari pola itu sendiri. Satu studi yang diterbitkan dalam Psychological Reports menemukan bahwa sementara orang mengalami ketidaknyamanan saat melihat pola trypophobia, perasaan ini lebih terkait dengan pola visual itu sendiri daripada asosiasi dengan hewan berbahaya.
5. Kaitan dengan Gangguan Lain
Para peneliti juga menemukan bahwa orang dengan trypophobia lebih mungkin mengalami gejala kecemasan dan depresi. Gejala trypophobia juga ditemukan persisten, menyebabkan gangguan fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Gejala yang paling mungkin memenuhi kriteria diagnostik DSM-5 untuk fobia spesifik daripada kondisi lain seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Artikel terkait: 5 Cara memahami kondisi psikologis anak agar kesehatan mentalnya terjaga
Penanganan
Tidak ada pengobatan khusus yang terbukti sangat efektif dalam pengobatan kondisi ini. Namun, banyak perawatan yang digunakan untuk fobia spesifik dan gangguan mood juga cenderung membantu dalam mengurangi gejala.
1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Terapi perilaku kognitif (CBT) mengubah pikiran dan perilaku mendasar yang mungkin berkontribusi pada trypophobia. Cara ini mungkin dilakukan dengan mendiskusikan pemikiran yang tidak realistis, menggantinya dengan yang lebih realistis, dan kemudian membuat perubahan perilaku. CBT juga melibatkan paparan bertahap terhadap hal-hal atau situasi yang ditakuti untuk mengurangi reaksi seseorang terhadapnya.
Salah satu alasan orang mengalami gejala fobia adalah mereka sering percaya bahwa ada sesuatu yang berbahaya atau mengancam dari objek ketakutan. Ini mengarah ke pikiran otomatis negatif segera setelah mereka menemukan sumber ketakutan mereka.
Terapi pemaparan, sejenis CBT, melibatkan secara progresif memaparkan seseorang pada objek ketakutan mereka dengan harapan bahwa gejala ketakutan akan berkurang seiring waktu. Proses ini biasanya dilakukan dengan sangat bertahap. Seseorang mungkin mulai dengan membayangkan apa yang mereka takuti, kemudian melihat gambar objek ketakutan, dan akhirnya berada di dekat atau bahkan menyentuh sumber kecemasan mereka.
Dalam kasus trypophobia, seseorang dengan gejala mungkin mulai dengan hanya menutup matanya dan membayangkan sesuatu seperti sarang lebah atau polong. Mereka akan terus mengerjakan kegiatan ini sampai gejala mulai surut. Begitu dia bisa membayangkan objek tanpa respons, dia akan melanjutkan ke langkah berikutnya, yang sering kali melibatkan melihat gambar objek yang biasanya memicu gejala.
2. Teknik Relaksasi
Strategi relaksasi yang berbeda juga dapat berguna untuk mengurangi perasaan jijik, takut, atau cemas. Visualisasi, pernapasan dalam, dan relaksasi otot progresif adalah beberapa strategi yang mungkin bisa membantu.
Visualisasi dilakukan dengan cara membayangkan gambar atau situasi yang menenangkan. Seseorang dengan trypophobia mungkin mencoba membayangkan matahari terbenam yang indah atau ladang bunga setiap kali mereka menemukan sesuatu yang tertutup lubang kecil.
Distraksi sederhana juga bisa menjadi teknik coping yang berguna. Jika Anda melihat sesuatu yang memicu respons trypophobia, Anda mungkin hanya membuang muka dan mencari hal lain untuk dipikirkan atau dilihat sampai gejala Anda mereda.
3. Obat-obatan
Obat anti-depresan atau anti-kecemasan kadang-kadang dapat diresepkan, terutama jika individu tersebut juga mengalami depresi atau kecemasan. Ini mungkin termasuk inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), benzodiazepin, atau beta-blocker. Obat-obatan ini dapat digunakan sendiri, tetapi sering digunakan bersama dengan pendekatan pengobatan lain seperti CBT atau jenis psikoterapi lainnya.
Demikian penjelasan mengenai trypophobia atau ketakutan terhadap deretan lubang kecil. Jika Anda adalah salah satu pengidap fobia tersebut dan merasa tidak nyaman, segera konsultasikan dengan praktisi kesehatan mental.
****
Baca juga:
Kata Psikolog: Ini 7 Karakter Unik Anak Kedua yang Sering Luput dari Perhatian Orangtua
Catat! Ternyata Ini Besaran Gaji Psikolog dan Spesialisasinya
Pentingnya Mengasah Kemampuan Anak Belajar Progresif Menurut Psikolog Anak