6 Tradisi Suku Dayak yang Unik, Berburu Kepala Musuh hingga Tato Tubuh

Suku Dayak di Kalimantan Timur memiliki tradisi yang beragam dan unik. Apa saja tradisi suku Dayak yang perlu diketahui? Mari ketahui di sini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Suku Dayak memiliki banyak keunikan yang tentunya membuat suku yang mendiami pulau Kalimantan ini terkenal hingga ke mancanegara. Salah satu tradisi suku Dayak yang unik dan terkenal yaitu Kuping panjang atau Telingaan Aruu.

Kenyataannya, tak hanya Telingaan Aruu saja lho yang menjadi tradisi unik yang dimiliki Suku Dayak. Suku Dayak memiliki beberapa rumpun, seperti Dayak Ngaju, Dayak Apo Kayan, Dayak Iban/Laut, Dayak Klemantan/Darat, Dayak Murut, Dayak Punan, dan Dayak Ot Danum.

Suku Dayak mengacu pada orang-orang asli non muslim, non melayu yang tinggal di Borneo. Mereka memiliki tradisi yang ada sejak nenek moyang, namun terus mereka pertahankan.

Ada berbagai tradisi suku Dayak yang unik dan masih dilestarikan oleh Suku Dayak hingga saat ini. Berikut adalah enam diantaranya. 

6 Tradisi Suku Dayak

Telingaan Aruu

Sudah bukan hal asing lagi, bahwa suku Dayak memiliki budaya cukup unik untuk memanjangkan telinga mereka. Tradisi ini disebut telingaan aruu atau biasa juga disebut sebagai tradisi kuping panjang.

Tradisi ini pada dasarnya memanjangkan telinga perempuan sampai ke dada dengan menggunakan anting-anting yang disebut sebagai Belaong.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bagi para perempuan dayak di Kalimantan Timur, hal ini menandakan semakin panjang kupingnya, maka dirinya akan semakin cantik. Selain itu, ada yang menyebutkan tradisi ini digunakan untuk menunjukkan status bangsawan atau melatih kesabaran.

Namun, hal ini tidak terjadi di kaum laki-laki, mereka tidak boleh memanjangkan telinga di bawah bahu. Sedangkan bagi para perempuan, mereka boleh memanjangkan telinganya hingga sebatas dada.

Suku Dayak biasanya menggunakan logam sebagai pemberat yang dipasang di bawah telinga. Anting-anting ini berukuran besar, berbentuk seperti gelang dan terbuat dari tembaga.

Terdapat dua jenis anting-anting yang digunakan, yakni hisang semhaa dan hisang kavaat. Hisang Semhaa dipasang di sekeliling lubang daun telinga, sedangkan Hidang Kavaat dipakai pada lubang daun telinga. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ritual ini hanya dilakukan oleh beberapa suku Dayak yang berada di wilayah pedalam, seperti Dayak Punan, Dayak Kelabit, Dayak Taman, Dayak Penan, dan Dayak Kenyah.

Artikel terkait: 10 Jenis Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kalimantan, Unik dan Merdu!

Tradisi Tedak

Tedak merupakan kebiasaan Suku dayak untuk mentato tubuhnya. Suku Dayak meyakini bahwa tato yang ditempelkan memiliki makna tersendiri seperti kekuatan, hubungannya dengan tuhan, perjalanan kehidupan dan menandakan kedewasaan.

Bukan hal yang mengherankan jika masyarakat Suku Dayak ini memiliki tradisi untuk melukiskan tato di tubuh mereka. Tradisi mentato tubuh ini tak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, melainkan juga kaum perempuan hanya saja memiliki arti berbeda.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebagai contoh, tato yang memiliki makna kedewasaan. Untuk kaum laki-laki, maka dia akan memiliki tato bunga terong. Sedangkan untuk perempuan, ditandai dengan mentato kaki dengan bentuk tedak kasa atau ukiran tato khas suku Dayak.

Artikel terkait: Pesona Ukiran pada Talawang Khas Suku Dayak, Cantik dan Sarat Makna

Ngayau Tradisi Suku Dayak

Tradisi ngayau merupakan tradisi yang mengerikan dan ekstrim, hingga tidak dilakukan oleh seluruh Suku Dayak. Tradisi Ngayau hanya  dilakukan oleh Suku Dayak Ngaju, Iban, dan Kenyah. Ngayau adalah adat berburu kepala musuh yang dilakukan oleh para lelaki. 

Berangkat dari keyakinan bahwa dengan memenggal kepala musuh, mereka akan terhindar dari gangguan roh musuh, tradisi ini dilakukan. 

Bagi suku Iban, Ngayau sangat berkaitan erat dengan ritual Tiwah untuk arwah yang diantarkan ke langit ke tujuh. Menurut sejarah, pada tahun 1874, banyak menimbulkan perselisihan antar suku Dayak, hingga pernah disepakati untuk dihentikan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 4 Fakta Menarik Serta Jenis-Jenis Kain Tenun Suku Dayak yang Indah

Tiwah

Apabila di Bali ada upacara Ngaben atau di Sulawesi Selatan memiliki Rambu Solo, maka di Kalimantan ada tradisi bernama Tiwah.

Tradisi Tiwah merupakan upacara pemakaman yang dilakukan masyarakat Suku Dayak Ngaju, prosesnya yaitu apabila ada para kerabat yang meninggal maka akan dibakar tulang-belulangnya. 

Menurut kepercayaan Kaharingan yang merupakan kepercayaan masyarakat pada zaman dahulu, tradisi Tiwah ini bisa mengantarkan arwah orang yang meninggal menuju Lewu Tatau atau dunia akhirat.

Tradisi Tiwah ini biasa diikuti dengan para keluarga yang bernyanyi sambil menari mengelilingi sang jenazah. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Manajah Antang

Tradisi Manajah Antang yaitu ritual untuk mencari musuh khas Suku Dayak, hal ini sangat penting dilakukan terutama saat berperang. Menurut cerita masyarakat yang beredar, tradisi ini yaitu masyarakat akan memanggil ruh leluhur dengan menggunakan burung antang yang dapat memberikan informasi letak musuh berada.

Selain itu, Manajah Antang juga sering digunakan untuk mencari petunjuk lain, seperti mencari barang atau orang yang hilang. tradisi ini memikili tujuan yaitu untuk menciptakan keamanan, kesejahteraan dan kelayakan hidup.

Mantat Tu' Mate, Tradisi Kematian Suku Dayak

Tradisi Mantat Tu’ Mate merupakan ritual yang dilakukan saat ada orang suku dayak yang meninggal. Uniknya, upacara ini berlangsung selama tujuh hari. Biasanya jenazah yang akan dikebumikan akan diiring-iringi dengan musik dan tarian tradisional.

Selain itu, di tengah tradisi ini, akan ada pemuka adat Suku Dayak akan membacakan mantra dan doa untuk jenazah. Lalu para warga juga akan memotong kayu yang nantinya akan dibuang yang dipercaya masyarakat untuk menghilangkan sial. 

Itulah 6 Tradisi Suku Dayak yang sangat unik dan meskipun cukup ekstrem, namun masyarakat suku dayak terus mempertahankan tradisi tersebut untuk menghormati nenek moyang mereka.

Baca juga:

id.theasianparent.com/bapukung-cara-menidurkan-bayi-ala-suku-dayak-dan-banjar

Penulis

Tania Latief