Mengenal Sekura, Tradisi Idul Fitri Asal Lampung yang Pererat Persaudaraan

Tradisi Sekura dari Lampung memiliki makna yang mendalam. Selain memperkuat persaudaraan tradisi ini juga mengingatkan manusia akan hal baik dan hal buruk.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Topeng menjadi salah satu ragam kesenian yang tak terpisahkan dari budaya tradisional Lampung. Ada beberapa jenis seni topeng yang berkembang di Lampung. Salah satunya adalah sekura yang berasal dari pesisir barat Lampung. Tradisi Sekura merupakan jenis topeng yang digunakan dalam perhelatan sekura. Seseorang bisa disebut sedang ber-sekura ketika sebagian atau seluruh wajahnya tertutup.

Penutup wajah bisa terbuat dari kain, kayu, kacamata atau sekadar polesan warna. Agar sekura lebih meriah maka bisa dipadukan dengan berbagai busana dengan berbagai warna yang meriah atau mencolok. Sekura adalah perhelatan rutin yang diadakan oleh masyarakat Kabupaten Lampung Barat. Pesta rakyat ini selalu diadakan ketika menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Foto: blog.reservasi.com

Dalam acara ini, para peserta wajib mengenakan topeng dengan berbagai karakter dan ekspresi. Pesta Sekura menjadi wujud ungkapan perasaan syukur dan sukacita dalam menyambut hari yang suci. Ada berbagai kalangan yang terlibat secara aktif di acara ini dan berbaur menjalin kekompakan.

Setiap peserta bisa membawa berbagai makanan yang didapatkan dari hasil silaturahmi berkeliling dari rumah ke rumah. Kemudian, makanan ini disantap bersama dengan peserta lain dalam suasana yang hangat. Pesta Sekura menjadi ajang silaturahmi dan menjalin keakraban dengan tetangga.

Artikel terkait: Penuh Kehangatan, 10 Tradisi Unik Sambut Lebaran di Berbagai Daerah di Indonesia

Jenis-Jenis Sekura

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Foto: indonesiakaya.com

Kata Sekura berasal dari kata “sakhuka”  yang artinya “penutup wajah” dalam bahasa setempat. Dengan demikian, sekura bisa diartikan sebagai topeng. Topeng ini sudah dipakai sejak zaman dulu sebagai perlengkapan untuk perang saudara. Karena lawannya adalah kerabat sendiri maka orang-orang jaman dulu menggunakan topeng untuk menyembunyikan wajah sekaligus menghilangkan keraguan ketika akan menghabisi lawan. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa tradisi ini adalah hasil asimilasi dari kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam yang ada di Lampung.

Saat ini, tradisi Sekura diselenggarakan oleh masyarakat Lampung sebagai ajang mempererat persaudaraan dan melestarikan budaya. Tradisi ini memiliki filosofi budaya yang mencerminkan identitas budaya mereka. Sekura juga menjadi perayaan yang bersifat menghibur. Salah satu nilai yang paling tampak dari tradisi ini adalah gotong royong dan kekeluargaan.

Artikel terkait:  Sambut Lebaran, Ini 7 Tradisi Malam Takbiran dari Berbagai Daerah di Indonesia

Peserta menggunakan topeng yang beragam dan busana yang beraneka rupa. Pada dasarnya, sekura bisa dibedakan menjadi dua jenis yaitu sekura betik dan sekura kamak. Sekura betik menggunakan kostum yang indah dan bersih, bisa menggunakan topeng kain miwang dan kacamata. Sedangkan, sekura kamak mengenakan kostum yang aneh, kotor dan topeng yang biasanya terbuat dari kayu.

Penyelenggaraan sekura dilakukan secara bergantian dari satu desa ke desa yang lainnya. Tradisi ini biasanya diselenggarakan ketika ada momen khusus seperti Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya. Peserta melakukan arak-arakan keliling yang dilanjutkan dengan berbagai jenis atraksi tradisional yang lain seperti panjat pinang dan berpantun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3 Makna Mendalam yang Bisa Dipetik dari Tradisi Sekura 

Foto: majalahteras.com

1. Humanisme

Manusia pada dasarnya memiliki sifat baik dan buruk. Tugas dari kemanusiaan dalah mengendalikan keburukan dengan kebaikan. Sekura kamak adalah simbol dari keburukan, sedangkan Sekura Betik adalah simbol kebaikan. Jika dihubungkan dengan waktu pelaksanaannya yaitu 1 Syawal, Sekura bermakna tergantikannya kebiasaan buruk sebelum Ramadhan. Itu selaras dengan makna  Idul Fitri yang berarti kembali kepada kesucian setelah puasa yang melebur dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Egalitarianisme

Tradisi Sekura dilakukan oleh semua kalangan, mulai dari yang tua sampai dengan yang muda. Dalam Sekura yang meriah, sekat antara tua muda dan strata sosial pun hilang. Peserta Sekura bisa berekspresi sesuai dengan peran yang dijalani. Siapapun yang menjadi tuan rumah ketika digelar Tradisi Sekura maka dia harus menyambut dengan ramah dan menyediakan makanan bagi sekura yang datang, saling berbagi tanpa pandang kaya dan miskin atau status sosial yang lainnya.

Artikel Terkait:  Metatah, Tradisi Jelang Dewasa Masyarakat Bali dengan Potong Gigi

3. Spiritualisme

Setiap peserta menggunakan kain warna warni sebagai ekspresi kegembiraan sekaligus menggambarkan berbagai jenis manusia dalam menjalani kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan, manusia memiliki dorongan untuk memilih bersikap baik atau buruk. Hanya dia dan Tuhan yang tahu dengan pasti kebaikan atau keburukan yang sedang dijalani. Seseorang tidak bisa menilai orang lain berdasarkan apa yang tampak (simbol dari topeng).

Itulah sekilas mengenai tradisi Sekura dan maknanya. Tertarik ingin mengikuti?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Baca Juga:

https://id.theasianparent.com/tradisi-kehamilan-di-indonesia

https://id.theasianparent.com/mahar-termahal

https://id.theasianparent.com/kue-apem-cirebon

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan