Tradisi malam takbiran marak dilakukan oleh Muslim di Indonesia. Menjelang Idul Fitri, tepatnya pada malam 1 Syawal, umat Islam akan beramai-ramai mengumandangkan takbir secara serentak.
Sebenarnya yang paling sering kita dengar adalah takbiran di masjid. Namun, ternyata tradisi pada saat malam lebaran di Indonesia bukan hanya itu. Di berbagai daerah terdapat beragam tradisi unik malam takbiran untuk menyambut Idul fitri.
Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk merayakan kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh selama Ramadan. Yuk, simak beragam tradisi unik pada malam lebaran Idul Fitri dari berbagai daerah di Indonesia!
Artikel Terkait: Takbiran Ungkapan Syukur Umat Islam Menyambut Hari Raya, Ini Bacaannya!
7 Tradisi Malam Takbiran di Berbagai Daerah di Indonesia
Tahun ini pandemi COVID-19 masih menghantui kita. Perayaan malam takbiran pun tidak bisa terlaksana seperti biasanya. Namun, tak ada salahnya kita mengetahui apa saja tradisi malam takbiran di Indonesia.
1. Meugang (Aceh)
Sebagai daerah yang dikenal dengan ajaran Islam yang sangat kental, Aceh memiliki tradisi tersendiri dalam mengisi malam takbiran, yakni yang disebut Meugang.
Meugang adalah kegiatan membagikan atau mengirim daging pada saat malam takbiran kepada orang-orang yang kurang mampu. Bagi masyarakat Aceh, menyambut Ramadan atau Idul Fitri tanpa meugang akan terasa tidak lengkap.
Meskipun meugang bukan sebuah kewajiban, tetapi ini sudah mengakar di masyarakat secara turun-temurun sehingga seperti menjadi sebuah keharusan. Jika sedang berada di Kota Serambi Mekah ini, tidak ada salahnya Parents mengikuti tradisi meugang untuk ikut merayakan kemenangan menyambut lebaran.
2. Pawai Kendaraan Hias (Sumatera Utara)
Di Sumatera Utara juga ada kegiatan khusus dalam memeriahkan malam lebaran. Tradisi unik ini dikenal dengan sebutan Kendaraan Hias.
Konvoi kendaraan hias ini merupakan tradisi kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Namun, tradisi ini juga kerap dijumpai di Kota Medan.
Biasanya digelar oleh pemerintahan daerah setempat. Para peserta berasal dari pengurus masjid di Sumatera Utara, serta perwakilan kelurahan maupun pedesaan.
Kendaraan yang ikut konvoi harus mendaftarkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, kendaraan dihias semenarik mungkin lengkap dengan pernak-pernik khas lebaran.
Selanjutnya kendaraan hias tersebut akan diarak berkeliling kota. Tradisi ini selalu menyedot perhatian warga setiap tahunnya di malam takbiran.
3. Tradisi Ronjok Sayak (Bengkulu)
Tradisi malam takbiran di Bengkulu dikenal dengan sebutan Ronjok Sayak atau tradisi bakar gunung api. Perayaan ini ditandai dengan menyalakan api melalui tumpukan serabut kelapa setinggi satu meter.
Masyarakat setempat percaya bahwa tumpukan kelapa yang disusun dan dibakar merupakan tanda ucapan syukur kepada Tuhan serta sebagai sarana mengirim doa untuk arwah keluarga yang telah meninggal.
Setelah kegiatan bakar-bakaran, masyarakat yang mengikuti tradisi ini akan mengirim makanan untuk tetangga serta kerabat dekat. Pada awalnya, Ronjok Sayak ditujukan untuk menciptakan alat penerangan sebagai bentuk sukacita karena datangnya hari raya Idul Fitri.
Artikel Terkait: 11 Tradisi Lebaran yang Masih Tetap Terjaga Kelestariannya
4. Tradisi Grebeg Syawal (Yogyakarta)
Tidak kalah dari daerah lain di Indonesia, masyarakat Yogyakarta juga memiliki tradisi malam takbiran yang unik. Tradisi ini dikenal dengan nama Grebeg Syawal.
Tradisi Grebeg Syawal biasanya dilakukan oleh Keraton Yogyakarta dengan menyusun hasil pertanian dan perkebunan yang disebut gunungan. Gunungan ini nantinya akan diarak keliling keraton hingga ke Masjid Agung.
Sayangnya sejak 2020 tradisi ini ditiadakan karena pandemi COVID-19. Meskipun begitu, pihak keraton tetap membagikan kelengkapan gunungan (ubarampe) yang isinya berupa 2.700 tangkai rengginang. Biasanya, ubarampe ini diarak dan dibagikan kepada warga ketika kegiatan Hajad Dalem Grebeg Syawal, yaitu pada hari pertama Idul Fitri.
5. Meriam Karbit, Tradisi Malam Takbiran di Pontianak
Di Pontianak juga memiliki tradisi yang digelar setiap malam takbiran. Tradisi itu dinamakan Meriam Karbit. Tradisi Meriam Karbit selalu dilakukan setiap menjelang hari raya, baik Idul Adha maupun Idul Fitri.
Menyalakan meriam karbit biasa dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di bantaran Sungai Kapuas. Menyalakan atau menyulut meriam ini memiliki makna agar tidak ada roh jahat yang mengganggu masyarakat saat hari kemenangan (hari raya) tiba.
6. Tumbilotohe (Gorontalo)
Masyarakat Gorontalo menggelar tradisi Tumbilotohe setiap malam takbiran tiba. Tumbilotohe memiliki arti “saatnya memasang lampu”.
Warga Gorontalo akan merayakan malam lebaran dengan cara memasang lampu minyak yang jumlahnya bisa mencapai ribuan. Pemasangan lampu minyak ini diadakan di berbagai tanah lapang.
Uniknya, lampu minyak ini akan disusun dalam berbagai bentuk sehingga terlihat indah dan menerangi kota.
7. Pawai Obor Jadi Tradisi Malam Takbiran di Sulawesi
Tradisi Pawai Obor juga biasa dilakukan oleh masyarakat Sulawesi di setiap malam lebaran Idul Fitri. Pawai obor ini dianggap sebagai simbol kebersamaan serta toleransi.
Sambil menyalakan obor, warga akan berkeliling menggemakan takbir tanda Hari Raya telah tiba. Pawai obor juga bertujuan sebagai sarana edukasi bagi anak-anak mengenai pentingnya mengumandangkan takbir di malam lebaran.
Artikel Terkait: Perbedaan Itu Indah, Begini 10 Tradisi Unik Lebaran di Berbagai Negara
Itulah tradisi unik malam takbiran dari berbagai daerah di Indonesia. Selain sebagai simbol sukacita menyambut kemenangan, tradisi tersebut juga patut untuk dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan bangsa.
Baca Juga:
11 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia, Unik dan Penuh Kebersamaan