Di belahan bumi lain ada tradisi culik calon pengantin yang disebut juga “bride kidnapping”. Tradisi ini masih terus berlangsung turun temurun dan menjadi perhatian masyarakat dunia.
Kyrgyztan jadi salah satu negara yang terkenal dengan tradisi satu ini, tak hanya negara itu saja rupanya ada tiga negara lainnya yang menerapkan budaya tersebut. Seperti apa “bride kidnapping” ini? Yuk, simak artikelnya berikut ini.
Sejarah Tradisi Bride Kidnapping atau Culik Calon Pengantin
Tradisi menculik pengantin ini dikenal dengan nama Kyz Ala Kachuu atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “mengambil perempuan muda dan melarikan diri”. Sebuah cara seorang lelaki muda menculik perempuan secara non-konsensual.
Melansir dari Wikipedia, praktik itu sempat berhenti selama periode Soviet, tapi setelah runtuhnya Uni Soviet, Ala Kachuu kembali muncul. Ada yang menyebut jika ini adalah awal mula praktik kawin lari, bukan penculikan.
Sumber: rferl.org
Saat menculik perempuan tersebut, para lelaki biasa memaksa mereka atau merayu dan sering kali ditemani juga oleh teman-teman pria lainnya.
Lalu, korban dibawa ke rumahnya dan dikurung dalam ruangan sampai keluarga perempuan datang dan meminta ia mengenakan syal pengantin perempuan sebagai tanda persetujuan. Terkadang, bila sang perempuan menolak, ia akan tetap dipaksa pihak keluarganya.
Sumber: Borgen Projector
Dilansir dari National Geographic, salah satu faktor yang menyebabkan budaya ini berkembang adalah karena runtuhnya kepemimpinan Uni Soviet di Kyrgyztan pada 1990-an. Krisis ekonomi membuat para pria muda menganggur dan sulit memenuhi mahar untuk menikahi perempuan.
Oleh karena itu, segerombolan pria memutuskan untuk menculik secara paksa agar mau menikah dengan mereka.
Bride Kidnapping Dianggap Sebagai Praktik Kekerasan
Kyrgyztan jadi pusatnya budaya “bride kidnapping”, mengutip dari Okezone di pedesaan pun terdapat lebih dari 60 persen penduduk negaranya menunjukkan 1 dari 3 pernikahan diawali dengan penculikan.
Penculikan biasanya terjadi di tempat umum secara kasar. Sekelompok pria menargetkan perempuan muda pilihannya, lalu diculik dan dibawa paksa dengan kendaraan. Ada perempuan yang bisa selamat karena diselamatkan ayah atau kerabat laki-lakinya.
Sumber: Probashir Diganta
Namun, keluarga korban sering kali menyetujui karena takut stigma buruk bahkan tidak mau menerima lagi anak perempuan mereka. Praktik ini telah ditetapkan ilegal sejak 1994, tapi masih berlanjut terutama di daerah pedesaan.
Tak semua menganggapnya buruk, pula yang menganggap penculikan ini adalah suatu kehormatan karena menunjukkan bahwa sang perempuan layak dijadikan seorang istri.
Artikel terkait: 5 Tradisi Pernikahan Pengantin Arab, Mewah dan Kental Akan Kekeluargaan
Pihak Keluarga Turut Mendukung Praktik Ini
Tak hanya laki-laki saja yang melakukannya, tak jarang juga para tetua perempuan dari pihak laki-laki menjalankan praktik ini untuk anak atau cucu mereka. Mereka juga memaksa perempuan untuk memakai syal putih tersebut.
Sumber: The Solutions Journal
Di tahun 2000-an praktik ini berhasil dibongkar pada aktivis dan peneliti, kemudian 2013 pihak berwenang Kyrgyztan melarang tradisi ini karena bisa menyebabkan perkosaan dalam pernikahan, KDRT, dan trauma psikologis pada perempuan.
Negara Lain yang Terapkan Tradisi Serupa
Selain Kyrgyztan, ternyata tradisi penculikan ini juga diterapkan di tiga negara Asia Tengah dan Afrika lainnya. Di mana sajakah?
Kazakhstan menamai praktik ini Alyp Qashu yang terbagi menjadi non-konsensual dan konsensual. Kelisimsiz alyp qashu yakni menculik lalu kabur tanpa adanya persetujuan dan kesissimmen alyp qashu yaitu mengambil dan lari dengan persetujuan.
Sumber: pexels
Penculikan pengantin juga terjadi di beberapa wilayah di Ethiopia. Seorang laki-laki bekerja sama dengan kawannya untuk menculik seorang gadis, biasanya mereka mengendarai kuda agar lebih memudahkan pelarian.
Pernikahan paksa menjadi hal menakutkan bagi gadis-gadis muda di Kenya. Perkawinan dengan cara menculik ini masih menjadi adat bagi kelompok etnis Kisii di sana. Perempuan yang diculik bahkan akan dihamili oleh mereka sehingga mau tidak mau harus menikahi si penculik.
Praktiknya paling umum terjadi di akhir abad ke-19, tapi sampai tahun 1960-an tradisi ini masih kadang dilakukan.
***
Setiap negara memang punya tradisi berbeda sebagai identitas negara tersebut, akan tetapi praktik seperti ini justru malah mengancam kebebasan dan keselamatan kaum perempuan. Semoga saja tradisi ini bisa cepat diberantas, ya.
Bagaimana pendapat Parents dengan tradisi ini?
Baca juga:
9 Tradisi pernikahan aneh di berbagai belahan dunia yang masih dipraktekkan
5 Ritual atau Tradisi Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.