7 Tradisi Buang Sial di Indonesia, Dari Lepas Burung Hingga Mandi Garam

Tradisi buang sial di Indonesia memiliki keunikan masing-masing di tiap kawasan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Apakah Parents familiar dengan kata-kata ‘buang sial’? Ya memang, buang sial adalah istilah yang biasa digunakan masyarakat Indonesia. Tradisi buang sial di Indonesia dapat dikatakan unik bahkan sudah ada yang melekat dalam sebuah tradisi ritual.

Indonesia memang kaya akan budaya. Tradisi buang sial ini juga kerap dikenal dengan penolak bala. Apakah Parents penasaran tradisi unik ini?

Maka, berikut ini kumpulan tradisi buang sial di Indonesia yang bisa Parents ketahui:

Ragam Tradisi Buang Sial di Indonesia

1. Tradisi Melangun

Tradisi buang sial pertama diambil dari suku Anak Dalam, Parents. Nah, bagi suku satu ini, jika ada keluarga mereka yang meninggal, wajib menjalankan melangun atau buang sial.

Caranya dengan satu keluarga besar atau keluarga yang ditinggal harus keluar dari hutan dan berjalan ribuan kilometer untuk membuang sial. Melangun memiliki arti mengembara dan hidup di dalam hutan karena mereka percaya kematian disebabkan oleh gangguan roh jahat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karena itulah mereka yang ditinggalkan perlu bepergian untuk menjauhi roh jahat agar tidak mengganggu kehidupan. Suku Anak Dalam dalam menjalankan melangun juga bisa pindah tempat tinggal karena rumah lama dianggap mendatangkan kesialan.

Selain itu, cara ini juga merupakan tradisi ungkapan kesedihan ditinggal mati oleh keluarga. Jadi, mereka akan melangun sampai hati merasa puas alias sedihnya terasa pudar.

2. Tradisi Ruwatan

 

Image: Tje Jakarta Post/Ganug Nugroho Adi

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tradisi selanjutnya adalah tradisi ruwatan yang dilakukan di kawasan Demak, Jawa Tengah. Dalam website Dispar Kabupaten Demak sendiri dituliskan bahwa ruwatan adalah upacara atau ritual penyucian yang tetap dilakukan.

Hal ini dilakukan untuk melestarikan ajaran dari Kanjeng Sunan kalijaga dan diperuntukkan bagi orang yang Nandang Sukerta atau yang berada dalam dosa.

Sedangkan, istilah ruwat berasal dari istilah Ngaruati yang memiliki makna menjaga kesialan Dewa Batara. Upacara Ruwatan biasa dilakukan orang Jawa ketika mengalami kesialan hidup.

Contohnya adalah anak sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan dan lain sebagainya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Tradisi Ciswak

Untuk masyarakat Tionghoa memiliki sebuah ritual yang digunakan untuk melakukan tolak bala tau membuang sial, yang dinamai ciswak.

Nah, bagi mereka yang sering datang ke kelenteng, pasti sudah tidak asing lagi dengan kata ciswak ini. Ciswak sendiri adalah sebuah ritual yang dilakukan untuk menolak bencana, dengan menyembahyangi dan mengantar dewa malapetaka.

Sedangkan, arti dari kata ciswak adalah menyembahyangi keburukan, atau juga bisa diartikan menghentikan dan mencegah datangnya keburukan.

Artikel terkait: 8 Tradisi Unik Gotong Royong di Indonesia yang Kaya Makna

4. Melepas Burung Pipit

 
Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: detik.com

Menjelang dan saat perayaan Tahun Baru Imlek, banyak tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang merayakannya, salah satunya “fang sheng” atau menerbangkan burung pipit.

Hingga saat ini, Fang sheng masih dilakukan, meskipun perkembangan zaman sudah banyak membuat tradisi lama terlupakan. Masyarakat Tionghoa juga percaya bahwa melepas burung juga menjadi sebuah simbol menjalin hidup berkesinambungan dengan alam.

Selain itu yang perlu diperhatikan adalah jumlah burung yang dilepaskan pun tidak sembarangan. Ada perhitungan tersendiri yang dipercaya oleh masyarakat Tionghoa.

5. Membuang Celana Dalam

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tradisi unik satu ini pasti sudah sangat familiar dengan masyarakat Indonesia. Pada mulanya, ada fenomena ditemukannya ratusan celana dalam berserakan di Gunung Sanggabuana.

Kemudian, saat ditelusuri salah satu warga dari Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru menuturkan fenomena buang celana dalam itu ternyata sudah sering dilakukan oleh warga yang berziarah. Bahkan, pengunjung atau pendatang saat bulan Mulud (Maulid) juga melakukannya sebagai salah satu ritual buang sial di Pegunungan Sanggabuana.

Miturut mitos yang beredar, dikatakan pengunjung yang datang ke kawasan Pegunungan Sanggabuana harus mencari sumber mata air yang bernama “Pancuran Emas” dan wajib mandi di pancuran tersebut. Setelah mandi, semua yang melekat di badannya harus dibuang.

6. Mandi Garam

The last but not least, tradisi buang sial di Indonesia selanjutnya adalah dengan mandi garam. Faktanya, tradisi ini banyak kita temukan di berbagai daerah di Indonesia, karena diyakini garam juga menjadi zat penetral aura negatif.

Lalu, dalam budaya Jawa, garam dimanfaatkan sebagai bahan ritual membersihkan diri. Juga tradisi menabur garam ke badan atau halaman rumah juga berfungsi untuk menghadang kesialan.

7. Tradisi Mekotek

 

Tata Cara Mekotek (Kintamani.id)

Tradisi Mekotek merupakan adat istiadat secara turun temurun dari umat Hindu di Bali yang terus dilestarikan hingga saat ini.

Faktanya, Bali memang memiliki banyak daya tarik yang tak hanya sekedar tempat rekreasi dan objek wisata yang sangat indah, tapi juga memiliki tradisi unik yang memang warisan zaman dahulu.

Mekotek merupakan simbol kemenangan. Upacara ini juga sebagai upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa desa puluhan tahun yang lalu.

Hal yang perlu diketahui bahwa Mekotek memiliki berbagai macam makna yaitu sebagai bentuk penghormatan pahlawan, menolak bala, dan pemersatu warga.

Makna pertama yaitu sebagai penghormatan atas jasa para pahlawan. Hal ini karena tradisi tersebut merupakan peringatan kemenangan perang Kerajaan Mengwi dalam hal perluasan wilayah pada saat jaman dahulu. 

Makna kedua yaitu sebagai bentuk untuk menolak bala dan memberi keselamatan, serta kesuburan atau kemakmuran untuk sektor pertanian di Desa Adat Munggu. Lalu, makna terakhir yaitu sebagai pemersatu warga, terutama pemuda.

Setelah mengetahui tradisi buang sial di atas, bagaimana pendapat Parents? Intinya, apapun budaya dan tradisi yang dijalankan, saling menghormati dan memahami adalah kunci utama dalam hidup bernegara.

Baca juga:

Cerita Rakyat Roro Jonggrang, Asal Muasal Candi Prambanan yang Megah

Prosesi Adat Pernikahan Tionghoa yang Penuh Makna

11 Tradisi Lebaran yang Masih Tetap Terjaga Kelestariannya