Dalam sebuah persalinan, terdapat dua kelahiran. Bayi dan seorang ibu. Bayiku dan aku sendiri, yang terlahir menjadi ibu.
Di akhir Juli yang hangat, aku melahirkan seorang bayi perempuan. Dia kuberi nama Nala, jantung hati kami. Bersama dengan kelahirannya, aku pun terlahir sebagai ibu. Saat itu banyak hal yang aku sama sekali tidak mengerti. Tapi seiring waktu, aku belajar.
Mengurus Nala membuatku hidupku sangat-sangat berubah. Aku menjadi lebih konsisten dan disiplin. Untuk Nala, lelah dan ngantuk bukan masalah. Kini aku tahu bagaimana jiwa kecil itu mampu membuatku berubah menjadi pribadi yang baru.
Ibu Mertua Mengajari Kami
Banyak sekali perubahan yang aku dan suami alami. Untungnya, kami diajari oleh ibu mertuaku bagaimana mengurus seorang bayi. Meski kami sudah belajar dari buku dan berbagai sumber lain, belajar langsung dari pengalaman menjadi seorang ibu sangat-sangat membantu.
Aku jadi paham mengapa orang tua bisa begitu banyak berkorban untuk anaknya. Begitu Nala lahir, aku tidak pernah mendahulukan diriku sendiri. Ibu mertuaku pun begitu menyayangi Nala. Itu membuatku sangat bersyukur. Dari beliau kami belajar bagaimana mengurus Nala sehari-hari.
Saat Nala baru saja lahir, aku tentu masih harus menjalani pemulihan beberapa hari. Selama itu pula ibu mertua dan suamiku mengurus aku dan Nala. Aku baru berani memandikan anakku setelah 2 minggu kemudian. Untuk menggendongnya saja, aku butuh ditemani karena terlalu banyak ketakutan di dalam pikiranku. Hadirnya mertua, mampu meyakinkan bahwa kami bisa mengurus Nala.
Terlahir Menjadi Ibu Membuatku Merasa Dibutuhkan
Sebelum menikah, aku adalah orang yang jarang bangun pagi. Ini karena aku punya kebiasaan bekerja di malam hari. Malam adalah waktu yang nyaman untuk menulis karena tidak banyak polusi suara. Tapi setelah punya Nala, aku harus cepat tidur malam dan bangun sebelum subuh. Dia pasti menyusu di jam-jam tersebut.
MengASIhinya membuatku tersadar bahwa ada seseorang yang benar-benar membutuhkan kehadiranku. Aku menjadi lebih rajin menjaga asupan nutrisi dan vitamin serta memelihara kesehatan jiwa dan raga. Terbayang dalam pikiranku, jika aku sakit, bayiku akan kesulitan.
Nala membutuhkanku setiap saat. Jika aku agak jauh darinya beberapa saat, bayi gemuk itu akan merengek meskipun ada bapak atau neneknya. Dia mengajariku rasa cinta kasih yang paling tulus. Melalui Nala aku mengerti bagaimana rasanya begitu dibutuhkan.
Tumbuh Rasa Percaya Diri
Kini Nala sudah 3 bulan, beratnya sudah 6 kilo lebih. Aku sering merasa badanku yang kecil, kurang nyaman untuk dia bersandar. Tapi ketika mendapatinya terlelap di buaianku, aku tahu bahwa Tuhan sudah mendesain tubuh perempuan begitu pas untuk menjadi seorang ibu.
Saat ini aku adalah full time mom. Aku sudah resign dari pekerjaanku sejak hamil. Ketika suamiku bekerja, aku tinggal berdua bersama Nala. Perlahan-lahan kami berhasil membentuk ikatan yang begitu kuat.
Selama berdua, aku sering mengajak Nala ngobrol berbagai hal. Terkadang aku merasa bahwa dia memahami apa yang kuucapkan. Dia sudah bisa menanggapi dengan tersenyum, tertawa, dan menggerak-gerakkan kaki serta tangannya.
Aku tahu, menjadi seorang ibu adalah pekerjaan seumur hidup. Dan kini aku merasa sangat siap untuk menghadapinya sepanjang sisa umurku. Dengan anakku, aku akan terus belajar menjadi manusia yang lebih baik.
Ditulis oleh Desi Kartika Sari, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC lainnya:
Ajarkan 4 Kebiasan Baik Saat Makan di Luar yang Bisa Diajarkan ke Anak
5 Hal Pendukung Keberhasilan Menyapih Anak, Termasuk Support System!
Begini Caraku Hadapi Preeklamsia saat Hamil dengan Rasa Sabar dan Gembira