Indonesia terkenal dengan budayanya yang beragam. Setiap daerah memiliki budaya tersendiri yang unik seperti tarian, ritual hingga kuliner. Tak terkecuali daerah Kabupaten Banyuwangi yang ada di Jawa Timur. Salah satu tarian daerah dari Banyuwangi adalah Tari Gandrung.
Tarian ini biasanya disuguhkan untuk berbagai acara seperti menyambut panen hari raya, resepsi pernikahan sampai dengan khitanan. Meskipun Tari Gandrung berasal dari Banyuwangi, seni tradisional ini telah mendunia, bahkan sudah pernah dipertontonkan di Amerika Serikat, juga di ajang internasional seperti pembukaan Asian Games 2018 lalu.
Tari ini awalnya dibawakan sebagai wujud rasa syukur masyarakat setelah panen. Tarian ini biasanya dilakukan secara berpasangan antara perempuan (penari gandrung) serta lelaki (pemaju) yang dikenal dengan paju. Ketika dipentaskan, tari gandrung Banyuwangi juga diiringi dengan musik khas daerah Banyuwangi Gamelan Osing.
Tari Gandrung adalah salah satu bentuk kebudayaan Suku Osing, penduduk asli Banyuwangi.
Sejarah Tari Gandrung Banyuwangi
Mengenai asal usul tari Gandrung, banyak sekali versi yang menyertai. Berdasarkan catatan sejarah, tarian ini pertama kali dipentaskan oleh lelaki yang didandani selayaknya seorang perempuan. Berdasarkan laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian ini yaitu kendang tetapi kadang digunakan biola.
Pada tahun 1890-an, gandrung lelaki tersebut perlahan hilang dari pentas Tari Gandrung Banyuwangi. Ini seiring dengan masuknya ajaran agama Islam yang melarang lelaki berdandan seperti seorang perempuan. Namun tari gandrung versi laki-laki ini baru benar-benar hilang pada tahun 1914. Kemudian, muncul tarian Gadrung Semi yang menampilkan penari wanita.
Semi diambil dari nama anak perempuan yang berusia 10 tahun pada 1895. Dia mengalami penyakit yang cukup parah. Semuanya sudah dilakukan sampai dia pergi ke dukun. Sayangnya, Semi tidak juga sembuh sehingga sang ibu bernazar (Kalau kamu sembuh ya saya jadikan kamu Seblang. Kalau tidak ya tidak jadi).
Ternyata, gadis kecil ini sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru kemunculan tari gandrung versi perempuan. Tarian tersebut kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggung. Tarian ini terus berkembang di Banyuwangi dan menjadi ikon khas daerah setempat.
Artikel terkait: Cari tempat Liburan keluarga? Coba jelajahi 7 wisata alam di Banyuwangi ini
Makna Tari Gandrung
Kata “gandrung” bermakna terpikat. Dikatakan tari gandrung karena tarian ini mengekspresikan masyarakat Blambangan yang terpesona dengan Dewi Sri, Dewi Padi yang bisa membawa kesejahteraan untuk masyarakat.
Tarian gandrung adalah kesenian tradisional yang diadakan oleh masyarakat sebagai bentuk ucapan rasa syukur setelah panen. Para penari gandrung akan menari bersama dengan pemaju secara berpasangan.
Seiring dengan perkembangannya, tarian ini seringkali ditampilkan dalam berbagai acara seperti pernikahan, khitanan hingga perayaan kemerdekaan RI. Biasanya juga tampil pada acara resmi dan tidak resmi baik di Banyuwangi maupun pada wilayah lainnya.
Artikel terkait: 5 Panggilan untuk Ayah dalam Bahasa Bali, Mana yang Parents Tahu?
Perlengkapan Tari Gandrung
Tari tradisional gandrung adalah tari yang dilakukan secara berpasangan antara penari lelaki dengan penari perempuan. Tarian ini menggunakan perlengkapan yang tak jauh berbeda dengan jenis tarian yang lainnya. Berikut ini berbagai perlengkapan yang digunakan dalam tari Gandrung Banyuwangi.
1. Selendang
Selendang adalah salah satu properti yang digunakan dalam tari Gandrung Banyuwangi. Selendang yang digunakan dalam tarian ini ukurannya sama dengan selendang pada umumnya. Biasanya, selendang ini diletakkan pada bahu penari serta berfungsi sebagai aksesoris untuk menarik perhatian penonton yang diajak menari.
2. Hiasan Mahkota
Sama seperti tarian lainnya, tari Gandrung Banyuwangi juga menggunakan properti yang digunakan di atas kepala yang sering disebut dengan omprok. Hiasan ini dibuat dari kulit kerbau yang dihiasi dengan menggunakan ornamen berwarna emas dan merah.
Properti kepala ini juga dihiasi dengan menggunakan ornamen antasena yang menutupi seluruh rambut para penari gandrung mulai rambut bagian depan sampai dengan bagian belakang. Dulu, ornamen ini tidak melekat pada mahkota namun hanya dipasang setengah terlepas seperti sayap burung.
Selain itu, ada juga ornamen cundhuk mentul yang bentuknya cantik dan kecil. Ada juga ornamen hio dalam hiasan kepala penari ini. Ornamen hio ini menambah kesan magis untuk para penari.
Artikel terkait: 5 Fakta dan Sejarah Baju Cheongsam, Warisan Budaya China yang Mendunia
3. Kain Batik
Kain batik biasanya digunakan sebagai kostum bawahan para penari tarian gandrung. Kain ini dililitkan pada pinggang sehingga seperti menyerupai rok yang pas di badan.
Batik yang digunakan ini biasanya memiliki corak gajah oling atau tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah. Kain ini biasanya memiliki warna dasar putih serta bertujuan pelestarian ciri khas batik daerah Banyuwangi. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk penggunaan corak serta warna dasar yang lainnya.
4. Kipas
Sama seperti properti selendang, ada juga kipas yang menjadi properti dalam tarian gandrung. Tetapi kipas bukan termasuk properti utama dalam pertunjukan tari gandrung. Kipas ini hanya digunakan sebagai properti ketika tahapan terakhir tarian.
***
Itulah sekilas tentang tradisi tari gandrung Banyuwangi yang bisa Anda ajarkan pada si kecil agar lebih mengenal ragam kebudayaan di Indonesia ini!
Baca juga:
Kenalkan Ragam Budaya pada Anak, Yuk, Kenalkan 36 Gambar Rumah Adat di Indonesia
5 Ritual atau Tradisi Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia