Kenali Segera 3 Tanda Kondisi Pasien COVID-19 Memburuk, Jangan Sampai Terlambat!

Kondisi kesehatan bisa memburuk sewaktu-waktu lantaran infeksi Virus Corona yang semakin menyebar di dalam tubuh.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kasus COVID-19 di Indonesia kini semakin bertambah. Tak sedikit pasien positif COVID-19 yang terpaksa isolasi mandiri di rumah karena fasilitas kesehatan penuh. Kondisi kesehatan mereka bisa memburuk sewaktu-waktu lantaran infeksi virus yang semakin menyebar di dalam tubuh. Belakangan muncul laporan yang menyatakan bahwa sejumlah pasien isolasi mandiri meninggal dunia di rumah lantaran kondisi kesehatan mereka terus menurun dan tidak sempat ditangani. Untuk mencegah hal ini terjadi, berikut tanda pasien COVID-19 memburuk yang perlu diwaspadai.

3 Tanda Pasien COVID-19 Memburuk yang Perlu Diwaspadai 

Kasus COVID-19 semakin meningkat, jumlah pasien yang meninggal dunia semakin banyak, sementara fasilitas kesehatan di ambang kolaps. Imbasnya, banyak pasien positif COVID-19 diminta isolasi mandiri di rumah.

Tak sedikit pasien isolasi mandiri yang kondisinya memburuk hingga akhirnya meninggal dunia karena tak sempat ditangani. Perlu kewaspadaan ekstra dari orang-orang terdekat untuk terus memantau perkembangan pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri.

Berikut tanda pasien COVID-19 memburuk yang perlu diwaspadai:

1. Demam Terus Menerus 

Sumber: iStockphoto

Demam adalah gejala COVID-19 yang paling sering dijumpai. Jika gejalanya sedang, biasanya demam ini akan turun dalam waktu 1-2 hari. Namun, Anda perlu waspada jika demam ini berlangsung selama 4-5 hari setelah terinfeksi.

Mengutip Suara.com, pasien COVID-19 perlu berhati-hati apabila demam tetap bertahan hingga 7 hari pertama sejak terinfeksi. Kondisi lainnya yang perlu diwaspadai adalah jika demam berlangsung selama 1-2 hari lalu turun, tetapi kembali demam lagi dan kondisinya berulang.

2. Batuk yang Terlalu Kuat

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: iStockphoto

Gejala berikutnya yang cukup sering dijumpai pada pasien COVID-19 adalah batuk-batuk. Parents perlu waspada apabila batuk yang dialami pasien COVID-19 terlalu kuat dan terasa sakit.

Gejala ini bisa jadi pertanda bahwa kondisi pasien semakin parah. Batuk yang terlalu kuat dan tanpa diikuti dahak bisa menjadi tanda bahwa paru-paru dan organ pernapasan terinfeksi akut. Selain itu, frekuensi batuk yang cukup sering disertai sesak napas bisa jadi gejala pneumonia. 

Artikel terkait: Kriteria Pasien COVID-19, RS Fokus kepada Pasien Gejala Berat

3. Sesak Napas

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: iStockphoto

Jika pasien COVID-19 sudah merasakan gejala sesak napas, maka hal ini tak boleh dianggap enteng. Rasa nyeri di dada dan kesulitan bernapas adalah gejala yang harus disikapi dengan serius.

Infeksi yang menyebar di sepanjang saluran pernapasan bagian bawah menyebabkan sensasi terbakar di bagian dada, sesak napas, bunyi ngik ketika bernapas, dan nyeri seperti tertusuk di bagian dada. 

Artikel terkait: Risiko Long Covid Lebih Rentan Dialami Perempuan, Kenali Gejalanya!

Cara Mendeteksi Perburukan Pasien COVID-19 yang Isolasi Mandiri di Rumah

Selain melihat gejala yang dialami oleh pasien COVID-19, Parents juga bisa memantau melalui beberapa hal di bawah ini. Mengutip dari Kompas.com, berikut cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi pasien COVID-19 yang isolasi mandiri di rumah:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Saturasi Oksigen

Sumber: iStockphoto

Dokter spesialis penyakit dalam RS Universitas Indonesia, Muhammad Hafiz Aini, mengatakan ada dua hal utama yang harus dipantau untuk mengetahui tanda-tanda perburukan, salah satunya adalah saturasi oksigen.

Kondisi pasien COVID-19 yang memburuk biasanya dibarengi dengan saturasi oksigen yang menurun. Jika saturasi oksigennya di bawah 95 dan diikuti dengan gejala yang memburuk seperti di atas, maka perlu segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. 

Artikel terkait: Dapat Menyerang Anak, Waspada Bahaya Post-Covid MIS-C yang Mengancam Jiwa

2. Periksa Alat

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: iStockphoto

Saat ini, oxymeter atau alat pengukur saturasi oksigen bisa dibeli secara online melalui e-commerce. Harganya juga cukup terjangkau. Anda bisa membelinya untuk berjaga-jaga apabila terinfeksi virus corona.

Akan tetapi, sebelum digunakan, perlu dicek apakah alat tersebut berfungsi dengan optimal. Sebab, dalam beberapa kasus, ada oxymeter yang menunjukkan angka di atas 95, tetapi kondisi pasien memperlihatkan sebaliknya. 

“Kalau pasiennya sedang-sedang saja, tapi, kok, saturasinya rendah, di bawah 95, tapi [kesehatannya] bagus, maka pastikan dulu alatnya, misalnya, apakah baterainya baik,” kata Hafiz, dikutip dari Kompas.com

Jika kondisi pasien terus menerus memburuk maka perlu segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Kalaupun kondisinya penuh, Hafiz menyarankan agar tetap mencoba karena kegawatan bagaimana pun kondisinya perlu mendapat penanganan dari tenaga medis. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Yang namanya kegawatan, apa pun yang terjadi harus dilaporkan, dan pasien harus mendapatkan pelayanan yang lebih, dibawa ke faskes terdekat,” lanjutnya. 

Parents, demikian tanda pasien COVID-19 memburuk. Semoga informasi di atas membuat kita semakin waspada. Perketat protokol kesehatan dan imunitas.

Baca juga:

Sempat Positif COVID-19, Ari Lasso: "Psikis Mulai Goyah, Napas pun Pendek"

Hipoksia atau Kekurangan Oksigen, Kenali Penyebab dan Gejalanya