Sebagai lanjutan dari artikel sebelumnya, Tahap Perkembangan Emosi dan Sosial Batita, kali ini kami ulas tahap lanjutan dari perkembangan sosial dan emosi anak setelah melewati masa batita, yaitu ketika berusia 3 hingga 12 tahun.
Psikolog dan Psikoanalis Erik Erikson membagi perkembangan emosi sosial manusia dalam 8 tahap. Empat tahap pertama terkait erat dengan perkembangan sosial-emosi di usia bayi hingga 12 tahun; dan empat tahap berikutnya pada usia 12 tahun hingga menjelang dewasa.
Kali ini, kami mengulas tahap perkembangan emosi dan sosial yang ke-3 dan ke-4, yang umumnya dialami oleh anak usia 3-12 tahun.
Tahap perkembangan III: Maksud (3 – 6 tahun)
Di tahap ketiga, anak akan belajar menghadapi emosi ketika maksudnya diterima atau ditolak (learning initiative vs guilt).
Usia 3-6 tahun, merupakan masa bermain untuk anak. Saat ia bermain, secara naluri kadang anak berinisiatif untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Di saat ia berinisiatif inilah, ia akan belajar apakah lingkungan akan menanggapinya dengan baik, atau malah mengabaikan.
Jika sambutan baik yang ia terima, maka anak akan belajar 3 hal, yaitu:
- Mampu berimajinasi, mengembangkan ketrampilan melalui bermain aktif, termasuk berfantasi.
- Bisa bekerjasama bersama teman.
- Punya kemampuan menjadi “pemimpin” dalam permainan, seperti ia menjadi “pengikut” permainan.
Sebaliknya, ketika inisiatifnya selalu ditolak, maka anak akan selalu merasa takut, sangat bergantung pada kelompok, dan tidak berani untuk mengembangkan pikirannya.
Tahap perkembangan IV: Kompetensi (5.5 – 12 tahun)
Tahap ini berkembang di usia sekolah. Di sini, si Kecil akan belajar bagaimana berkompetensi dalam kelompok, dengan mengembangkan 3 ketrampilan sosial, seperti:
- Bagaimana mematuhi aturan dan kaitannya dengan hubungan pertemanan. Misal ketika mendapat tugas piket, bagaimana ia akan mengingatkan temannya yang terlambat tanpa menimbulkan konflik, berpartisipasi aktif dalam tugas kelompok, dan lain sebagainya.
- Belajar bagaimana bermain dengan struktur dan aturan tertentu. Misal ketika anak bepartisipasi aktif dalam permainan kasti. Di sana ia akan belajar bagaimana menang dengan tetap berpegang pada aturan dan kerja tim.
- Belajar bagaimana menguasai mata pelajaran di sekolah serta mendisiplinkan diri untuk belajar materi tersebut
Bila emosi-sosial anak berkembang dengan baik, percaya dan merasa aman dengan lingkungannya, pandai berinisiatif, maka ia akan memiliki kompetensi yang unggul dalam lingkungan sosialnya.
Sebaliknya, si Peragu, akan selalu merasa tidak aman, malu, selalu merasa bersalah hingga akhirnya menjadi pribadi yang inferior (kalah).
Tonggak Perkembangan Batita
Tonggak perkembangan adalah perilaku atau keterampilan fisik yang terlihat pada bayi dan anak-anak saat mereka tumbuh dan berkembang. Berguling, merangkak, berjalan, dan berbicara semuanya dianggap tonggak perkembangan. Tonggak perkembangan ini berbeda untuk tiap usia.
Melihat dengan cermat tonggak perkembangan anak bisa membantu Parents untuk mengetahui apakah anak berkembang dengan normal. Tonggak juga dapat mengidentifikasi seorang anak yang membutuhkan pemeriksaan dan terapi. Penelitian telah menunjukkan bahwa semakin cepat terapi pengembangan dimulai, semakin baik hasilnya.
Dikutip dari Medline Plus, berikut ini tonggak perkembangan batita yang perlu Parents ketahui.
Bayi – lahir hingga 1 tahun
- Mampu minum dari cangkir
- Mampu duduk sendiri, tanpa dukungan
- Mengoceh
- Tersenyum
- Tumbuh gigi pertama
- Bisa bermain cilukba
- Menarik diri ke posisi berdiri
- Berguling sendiri
- Kata mama dan dada, menggunakan istilah dengan tepat
- Pahami “TIDAK” dan akan menghentikan aktivitas sebagai respons
- Berjalan sambil berpegangan pada furnitur atau pendukung lainnya
Bayi 1 hingga 3 tahun
- Mampu makan sendiri
- Dapat menggambar garis (saat ditunjukkan satu)
- Mampu berlari, berputar, dan berjalan mundur
- Dapat menyebutkan nama depan dan belakang
- Mampu berjalan naik dan turun tangga
- Mulai mengayuh
- Dapat memberi nama gambar benda-benda umum dan menunjuk ke bagian tubuh
- Meniru ucapan orang lain
- Belajar berbagi mainan (tanpa arahan orang dewasa)
- Belajar bergiliran (jika diarahkan) saat bermain dengan anak-anak lain
- Berjalan
- Mengenali dan memberi label warna dengan tepat
- Mengakui perbedaan antara pria dan wanita
- Menggunakan lebih banyak kata dan mengerti perintah sederhana
- Menggunakan sendok untuk makan sendiri
Baca juga : Mengajari Anak Sukses
dan beberapa artikel menarik lainnya:
Mengatasi Anak Pemarah
Ketahui Akibat Membentak Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.