Parents termasuk orang tua yang mana, nih, memilih untuk melakukan swamedikasi alias mengobati anak sendiri jika si kecil jatuh sakit, atau langsung pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat?
Sistem kekebalan anak masih belum berkembang sempurna seperti orang dewasa sehingga ia mudah terserang penyakit dan jatuh sakit. Sebagai orang tua, tentu Parents akan merasa khawatir jika anak sakit. Oleh karena itu, tak jarang orang tua memutuskan untuk melakukan swamedikasi atau mengobati sendiri menggunakan obat-obatan yang ada di rumah.
Artikel Terkait: Bingung Bagaimana Cara Memberikan Obat untuk Anak? Ini Solusinya
Daftar isi
70% Orang Tua di Indonesia Pilih Swamedikasi Saat Anak Sakit
Tahukah Parents bahwa menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2019, sebanyak 71,46% masyarakat Indonesia memilih untuk melakukan swamedikasi ketimbang berkonsultasi ke dokter? Angka ini pun terus meningkat sejak tahun 2017.
Menurut dr. Devie Kristiani, Sp.A, Dokter Spesialis Anak, pada dasarnya swamedikasi atau mengobati sendiri bukanlah tindakan yang salah. Namun, tentunya dengan catatan dilakukan dengan baik dan benar.
“Pada umumnya, tingkat kecemasan orang tua ketika anak sakit itu tinggi sehingga orang tua ingin secepatnya memberikan obat kepada si kecil. Tentu kita pahami bahwa itu adalah refleksi dari kasih sayang orang tua yang sedemikian besar untuk anaknya. Namun, perlu diingat bahwa ‘anak bukan miniatur orang dewasa’ sehingga obat-obat yang aman diberikan kepada orang dewasa belum tentu aman untuk anak-anak,” ungkap dr. Devie dalam acara virtual press conference bertajuk, ‘Lifebuoy dan Halodoc Kolaborasi, Berikan Layanan Konsultasi Dokter Gratis Hingga 2023’.
Swamedikasi Berisiko Menimbulkan Dampak Negatif
Dokter yang berpraktik di RS Bethesda Lempuyangwang tersebut mengatakan swamedikasi di satu sisi jika dilakukan dengan benar akan sangat bermanfaat. Namun, jika tidak, berpotensi menimbulkan dampak negatif.
Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh swamedikasi yang dilakukan dengan tidak tepat di antaranya adalah efek samping obat, dosis atau takaran yang tidak pas sehingga obat pun tidak bekerja secara efektif, hingga risiko munculnya resistensi obat.
Artikel Terkait: Anak Takut Sama Dokter? Ini 7 Tips Mudah Mengatasinya
Mengenali Simbol Obat-obatan yang Dijual Bebas
Orang tua pun diharapkan lebih awas dalam melakukan pemilihan obat, terutama membaca label obat. Obat sendiri terbagi dalam beberapa golongan,
Obat yang aman digunakan untuk swamedikasi adalah obat dengan simbol lingkaran hijau dan biru.
Adapun obat dengan simbol lingkaran hijau adalah obat yang dijual bebas tanpa membutuhkan resep dokter. Contoh obat dengan simbol lingkaran hijau ini adalah paracetamol dan suplemen makanan (vitamin dan mineral).
Sementara obat dengan simbol lingkaran biru adalah obat bebas terbatas yang dapat dibeli tanpa resep dokter.
Akan tetapi, obat-obatan ini biasanya memiliki tanda peringatan khusus saat menggunakannya. Obat yang tidak boleh digunakan untuk swamedikasi adalah obat keras, yaitu obat dengan lingkaran merah dengan huruf K. Obat-obatan ini hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
“Selain itu, dosis pada anak harus dihitung sesuai usia dan berat badan anak, sehingga alangkah baiknya bila orang tua berkonsultasi terlebih dahulu (kepada dokter) sebelum memberikan obat kepada si kecil,” dr. Devie menjelaskan.
Layanan Telemedis Mudahkan Orang Tua Mengatasi Anak Sakit dengan Tepat
Layanan telemedis atau konsultasi dengan dokter secara daring (online) memberikan kemudahan bagi orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter tepercaya dan mendapatkan penanganan kesehatan yang cepat, mudah, dan tepat bagi anak mereka kapanpun dan di manapun.
Selebritas sekaligus mom influencer, Nagita Slavina, mengaku sangat terbantu dengan layanan telemedis seperti yang ditawarkan oleh aplikasi Halodoc.
“Sebagai seorang ibu dari dua anak, tentu saya juga merasakan kekhawatiran atas kesehatan anak-anak saya. Itu sebabnya saya senang sekali dengan solusi layanan konsultasi dokter gratis yang diberikan oleh Lifebuoy dan Halodoc. Saya sangat berharap orang tua di Indonesia dapat memanfaatkan layanan ini dan jadi tidak ragu lagi untuk berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan dan informasi yang tepat di saat anak jatuh sakit,” tuturnya.
Nah, Parents, Lifebuoy dan Halodoc berkolaborasi dalam kampanye #PerlindunganKeluargaSehat menyediakan layanan konsultasi dokter gratis lewat aplikasi Halodoc.
Artikel Terkait: Ini 7 Tips dan Pertimbangan dalam Memilih Dokter Anak yang Tepat
Untuk mengaksesnya, lakukan cara berikut ini:
- Unduh aplikasi Halodoc di Appstore dan Playstore.
- Atau bisa juga dengan memindai barcode yang ada di belakang kemasan sabun cair Lifebuoy Total 10.
- Masuk ke dalam aplikasi Halodoc, klik menu ‘chat dengan dokter’ dan pilih dokter dengan pilihan spesialisasi yang tersedia..
- Masukkan kode ‘LIFEBUOYHALODOC’ pada halaman pembayaran dan konsultasi gratis segera dapat dilakukan.
Layanan konsultasi dokter gratis ini tersedia hingga pertengahan tahun 2023.
Sebagai dokter spesialis anak, dr. Devie juga menyarankan agar orang tua memanfaatkan layanan konsultasi dokter gratis ini untuk mencegah dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh swamedikasi.
“Saya sangat mengapresiasi kolaborasi Lifebuoy dan Halodoc yang bisa membantu orang tua agar terhindar dari praktik swamedikasi yang kurang tepat dengan memberikan kemudahan konsultasi ke dokter untuk mendapatkan informasi yang benar saat anak jatuh sakit,” kata dr. Devie.
Apakah Parents termasuk orang tua yang juga cenderung melakukan swamedikasi saat anak sakit? Jika iya, maka Parents bisa memanfaatkan kemudahan layanan telemedis gratis seperti yang ditawarkan oleh Lifebuoy dan Halodoc ini.
Baca Juga:
Kenali 4 Ciri Dokter Anak yang Baik ini Agar Parents tak Salah Pilih
Jadwal Konsultasi ke Dokter Anak untuk Bayi dan Jenis Pemeriksaannya
14 Dokter Spesialis Anak Ini Rajin Bagikan Ilmu di Instagram, Yuk Follow!