Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan kekhawatirannya akan kasus resistensi antibiotik akibat mikroba atau AMR. Sebanyak 1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena infeksi yang tidak dapat diselesaikan dengan obat akibat resistensi.
Kerap Disebut Silent Pandemic
Sumber: Unsplash
Angka kematian yang tinggi akibat resistensi antibiotik ini menyebabkan munculnya julukan baru yakni silent pandemic. Hal ini mengancam Indonesia yang meruapakan negara tropis dengan angka infeksi yang tinggi.
Indonesia pun berencana menginisiasi pembahasan aturan penggunaan antibiotik dalam pertemuan Side Event AMR pada G20 di Bali. Tujuannya adalah pengaturan pengelolaan antibiotik yang lebih rasional sehingga menekan angka kematian akibat resistensi antibiotik.
AMR ini dapat menyebabkan pasien sulit berobat karena penyakit yang tidak dapat disembuhkan melalui obat-obatan tertentu. Salah satu yang sering terjadi adalah infeksi saluran pernafasan bawah seperti pneumonia maupun infeksi aliran darah seperti sepsis.
Akibatnya tentunya perawatan menjadi jauh lebih berisiko dan biaya perawatan kesehatan meningkat.
Artikel Terkait: Jangan Asal! Kenali Bahaya Konsumsi Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Resistensi Antibiotik Dapat Disebabkan Oleh Penggunaan Obat Sembarangan
Apa yang menjadi penyebab munculnya AMR ini? Rupanya, salah satu penyebab utamanya adalah penggunaan obat antibiotik sembarangan yang tak terkontrol.
Selain itu ada pula hewan dan tumbuhan yang menyebabkan resistensi antibiotik akibat mikroba sehingga berdampak pada kesehatan manusia.
Beberapa mikroba patogen yang resisten terhadap obat adalah HIV. Akibatnya hampir semua obat antiretroviral tidak efektif karena munculnya HIV yang resisten terhadap obat.
Penyebaran global yang cepat pun akhirnya menyebabkan infeksi tidak dapat diobati dengan obat antimikroba yang ada seperti antibiotik.
Dampak Resistensi Antibiotik Pada Sektor Luas
Sumber: Unsplash
Tentunya selain pada kesehatan, rupanya AMR bisa mengancam pembangunan perekonomian negara, khususnya sistem perawatan kesehatan.
Penyakit yang berkepanjangan dapat menyebabkan masa rawat inap yang lebih lama. Belum bila terjadi kehendayaan seumur hidup hingga kematian.
Resistensi obat yang menyebar secara global dan masif akhirnya menyebabkan pengobatan lebih sulit dilakukan.
Kondisi ini akan terus berlanjut bilamana masyarakat belum mengubah cara konsumsi obat yang sembarangan, Parents!
Artikel Terkait: Dikenal sebagai Antibiotik, Pahami Aturan Minum hingga Efek Samping Azithromycin
Kementerian Kesehatan RI Bekerja Sama dengan Pihak Lebih Luas
Dante mengungkapkan bahwa tidak ada industri yang dapat berdiri sendiri untuk mengatasi ancaman AMR ini. Sehingga Kementerian Kesehatan RI harus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencegah kondisi ini semakin menyebar.
“Tidak ada satu industri pun yang dapat menghadapi ancaman ini sendirian. AMR membutuhkan banyak partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan,” uajr Dante.
“Di antara inisiatif yang dilakukan, kami menawrkan penyelesaian masalah AMR, yakni dengan pembentukan inisiatif sains berbasis genom biomedis pada pengobatan yang bersifat presisi,” tambah Dante dikutip dari Liputan6.
Selain itu, ada pula peningkatan penelitian dan pengembangan AMR pada obat baru, vaksin, terapeutik, dan diagnostik.
“AMR mengancam kesehatan, ekonomi, dan pencapaian SDGs. Untuk menumbuhkan kapasitas penelitian dan pengembangan global, kita harus mengamankan pendanaan yang cukup dan berkelanjutan,” ujar Dante dikutip dari IDX.
***
Baca Juga:
Dapat Menguatkan Kandungan, Kenali Aturan Pakai dan Dosis Obat Duphaston dengan Tepat!
Jangan Sembarangan! Ini Aturan Mengonsumsi Obat Cataflam
Bantu Redakan Nyeri, Ini Aturan Mengonsumsi Obat Ibuprofen
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.