Menunjukkan rasa simpati dan perhatian pada survivor kanker memang perlu dilakukan. Tapi tahukah Anda seperti apa survivor kanker ingin diperlakukan?
Pada Hari Kanker Sedunia yang jatuh tiap tanggal 4 Februari, seringkali menjadi pengingat untuk meningkatkan kesadaran dengan memeriksakan diri untuk mencegah penyakit ini.
Mendengar kata kanker apa yang akan terbersit dalam pikiran Parents? Penyakit mengerikan? Penyakit mematikan? Atau penyakit yang akan menghabiskan biaya yang sangat besar?
Apapun itu, ketahuilah bahwa para survivor kanker tidak ingin dianggap dirinya berbeda.
Setidaknya hal ini diungkapkan dua survivor kanker, keduanya berprofesi sebagai jurnalis.
Baca juga : Kabar kanker bukan penyakit adalah hoax, ini penjelasannya
Febria Silaen dan Radian Nyi Sukmasari merupakan survivor kanker yang kini sedang berusaha melawan penyakit kanker yang tengah mereka alami. Meski begitu, keduanya tidak ingin diperlakukan sebagai pesakitan yang tidak mampu melakukan aktivitas.
Seperti yang diungkapkan Febria, dirinya tidak menampik jika dukungan dari lingkungan terdekatnya memang sangat dibutuhkan. Namun ia menegaskan bahwa dukungan dari orang di lingkungan terdekat memang sangat dbutuhkan, “Tapi dengan memberikan kami kesempatan untuk tetap menjadi manusia yang ‘sehat’ itu adalah baik”.
Baca juga: Makanan Sehat Pencegah Kanker Payudara
Selain itu, ia pun berharap kalau lingkungan terdekatnya, para masyarakat mulai membuka mata dengan menganggap kalau penyakit kanker sebenarnya tidak selalu menakutkan dan ditakuti.
Sebab, sama dengan penyakit lainnya, kanker adalah sebuah penyakit. Semakin cepat terdeteksi dan diobati dengan cara yang tepat, kanker pun bisa disembuhkan.
*Febria bersama puteri tunggalnya, Janet*
“Menjadi penyintas kanker adalah perjuangan seumur hidup kami, karena kami tetap harus bersemangat,” ungkap Febria lagi.
Sedangkan bagi Radian Nyi Sukmasari, sebagiai survivor kanker menegaskan dirinya sangat senang jika mendapat simpati dari lingkungannya. Tapi, simpati yang diharapkan tentu bukanlah sesuatu yang berlebihan. Apalagi jika dianggap bahwa apa yang ia rasakan juga dirasakan juga oleh mereka yang tidak mengalami sakit kanker.
“Gue sering banget dapat pernyataan. ‘Sama, gue juga...”. Nih, gue kasih tau, ya… Buat gue dan mungkin survivor lain, kalau dengar ada orang yang pernah mengalami hal yang bener-bener sama, rasanya seperti memiliki teman seperjuangan. Tapi, buat gue, survivor kanker, ketika nyatanya hal itu nggak sama, rasanya speechless, kesel, dan gemes banget…”
*Dian sesaat sebelum dirinya melakukan biopsi
Seperti yang dikutip dalam akun Instagram miliknya, Dian menuliskan beberapa komentar yang sering kali mengganggunya:
1. “Sama, gue juga ada tumor”
“Sama, saya juga ada tumor di payudara. Tapi kata dokter itu tumor jinak,”. Haduh, rasanya kayak kita dikasih tahu cem-ceman juga naksir sama kita, tapi dibohongin. Oke, sama-sama tumor di payudara. Tapi jelas beda, yang satu jinak satu ganas. Yang satu nggak butuh kemo bahkan operasi, yang satu butuh. Yang satu kalo didiemin aman, yang satu kalo didiemin, ya gitu deh.
2. “Sama, perut gue juga masih nggak enak”
Setelah kemo memang perut rasanya nggak keruan. Pernah ada yang bilang, ‘Sama, gue juga perut masih nggak enak’. Tapi ternyata dia lagi ngidam. Ketauan perutnya nggak enak, karena lagi hamil which is itu adalah sesuatu yang membahagiakan. Kalau saya?
3. Sama, rambut gue juga rontok
Masih efek kemo. Rambut saya emang rontok parah. Nah, ada yang bilang sama juga. Tapi tunggu dulu, rambutnya rontok kenapa ya? Karena rapuh, nggak cocok sampo, atau rontok aja gitu? Nggak sampe botak juga kan? Kalau saya jelas rontok bahkan bakal botak karena kemo. Mesti kemo karena ada kanker mampir di tubuh saya. Kalau nggak kemo, bisa makin parah saya. Kecuali bisa kamu rambutnya rontok karena alopecia aerata ya.
“Maksudnya begini, makasih banget sudah menunjukkan simpati ke saya. Tapi, dengan menyamakan kondisi yang nyatanya nggak sama itu justru menyakitkan. Cukup semangatin saya itu sudah berarti banget, kok” ujar Dian menerangkan.
Dengan tegas, Dian, yang masih berusia 26 tahun ini juga mengatakan, “Saya memang kena kanker payudara stadium 3, kankernya sudah menjalar ke paru-paru dan getah bening. Saya memang kena kanker, tapi ini bukan halangan saya buat terus berkarya. Kanker nggak bikin saya putus asa, saya optimis bisa melawan kanker.”
Jika Febria dan Dian saja bisa memiliki rasa optimis yang sangat besar, sudah selayaknya kita yang berada di lingkungan para survivor kanker bisa terus menumbuhkan rasa optimis tersebut.
Baca juga:
Mitos-fakta 8 hal penyebab kanker, Parents harus tahu kebenarannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.