Parents, apakah pernah mendengar mengenai sindrom metabolik? Ini merupakan sekumpulan kondisi yang terjadi secara bersamaan pada tubuh seseorang yang bisa menyebabkan kematian.
Beberapa risiko tersebut antara lain, mulai dari peningkatan tekanan darah, kadar gula darah tinggi, lemak berlebih di sekitar pinggang, rendahnya kolesterol baik (HDL), serta trigliserida yang tinggi.
Dalam media workshop bersama Combiphar, dr. Sandi Perutama Gani, selaku Medical Expert Combiphar mengungkapkan bahwa siapa pun harus mewaspadai berbagai risiko yang telah disebutkan. “Bila 3 dari 5 yang positif, seseorang harus mewaspadainya karena menjadi warning dari sindrom metabolik,” ujarnya.
Fakta Sindrom Metabolik di Indonesia
Menurut data, angka kejadian sindrom metabolik di Indonesia sudah mencapai 23 persen. Menurut dr. Sandi, angka ini sudah termasuk mengkhawatirkan, khususnya bila melihat prevalensi dari rentang usia.
Tak hanya pada usia lanjut, rupanya kondisi ini bisa terjadi juga pada orang di usia produktif. Pada usia 50-an dan 60-an, kondisi ini memang lebih banyak terjadi, yakni sekitar 30 persen dan 40 persen. Namun, rupanya sebanyak 24 persen sindrom ini terjadi pada seseorang di rentang usia 20 tahun-an.
Tak hanya itu, terdapat peningkatan prevalensi sindrom metabolik yang terjadi di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ke 2018. Beberapa di antaranya ialah obesitas usia dewasa yang meningkat dari 14,8 persen (Riskesdas 2013) menjadi 21,8 persen.
Selain itu, prevalensi hipertensi pun meningkat dari 25,8 persen naik ke 34,1 persen, serta diabetes melitus yang meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Lalu, apa sebenarnya yang menjadi penyebab dari kondisi sindrom metabolik ini?
Penyebab Sindrom Metabolik
Menurut dr. Sandi, kondisi ini terkait erat dengan gaya hidup seseorang. Faktanya, memang benar bahwa masyarakat Indonesia masih minim aktivitas fisik, juga pola hidup sehat lainnya.
“Faktanya, Indonesia adalah negara nomor 1 paling malas jalan kaki. Rata-rata langkah per hari hanya 3.513 langkah, padahal yang disarankan adalah 10.000 langkah,” ujar dr. Sandi.
Berdasarkan data, sebanyak 33,5 persen penduduk Indonesia ternyata belum cukup beraktivitas fisik, sementara 95 persen masih kurang mengonsumsi sayur dan buah (Riskesdas 2018). Temuan lain bahkan menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Pasifik yang paling menggemari camilan.
Matoritas camilan yang dikonsumsi pun bukanlah camilan sehat, melainkan yang masih kaya kandungan garam dan dula. Masyarakat lebih memilih keripik, biskuit, roti atau kue, daripada kudapan sehat.
Artikel terkait: 7 daftar camilan sehat yang bisa dikonsumsi malam hari, tidur nyenyak tanpa takut gemuk!
Mencegah dengan olahraga lari dan gaya hidup sehat
Karena berkaitan dengan gaya hidup, kita sebaiknya mengubah kebiasaan sehat dari sekarang. Sebaiknya, kita memperbaiki pola makan dan aktivitas fisik dalam keseharian.
Pola makan sehat sebaiknya diterapkan mulai dari mengonsumsi karbohidrat lebih kompleks, konsumsi tinggi serat, serta hindari lemak jenuh. Selain itu, aktivitas fisik minimal 30 menit pun sangat dianjurkan.
Salah satu olahraga yang dirasa bisa efektif dalam mencegah sindrom metabolik ini ialah lari. Sebanyak 17 persen risiko berkurang bila seseorang melakukan 1 jam olahraga di gym atau aktivitas fisik lainnya seperti berlari.
Menurut dr. Sandi, adanya beberapa manfaat dari olahraga ini bila dilakukan secara konsisten, seperti :
- Mudah dilakukan siapa pun dan kapan pun
- Tidur lebih nyenyak
- Mengurangi obesitas
- Meningkatkan fokus
- Menjaga kesehatan tulang
- Baik untuk menjaga kesehatan fisik untuk olahraga berat lainnya
Combi Run Academy
Mengetahui pentingnya manfaat aktivitas fisik, khususnya lari, Combiphar pun berinsiatif untuk mengadakan Combi Run Academy (CRA). Pelatihan ini dikemas dalam format running bootcamp yang menarik dan komprehensif.
Dilangsungkan selama dua hari satu malam di Bogor, enam puluh siswa-siswi dan 15 guru dari 15 sekolah setingkat SMA di Jakarta dan sekitarnya. Bekerjasama dengan IndoRunners, program ini tidak dipungut biaya bagi peserta dan sekolah yang mengikutinya.
Tak hanya penajaman praktik berlari, peserta juga menerima materi pendukung seperti pengaplikasian pola asupan yang tepat dan perilaku sehat lain dalam keseharian.
Di samping itu, siswa-siswi peserta juga mendapatkan pembekalan social media training agar para peserta terlibat aktif meneruskan ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan. CRA ini terdiri atas tiga pilar, mulai dari school engagement, school training, dan school competition.
Untuk mengaplikasikan ilmu selama pelatihan, perwakilan siswa yang terdiri atas 4 orang akan diikutsertakan dalam ajang bergengsi, seperti Combi Run 2019. Selain itu, pemenang dalam kompetisi juga akan mendapatkan hadiah jutaan Rupiah.
Artikel terkait: 7 Jenis Olahraga Bersama Keluarga Yang Menyenangkan
Mengingat pentingnya berolahraga, yuk lebih rutin melakukannya, Parents!
Baca Juga:
5 Manfaat menakjubkan buah manggis untuk anak, cegah kanker hingga diabetes