Tahukah Parents dengan istilah sindrom fortunata? Sindrom ini erat kaitannya dengan fenomena pelakor yang marak diberitakan akhir-akhir ini lo Parents. Yuk, kenalan dengan sindrom yang identik dengan kecenderungan menyukai pasangan orang lain ini!
Nama Fortunata Syndrome atau Sindrom Fortunata terinspirasi dari sebuah novel karya Benito Pérez Galdós dengan judul Fortunata y Jacinta. Novel ini ditulis pada abad ke-19 serta dibuat film di tahun 1970-an.
Salah seorang tokoh dalam novel ini bernama Fortunata. Diceritakan, dia adalah wanita yang kerap berhubungan secara romantis dengan pria yang sudah menikah. Demikianlah nama Sindrom Fortunata kemudian muncul.
Apa itu Sindrom Fortunata?
Fortunata Syndrome sebenarnya bukan istilah klinis dalam ilmu psikologi.
Bisa dibilang, sindrom ini adalah sebutan atas kondisi yang secara berulang muncul pada wanita tertentu. Kondisi tersebut berupa pola perilaku yang mengakibatkan mereka tertarik serta memiliki ketergantungan pada pria yang sudah memiliki pasangan atau bahkan sudah menikah.
Berbeda dengan cinta sejati, orang yang terkena sindrom fortunata sering dengan sengaja, sadar ataupun tidak, berusaha mendapatkan pasangan orang lain, agar dirinya merasa lebih berharga.
Jadi perasaan ini lebih didorong oleh obsesi yang mungkin berakar dari masalah dalam dirinya. Wanita yang menderita sindrom jenis ini sering merayu pria yang telah menikah. Jika berhasil mereka akan merasa ”berdaya”, karena mereka mampu “mengambil” pria dari pasangan sahnya.
Tentu saja motif ini berbeda dengan kondisi yang secara alami mungkin terjadi di dalam hubungan orang yang memang benar-benar saling mencintai dengan tulus, ya Parents.
Untuk dapat lebih jelas membedakannya, berikut adalah ciri-ciri utama wanita dengan sindrom fortunata.
Ciri-ciri utama Seseorang Mengalami Sindrom Fortunata
Walaupun sindrom Fortunata bukanlah istilah resmi dalam ilmu psikologi, namun telah ada studi di tahun 2015 yang dilakukan oleh Jorge Barraca, yang berusaha mempelajari sindrom ini sebagai bentuk dari “emotional dependency”.
Barraca mencoba menerjemahkan sindrom Fortunata ini dalam beberapa ciri utama sebagai berikut:
- Merasakan obsesi yang sangat kuat, seperti cinta tanpa syarat dan mendalam kepada pria yang telah menikah.
- Tidak memiliki ketertarikan pada pria lajang yang belum punya pasangan.
- Siap melakukan apapun demi pria yang dicintainya.
- Merasa memiliki “hak” atas pria yang dia inginkan atas nama cinta.
- Seringkali memiliki keinginan untuk punya anak dengan pria tersebut.
- Memiliki perasaan yang ambigu terhadap istri resmi sang pria. Terkadang merasakan empati, kadang ingin menjadi seperti dia, dan kadang merasa benci.
- Punya fantasi tentang memiliki masa depan bersama pria yang dia inginkan.
Apa yang melatarbelakangi sindrom Fortunata?
Banyak hal yang mungkin menyebabkan seorang wanita memiliki sindrom Fortunata. Berikut adalah beberapa kondisi yang dapat diduga melatarbelakangi sindrom tersebut sebagaimana dilansir dalam School of Parenting Indonesia:
Electra Complex
Electra Complex adalah inner child yang terluka akibat kurangnya mendapat kasih sayang seorang ayah di masa kecil. Ada anak-anak yang dalam masa perkembangannya berusaha mendapatkan perhatian dari ayahnya, namun tidak mendapatkannya. Dalam kondisi seperti itu, adakalanya anak anak akan menganggap sosok ibu sebagai saingannya.
Setelah dewasa, ia menciptakan sosok “ayah atau ibu” baru dalam hidupnya yang direfleksikannya pada hubungan mereka dengan pasangan. Konflik, keinginan serta harapan yang mereka miliki dulu sebagai anak terhadap orang tuanya diproyeksikan di dalam relasi dengan sesama orang dewasa.
Self Esteem yang rendah
Penyebab lainnya bisa jadi adalah masalah harga diri yang rendah. Wanita yang punya masalah harga diri, seringkali ingin memiliki bukti bahwa dirinya penting. Pemikirannya seperti ini, “Jika seorang pria rela berselingkuh dan mengabaikan istrinya demi diriku, itu karena aku lebih baik.”
Jadi motif sebenarnya bukanlah cinta sejati, namun tantangan untuk membuktikan diri serta perasaan “lebih baik dari orang lain”. Pada akhirnya, apa yang dilakukannya adalah tentang dirinya sendiri.
Bagaimana mengatasi sindrom fortunata?
Untuk mengatasi masalah sindrom fortunata, jika masalahnya adalah self esteem yang rendah, penting untuk seseorang untuk belajar self worth dengan berfokus pada diri, bukan memproyeksikannya pada orang lain.
Namun, jika yang dialami adalah masalah innerchild, penting untuk mencari penyelesaian terkait akar masalah internal ini terlebih dahulu.
Jangan takut untuk mencari bantuan profesional, seperti konseling atau psikoterapi jika diperlukan, untuk masalah sindrom fortunata yang dihadapi.
Baca juga:
Ini 5 Alasan Istri yang Berselingkuh, Biasanya karena Tak Bahagia dengan Suami Sah
id.theasianparent.com/perlukah-meneror-si-pelakor
3 Fakta Tentang Pelakor yang Harus Diketahui Semua Istri
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.