Marhaban ya Ramadan. Rasanya baru kemarin, ya, Parents, kita merayakan Idulfitri bersama keluarga di rumah. Kini, kita akan memasuki Ramadan 1443 H. Nah, untuk menentukan awal puasa, pemerintah akan menggelar sidang isbat pada Jumat, 1 April 2022.
Selain dilakukan menjelang Ramadan, sidang isbat juga digelar untuk menentukan Hari Raya Idulfitri dan Iduladha. Di Indonesia sendiri, sering kali terjadi perbedaan dalam penentuan awal Ramadan.
Mengapa perbedaan tersebut bisa terjadi? Berikut ulasan mengenai sidang isbat dan sejarahnya di Indonesia.
Pengertian Isbat
Isbat secara harfiah berarti penyungguhan, penetapan, dan penentuan. Sidang isbat adalah penetapan dalil syar’i di hadapan hakim dalam suatu majelis untuk menetapkan suatu kebenaran atau peristiwa yang terjadi.
Dalam KBBI, isbat berarti penetapan dan penentuan. Sehingga dalam hal ini, sidang isbat adalah sidang yang dilakukan untuk menetapkan atau menentukan awal bulan dalam kalender Hijriyah.
Di Indonesia, sidang isbat dikenal sebagai penetapan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha. Tak jarang, ada perbedaan dalam menentukan awal Ramadan di tengah masyarakat.
Artikel terkait: Ternyata Begini 6 Cara Rasulullah Menyambut Ramadhan, Yuk Diamalkan!
Mengapa Ada Perbedaan Penentuan Awal Ramadan?
Dalam Islam, ada dua cara yang dapat digunakan dalam penentuan awal Ramadan, yaitu metode rukyat dan hisab.
Rukyat adalah aktivitas mengamati hilal, yaitu bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi (ijtimak, bulan baru) pada arah dekat matahari terbenam. Metode ini dilakukan setelah matahari terbenam.
Sedangkan hisab adalah perhitungan posisi bulan secara matematis dan astronomis untuk menentukan awal bulan dalam kalender Hijriyah.
Kementerian Agama melalui Badan Hisab dan Rukyah (BHR) menggabungkan dua metode dalam menentukan awal Ramadan dan hari raya. Sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab dalam penentuan awal bulan Hijriah. Itulah alasan yang mewarnai perbedaan pelaksanaan puasa Ramadan di Indonesia.
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, Nomor 2 tahun 2004 memberikan otoritas kepada pemerintah yaitu Kementerian Agama sebagai lembaga resmi dalam penetapan awal Ramadan dan hari raya. Serta, meminta seluruh umat Islam untuk mengikuti ketetapan pemerintah tersebut.
Melansir Merdeka.com, Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Hisab Rukyat Kemenag menjelaskan bahwa sejak dulu sudah diperkirakan adanya kemungkinan perbedaan penetapan awal Ramadan. Oleh karena itu, pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan sidang isbat.
Sejarah Sidang Isbat di Indonesia
Sebelum Indonesia merdeka, penentuan Ramadan hingga Idulfitri ditentukan oleh masing-masing ketua adat. Sehingga, awal Ramadan dan Idulfitri sering berbeda antara satu wilayah. Kala itu, penetapan awal bulan Hijriah belum ditetapkan melalui isbat.
Melansir Detik.com, pada 4 Januari 1946, Kementerian Agama ditunjuk untuk menentukan Idulfitri dan Iduladha. Namun, ketetapan tersebut belum dapat diikuti oleh seluruh umat Islam di Indonesia hingga dibentuk Badan Hisab Rukyat atau BHR pada 16 Agustus 1972.
BHR bertugas melakukan pengkajian, penelitian, dan pengembangan yang berkaitan dengan hisab rukyat, serta pelaksanaan ibadah terkait arah kiblat, waktu salat, awal bulan, waktu gerhana bulan dan matahari.
Pada masa Orde Baru, penetapan 1 syawal menggunakan imkanur rukyat yaitu tinggi hilal di atas 2 derajat, jarak hilal matahari minimal 3 derajat, dan umur bulan sejak ijtimak adalah 8 jam.
BHR hampir dibubarkan pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, karena dianggap tidak bisa memberikan pengaruh pada penyeragaman Ramadan dan hari raya. Kemudian di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, BHR mendapat penambahan anggota kepakaran dari bidang astronomi.
Keberadaan pakar astronomi membuat keputusan yang dihasilkan dapat diterima secara agama maupun dalam lingkup ilmiah. Sejak saat itu, setiap tahunnya sidang disiarkan langsung di televisi sehingga dapat Parents saksikan dari rumah.
Artikel terkait: 5 Doa Menyambut Ramadan yang Bisa Dipanjatkan agar Berkah
Sidang Isbat Menentukan Awal Ramadan 1443 H
Melansir laman Kemenag.go.id, Dirjen Bimas Islam menerangkan bahwa Kementerian Agama akan menggelar sidang penetapan awal Ramadan 1443 H pada Jumat, 1 April 2022 secara hybrid. Dalam artian, merupakan gabungan antara daring dan luring dengan menerapkan protokol kesehatan.
Sesuai ketentuan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, peserta yang hadir dalam sidang isbat akan dibatasi dan sebagian akan berpartisipasi melalui telekonferensi.
Dalam sidang isbat akan diundang pimpinan MUI dan Komisi VIII DPR RI. Melibatkan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), duta besar negara sahabat, dan perwakilan ormas Islam.
Sidang akan dimulai pukul 17.00 WIB dan dibagi dalam tiga tahap. Pertama, Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag akan memaparkan posisi hilal awal Ramadan 1443 H berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi).
Tahap kedua oleh Tim Kemenag bersama undangan akan menggelar sidang secara tertutup setelah salat Maghrib. Tahap Ketiga, TVRI dan media sosial Kemenag akan menyiarkan secara langsung hasil sidang.
Dalam sidang isbat selain data hisab (informasi), juga merujuk pada hasil rukyatul hilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 78 lokasi di seluruh Indonesia.
Baca juga:
Malam Lailatul Qadar, Ini Bacaan Doa dan Amalan 10 Malam Terakhir Ramadan
7 Syarat Wajib dan Rukun Puasa Ramadan, Si Kecil Sudah Memahaminya?
Awas! Puasa Jadi Sia-Sia Akibat Ghibah di Bulan Ramadan, Ini Hukumnya