Memiliki pasangan narsistik memang sangat melelahkan. Mereka egois, mementingkan diri sendiri, manipulatif, dan terkadang membuat kita merasa tidak berharga. Namun, ketika terjebak dalam hubungan dengan seorang narsistik, banyak orang yang tidak menyadarinya. Mereka terus-menerus mempertahan hubungan, padahal hubungan keduanya sangat beracun.
Artikel terkait: Viral Perempuan Dibungkus Kain, Psikolog:”Itu Gangguan Parafilia”
Waspadai Gejala Narsistik
Pada dasarnya, setiap orang memiliki kadar narsistik. Namun, seseorang disebut narsistik ketika ia mengidap gangguan kepribadian narsistik atau narcissistic personality disorder (NPD). Melansir dari Healthline, seorang narsistik biasanya akan memiliki beberapa gejala berikut:
- Rasa penting yang meningkat
- Kebutuhan yang mendalam akan perhatian dan kekaguman yang berlebihan
- Kurangnya empati terhadap orang lain
- Sering mengalami masalah dalam hubungan.
Secara ringkas, seorang narsistik biasanya mereka mengedepankan keegoisan diri dan mengorbankan orang lain. Mereka juga tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain atau empati terhadap orang lain. Edisi terbaru dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, mencantumkan sembilan kriteria untuk NPD. Seseorang hanya perlu memenuhi lima di antaranya untuk memenuhi syarat secara klinis sebagai seorang narsisis. Berikut ini kesembilan kriteria tersebut:
- Rasa mementingkan diri sendiri yang berlebihan
- Keasyikan dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuatan, kecemerlangan, keindahan, atau cinta yang ideal.
- Keyakinan bahwa mereka istimewa dan unik dan hanya dapat dipahami, atau harus diasosiasikan dengan orang atau institusi khusus atau berstatus tinggi lainnya.
- Kebutuhan akan kekaguman yang berlebihan
- Rasa berhak
- Perilaku eksploitatif antarpribadi
- Kurang empati
- Iri pada orang lain atau keyakinan bahwa orang lain iri pada mereka
- Demonstrasi perilaku atau sikap arogan dan angkuh.
Mendiagnosis seorang narsistik tidak semudah yang dibayangkan. Namun, harus melalui proses diagnosis tertentu yang melibatkan psikolog klinis yang berkualifikasi.
11 Tanda Pasangan Seorang Narsistik
Meski demikian, ada beberapa 11 tanda ketika Parents memiliki pasangan seorang narsistik, berikut kesebelas tanda tersebut.
1. Awalnya Ia adalah Sosok yang Menawan
Seorang narsistik biasanya akan terlihat menawan di awal hubungan. Mereka akan membuncahkan segala perhatian melalui pesan berbunga-bunga setiap saat. Mereka juga terus-menerus memberikan kasih sayang sehingga Parents merasa sangat dicintai dan spesial. Namun, jika Parents sudah mengecewakannya, semuanya akan berubah 180 derajat. Tidak ada lagi ucapan manis, yang ada hanya serangan bertubi-tubi.
2. Suka Memonopoli Percakapan
Orang narsistik suka terus-menerus membicarakan pencapaian mereka sendiri dengan muluk-muluk. Mereka melakukan ini karena mereka merasa lebih baik dan lebih pintar daripada orang lain. Karena itulah mereka akan merasa lebih percaya diri. Mereka juga akan membesar-besarkan pencapaiannya dan membumbui bakat mereka dalam cerita-cerita ini untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Selain itu, mereka juga tidak akan tertarik tentang pencapaian dan kehidupan Parents.
Artikel terkait: Sehatkah pernikahan Anda? Kenali tandanya menurut psikolog
3. Sebenarnya Tidak Sepercaya Diri Itu
Meskipun terlihat percaya diri, sebenarnya mereka tidak. Mereka membutuhkan banyak pujian dan jika Parents tidak memberikannya kepada mereka, mereka akan memancing untuk mendapatkannya. Seorang narsistik menggunakan orang lain – orang yang biasanya sangat berempati – untuk memberikan rasa harga diri mereka dan membuat mereka merasa kuat. Namun, karena harga diri mereka yang rendah, ego mereka dapat diremehkan dengan sangat mudah sehingga meningkatkan kebutuhan mereka akan pujian.
4. Mereka Kurang Empati
Kurangnya empati, atau kemampuan untuk merasakan bagaimana orang lain merasa, adalah salah satu ciri khas seorang narsistik. Mereka tidak memiliki keterampilan untuk membuat Parents merasa dilihat, divalidasi, dipahami, atau diterima karena mereka tidak memahami konsep perasaan. Ketidakmampuan untuk berempati, atau bahkan bersimpati, sering menjadi alasan mengapa banyak hubungan narsistik akhirnya runtuh.
5. Tidak Memiliki Teman Jangka Panjang
Kebanyakan narsistik tidak akan memiliki teman sejati jangka panjang. Apabila digali lebih dalam koneksi mereka dan Parents, mungkin bisa dilihat bahwa mereka hanya memiliki kenalan biasa, teman yang mereka bicarakan di masa lalu, dan musuh bebuyutan. Akibatnya, mereka mungkin menyerang ketika ingin bergaul dengan Parents. Mereka mungkin mengklaim bahwa Parents tidak menghabiskan cukup waktu dengan mereka. Hal ini membuat Parents merasa bersalah karena menghabiskan waktu bersama teman-teman.
6. Mereka Akan Merendahkan Harga Diri Pasangan
Mereka akan merendahkan Parents, menyebut nama Parents, menyerang Parents dengan kalimat yang menyakitkan, dan membuat lelucon yang tidak terlalu lucu. Tujuan mereka adalah untuk menurunkan harga diri orang lain sehingga mereka dapat meningkatkan harga diri mereka sendiri. Dengan demikian, mereka akan merasa kuat.
Terlebih lagi, bereaksi terhadap apa yang mereka katakan hanya memperkuat perilaku mereka. Jika mereka menjatuhkan Parents dengan hinaan ketika melakukan sesuatu yang layak dirayakan, pergilah. Tidak ada gunanya memberikan reaksi terhadapnya.
Artikel terkait: Pentingnya Mengasah Kemampuan Anak Belajar Progresif Menurut Psikolog Anak
7. Sering Melakukan Gaslighting
Gaslighting adalah bentuk manipulasi dan pelecehan emosional. Hal ini merupakan ciri khas narsisme. Seorang narsistik mungkin memuntahkan kebohongan terang-terangan, menuduh orang lain salah, memutarbalikkan kebenaran, dan akhirnya mengubah realitas. Tanda-tanda gaslighting meliputi:
- Tidak lagi merasa seperti orang yang dulu
- Merasa lebih cemas dan kurang percaya diri dari sebelumnya.
- Sering bertanya-tanya apakah Parents terlalu sensitif.
- Merasa semua yang dilakukan salah.
- Selalu berpikir itu salah Parents ketika ada masalah.
- Parents sering meminta maaf.
- Parents memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi tidak dapat mengidentifikasi apa itu.
- Sering mempertanyakan apakah tanggapan Parents terhadap pasangan sudah tepat.
- Membuat alasan untuk perilaku pasangan yang menyakitkan Parents.
Mereka melakukan ini untuk membuat orang lain meragukan diri mereka sendiri sebagai cara untuk mendapatkan keunggulan. Mereka berkembang karena dipuja, jadi mereka menggunakan taktik manipulasi untuk membuat Parents melakukan hal itu
8. Tidak Menyukai Status atau Label dalam Hubungan
Orang yang narsis biasanya tidak menyukai label. Dia tidak mau komitmen dan terikat pada suatu hubungan, tetapi akan mengharapkan Parents untuk memperlakukan mereka seperti layaknya pasangan Parents sehingga mereka dapat menuai keuntungan intim, emosional, dan seksual. Tidak hanya itu, mereka pun masih akan tetap mencari orang lain yang lebih unggul dari Parents. Apabila sudah ketemu, siap-siap saja Parents akan ditinggalkan.
9. Mereka Pikir Mereka yang Paling Benar
Berkelahi dengan seorang narsistik rasanya tidak ada gunanya. Tidak ada perdebatan atau kompromi karena mereka selalu merasa benar. Mereka tidak akan mendengar, mengerti, bertanggung jawab, dan berkompromi dengan pasangannya. Sebab, mereka selalu menganggap diri merekalah yang paling benar dan perasaan mereka yang paling valid.
Oleh karena itu, jika Parents berhubungan dengan seorang narsistik, lebih baik Parents jangan pernah berdebat atau bernegoisasi. Sebab, bagaimana pun itu tidak ada gunanya. Jika mereka bersalah, mereka juga tidak akan pernah meminta maaf atas apa yang dilakukannya. Hal ini disebabkan mereka merasa selalu benar.
10. Panik Ketika Parents Memutus Hubungan
Ketika Parents atau orang lain sudah tidak mampu lagi dekat dengannya dan menjauh, mereka biasanya akan kelimpungan. Mereka akan panik dan berusaha mempertahankan Parents untuk tetap dalam kehidupannya. Tak jarang, mereka memberikan janji-janji akan berubah. Namun, ketika diberikan kesempatan kedua, Parents akan tahu bahwa dia tidak akan berubah dengan alasan apa pun.
11. Mereka Menyerang
Jika Parents bersikeras menyudahi hubungan tersebut, mereka akan segera menyerang Parents. Mereka akan berbuat playing victim dan seakan-akan Parents-lah yang bertanggung jawab atas dirinya. Ego mereka sangat terluka sehingga menyebabkan mereka merasa marah dan benci kepada siapa pun yang ‘merusak’ mereka. Mereka mungkin menjelek-jelekkan Anda untuk menyelamatkan harga diri. Atau mereka mungkin mulai segera berkencan dengan orang lain untuk membuat Anda merasa cemburu dan membantu menyembuhkan ego mereka.
***
Nah, itulah beberapa tanda-tanda pasangan Parents adalah seorang narsistik. Perlu diingat bahwa seberapa pun orang lain ingin menyelamatkan, yang bisa menyelamatkan hanya dirinya sendiri. Selain itu, perlu juga dicatat bahwa ini hanyalah tanda, diagnosis lebih lanjut kepada psikolog perlu dilakukan.
Baca juga:
Risiko saat Si Kecil Sudah Aktif Main Medsos Sejak Dini
4 Tips Cari Jodoh Menurut Psikolog supaya Tak Menyesal Nantinya
Ciri Keluarga Disfungsional dan Dampak Negatifnya untuk Anak, Waspada!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.