Waspada Selfitis, Gangguan Mental Akibat Sering Melakukan Selfie

Hati-hati, keseringan selfie bisa menjadi tanda gangguan mental. Simak penjelasan berikut ini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di era media sosial saat ini, Parents pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah selfie. Disebut juga dengan swafoto, selfie adalah cara mengambil foto diri sendiri. Mengambil foto yang dilakukan secara mandiri ini biasanya menggunakan kamera ponsel. Tapi tahukah Anda bahwa melakukan terlalu banyak selfie dapat menyebabkan gangguan mental yang dinamakan selfitis?

Sulit rasanya menemukan orang yang belum pernah melakukan selfie. Melakukannya sesekali mungkin wajar saja. Namun, bila dilakukan dengan sering bahkan hingga terobsesi, ini bisa saja menjadi indikasi sebuah masalah mental. Simak penjelasan di bawah ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gangguan mental yang ditandai dengan terlalu sering selfie. 

Apa Itu Selfitis?

Sumber: Pexels

Selfitis adalah keinginan obsesif-kompulsif untuk mengambil foto sendiri dan mengunggahnya di media sosial. Tindakan ini dilakukan untuk menutupi rasa kurang percaya diri. Melansir dari The Daily Star, American Psychiatric Association (APA) telah secara resmi mengonfirmasi bahwa melakukan selfie terlalu sering adalah gangguan mental.

Menurut APA, selfitis dapat diklasifikasikan sebagai: 

Borderline selfitis: mengambil foto sendiri setidaknya tiga kali sehari tanpa mempostingnya di media sosial. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selfitis akut: mengambil foto sendiri setidaknya tiga kali sehari dan mengunggahnya di media sosial. 

Selfitis kronis: mengambil foto sendiri lebih dari enam kali sehari dan mengunggahnya di media sosial. Seseorang dengan selfitis kronis umumnya menggunakan media sosial sepanjang waktu dan sering mengunggah foto selfienya di media sosial. 

Artikel terkait: Unik, Ayah Meniru Pose Selfie Anak untuk Meledek Putrinya

Sering Selfie Dikaitkan dengan Narsis

Sumber: Pexels

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Melansir dari Healthline, sebuah penelitian yang diterbitkan di International Journal of Mental Health and Addiction, menemukan pelaku selfie mengatakan mereka merasa bahwa selfie membangun individualitas dan menampilkan diri mereka dalam pencahayaan terbaik. Peneliti mencatat bahwa selfitis telah dikaitkan dengan narsisme. 

Menjadi tanda bahaya bila lebih dari setengah foto Anda adalah selfie dan Anda menggunakan filter atau perangkat tambahan lain untuk membuat diri Anda terlihat lebih baik. Selain menjadi indikasi bahwa Anda mencari cinta dengan cara yang salah, mengunggah banyak foto sebenarnya bisa mengganggu teman Anda, menurut sebuah penelitian di Inggris.

Selfitis erat kaitannya dengan narsisme atau minat berlebihan atau kekaguman pada diri sendiri dan penampilan fisik seseorang. Telah diamati bahwa orang dengan banyak teman atau penggemar di Facebook akan lebih cenderung menjadi narsis. 

Tanda-tanda narsis sendiri di antaranya adalah: 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Egois: mereka mungkin bertindak egois atau bahkan hanya peduli pada urusan mereka sendiri. 

Sulit diatur: mereka merasa bahwa mereka lebih unggul dan mereka tidak perlu mematuhi aturan apa pun. 

Tidak mau menerima kritik: Mereka memiliki gagasan yang mementingkan kepentingan mereka sendiri dan cepat marah pada kritik yang masuk.

Mengabaikan masukan: alih-alih mendengarkan untuk menanggapi, mereka mendengarkan untuk mengabaikan, meniadakan, meminimalkan atau membuat kekhawatiran orang lain tidak relevan.  

Tidak bertanggung jawab: mereka cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mudah marah: mereka menjadi mudah marah dengan komentar kritis atau saat diperintahkan untuk melakukan sesuatu.

Baca juga: 11 Tanda Pasangan Anda adalah Seorang Narsistik, Adakah dalam Hubungan Anda?

Selfitis Meningkatkan Jumlah Pasien Operasi Plastik 

Sumber: Pexels

Sebuah penelitian yang diterbitkan di JAMA Facial Plastic Surgery menyatakan bahwa ahli bedah plastik melaporkan peningkatan jumlah orang yang meminta rekonstruksi wajah semata-mata karena tidak senang dengan penampilan mereka saat selfie. 

American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery mengatakan 55 persen pasien mereka meminta operasi hidung semata-mata karena hidung mereka terlihat lebih besar saat selfie. Hanya 13 persen dari mereka yang menanggapi survei mengaku melakukan operasi dengan motivasi selfie. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karena selfie diambil dalam jarak yang begitu dekat, kamera sebenarnya mendistorsi wajah Anda sehingga hidung yang lebih besar yang Anda lihat hanyalah gambaran yang keliru. Namun, beberapa orang dengan mudah menerima distorsi sebagai kenyataan. 

“Orang dewasa muda terus-menerus mengambil foto narsis untuk diunggah ke media sosial dan menganggap gambar-gambar itu mewakili penampilan mereka yang sebenarnya, yang dapat berdampak pada keadaan emosional mereka,” kata Dr. Boris Paskhover dari Rutgers University, kontributor laporan JAMA. 

Baca juga: 7 artis ini pernah operasi plastik, mana yang lebih cantik?

Cara Menghentikan Selfitis 

Sumber: Pexels

Jika Anda menyadari diri Anda tenggelam dalam kebiasaan mengunggah foto selfie, mungkin ini saatnya untuk introspeksi diri. Tanyakan pada diri sendiri, mengapa ini terjadi? Apa yang Anda dapatkan dari kebiasaan tersebut? Apakah Anda mencoba berteman atau menjalin koneksi yang kuat? Apa yang akan Anda rasakan bila menghentikan kebiasaan selfie? 

Temukan cara untuk mengatasinya. Letakkan ponsel Anda dan mulailah berbicara serta mendengarkan orang-orang secara langsung. Bila Anda merasa gelisah saat mulai menghentikan aktivitas selfie, mungkin Anda perlu berkonsultasi ke ahlinya seperti psikolog atau psikiater. Sampaikan apa kegelisahan Anda dan apa yang Anda harapkan dengan mengunggah foto selfie.

Semoga bermanfaat!

Baca juga: