Mengulik Sejarah Hari Kartini 21 April, Awal Munculnya Emansipasi

Jadi tonggak perjuangan perempuan, sejarah Hari Kartini perlu diselami anak muda masa kini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hari Kartini merupakan salah satu hari besar yang diperingati setiap tanggal 21 April. Hari tersebut memperingati perjuangan dari Raden Ajeng Kartini yang merupakan tokoh emansipasi wanita di Indonesia.  Ingin tahu sejarah Hari Kartini? Simak terus ya!

Sejarah Hari Kartini

Sumber: indonesiaexpat.id

Pada zaman penjajahan Belanda, pergerakan kaum perempuan sangat dibatasi. Pada saat itu, perempuan tidak perlu memiliki cita-cita yang tinggi. 

Bahkan, pada zaman tersebut perempuan tidak perlu pergi ke sekolah untuk belajar, perempuan hanya diajarkan ilmu tata krama kepada keluarga dan masyarakat serta hanya mendapatkan ilmu rumah tangga. Mereka hanya diperbolehkan menjadi  istri yang bertugas mendampingi suami.

Namun, berkat sosok Raden Ajeng Kartini perempuan bisa seperti sekarang. Raden Ajeng Kartini merupakan seorang Pahlawan Nasional di Indonesia yang menjadi pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Raden Ajeng Kartini merupakan seorang perempuan yang berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Beliau adalah putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, yakni Bupati Jepara.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Hari Kartini - "Buat Saya Hari Kartini Itu Bikin Miris..." 

Sumber: gudangsket.blogspot.com

Sosok Raden Ajeng Kartini  selalu suka membaca surat kabar Semarang De Locomotief. Selain itu, Kartini pun menerima leestrommel. Leestrommel adalah paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan.

Di antara ada majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, Kartini juga membaca salah satu majalah perempuan Belanda yang bernama De Hollandsche Lelie.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat itu, Raden Ajeng Kartini beberapa kali mengirimkan tulisannya ke De Hollandsche Lelie. Tulisan-tulisan dari Kartini bahkan dimuat oleh De Hollandsche Lelie. Permasalahan yang disoroti oleh Kartini tidak hanya yang berkaitan dengan soal emansipasi perempuan, masalah sosial umum pun termasuk hal yang disorot.

Raden Ajeng Kartini memandang bahwa perjuangan perempuan agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum merupakan bagian dari gerakan yang lebih luas. 

Artikel terkait: Sarat Makna, Sejarah Hari Anak Nasional dan Merayakannya Kala Pandemi Melanda

Perjuangan Kartini 'Bebaskan' Perempuan

Sumber: yfinumucyta

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Melihat kondisi para perempuan saat itu, Raden Ajeng Kartini berjuang supaya perempuan Jawa memperoleh kesetaraan. Baik dalam hal pendidikan maupun secara kehidupan. Beliau memulai perjuangannya dengan mendirikan sekolah untuk masyarakat umum di serambi dan halaman belakang rumah pendopo.

Setelah menikah, suami dari Raden Ajeng Kartini mendukung untuk mendirikan sekolah bagi para perempuan. Maka, Raden Ajeng Kartini mendirikan sekolah dengan ukuran yang lebih besar di Kantor Bupati Rembang.

Mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca, menulis, menjahit, merenda, memasak, dan sebagainya. Sekolah tersebut pun mendapat apresiasi dari masyarakat sekitar.

Pada tanggal 13 September 1904, Raden Ajeng Kartini dikaruniai anak yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat. Beberapa hari setelah melahirkan, Kartini menghembuskan napas terakhirnya di usia 25 tahun. Meski demikian, semangat dari Kartini masih bisa kita rasakan sampai sekarang. 

Artikel terkait: Kartini Meninggal Setelah Melahirkan karena Preeklampsia 

Sumber: godheindesigners

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Surat-surat yang dikirim Kartini ke media pun dibukukan oleh Mr. J.H Abendanon yang pada masa itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia.

Untuk mengenang sosoknya sebagai pahlawan emansipasi, didirikanlah Sekolah Kartini di berbagai daerah, seperti di Semarang, Malang, Yogyakarta, Madiun, dan Cirebon. Surat-surat yang Kartini kirimkan pada para sahabat penanya di Belanda dikumpulkan dan dibuat menjadi buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Berkat perjuangannya, peringatan Hari Kartini pun ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964 tertanggal 2 Mei 1964 dimana Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Surat keputusan tersebut ditetapkan pada tanggal 21 April dan diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Kartini.

Demikian Parents sekelumit perihal Sejarah Hari Kartini. Mari kita lanjutkan perjuangan beliau dengan menjadi perempuan yang mandiri dan berdikari. Semoga kisah ini dapat menginspirasi!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga:

Penulis

Alifah