Semakin besarnya pemahaman para ibu akan pentingnya ASI, membuat semakin besarnya pula tindakan donor ASI. Salah satu artis Indonesia yang diketahui kerap melakukan donor ASI ialah Sarwendah Tan. Meskipun masih menetap di Singapura pasca melahirkan anak kedua, istri Ruben Onsu ini tetap berusaha mendonorkan ASI-nya untuk anak-anak lain yang membutuhkan. Berikut kisah selengkapnya tentang Sarwendah donor ASI.
Kisah Sarwendah donor ASI
Sarwendah Tan baru saja melahirkan anak keduanya Thania Putri Onsu pada tanggal 5 Juni 2019 lalu. Alih-alih di Indonesia, ia memilih untuk melahirkan di Rumah Sakit Thomson Medical Singapura.
Dalam sebuah unggah di Instagram, Sarwendah membagikan foto anak keduanya, disertai caption:
Telah lahir putri kami kedua bernama THANIA PUTRI ONSU. Pada Jam 11.11 pm. Berat 2,66 Kg. Tinggi 49 cm di Thomson Medical Singapore. Jadi lah anak yang berbakti pada Agama, kedua orang tua, berguna untuk nusa dan bangsa. Selalu menjadi terang untuk sekelilingmu sayang. Terima kasih untuk semua atas doa nya sehingga proses persalinan nya berjalan lancar, Amin,
Artikel terkait: Jelang melahirkan Sarwendah khawatir dengan Thalia, begini curhatannya!
Setelah melahirkan anak keduanya, kini Sarwendah disibukkan dengan aktivitas meng-ASI-hi. Namun menariknya, ia tidak hanya memberikan ASI untuk Thania tetapi juga untuk anak-anak lain yang membutuhkan melalui donor ASI.
Meskipun sampai saat ini ia masih menetap di Singapura, namun Sarwendah tak mau menyerah untuk melanjutkan tindakan mulia yang sudah ia lakukan saat melahirkan anak pertamanya, Thalia.
Ia pun berusaha cek darah di sana agar bisa mendonorkan ASI-nya selama di Singapura.
“Kita lagi mau ke RS mau cek darah untuk donor ASI selama di Singapura. Semoga hasilnya bagus jadi bisa kayak waktu cicinya donor ke hospital dan anak-anak lain yang membutuhkan,” tulis Sarwendah dalam akun instagram pribadinya.
Artikel terkait: 5 Cara unik Sarwendah menyapih anaknya Thalia
Ketentuan bila ingin melakukan donor ASI seperti Sarwendah
ASI memang menjadi satu-satunya nutrisi penting untuk bayi di bawah usia 6 bulan. Sesuai rekomendasi berbagai lembaga kesehatan dunia dan nasional, bayi di bawah usia 6 bulan harus mendapatkan ASI secara eksklusif dan dilanjutkan hingga dia berusia 2 tahun atau lebih.
Dalam rekomendasinya, WHO (World Health Organization) juga telah menetapkan protokol pemberian asupan bagi bayi sesuai dengan urutannya:
- Asupan ASI langsung dari ibunya
- Konsumsi ASI perah dari ibunya
- ASI donor dari ibu lain
- Susu formula bayi
Meskipun donor ASI telah masuk ke dalam salah satu rekomendasi WHO. Namun penting untuk diingat bahwa donor ASI harus dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana demi kesehatan anak-anak di masa depan. Sebab ASI bisa menjadi media penularan penyakit tertentu.
Di berbagai negara maju telah disediakan bank ASI untuk para pendonor ASI yang hendak memberikan ASI-nya. Namun di Indonesia praktik pemberian dan penerimaan ASI ini masih banyak dilakukan sendiri oleh para ibu dan keluarga.
Artikel terkait: Ingin Donor ASI? Ini Prosedur yang Wajib Bunda Ketahui
Aturan donor ASI menurut IDAI
Oleh karena itu, untuk menghindari penularan penyakit tertentu, IDAI selaku Ikatan Dokter Anak Indonesia memberikan beberapa persyaratan untuk para pendonor ASI dalam 2 penapisan.
Penapisan adalah ketentuan atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin donor ASI yang diberikan oleh IDAI berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Penapisan 1
- Memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan
- Sehat dan tidak mempunyai kontra indikasi menyusui
- Produksi ASI sudah memenuhi kebutuhan bayinya dan memutuskan untuk mendonasikan ASI atas dasar produksi yang berlebih
- Tidak menerima transfusi darah atau transplantasi organ/jaringan dalam 12 bulan terakhir
- Tidak mengkonsumsi obat, termasuk insulin, hormon tiroid, dan produk yang bisa mempengaruhi bayi. Obat/suplemen herbal harus dinilai kompatibilitasnya terhadap ASI
- Tidak ada riwayat menderita penyakit menular, seperti hepatitis, HIV, atau HTLV2
- Tidak memiliki pasangan seksual yang berisiko terinfeksi penyakit, seperti HIV, HTLV2, hepatitis B/C (termasuk penderita hemofilia yang rutin menerima komponen darah), menggunakan obat ilegal, perokok, atau minum beralkohol
Penapisan 2
- Harus menjalani skrining meliputi tes HIV, human T-lymphotropic virus (HTLV), sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan CMV (bila akan diberikan pada bayi prematur)
- Apabila ada keraguan terhadap status pendonor, tes dapat dilakukan setiap 3 bulan
- Setelah melalui tahapan penapisan, ASI harus diyakini bebas dari virus atau bakteri dengan cara pasteurisasi atau pemanasan
Apabila pendonor ASI telah lulus syarat pada dua penapisan maka pendonor ASI perlu mengikuti aturan selanjutnya. Yakni, pendonor ASI harus menjaga mutu dan keamanan ASI.
- Calon pendonor ASI harus mendapatkan pelatihan tentang kebersihan, cara memerah, dan menyimpan ASI perah
- Sebelum memerah ASI, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, kemudian keringkan dengan handuk bersih
- ASI perah diproduksi di tempat yang bersih. Bila menggunakan pompa, gunakan yang bagiannya mudah dibersihkan. Pompa ASI tipe balon karet berisiko terkontaminasi.
- ASI perah harus disimpan pada tempat tertutup, botol kaca, kontainer plastik dari bahan polypropylene atau polycarbonate, botol bayi gelas atau plastik standar (perhatikan tata cara penyimpanan ASI)
Dengan berbagai persyaratan ini diharapkan ASI yang diberikan dapat benar-benar bermanfaat untuk kesehatan dan pertumbuhan perkembangan anak di masa depan.
Referensi: Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Dokter Sehat
Baca juga:
Melahirkan anak ke-2, ini harapan Sarwendah dan Ruben Onsu untuk puterinya