Sakit leukemia bisa menimpa semua orang di berbagai rentang usia, termasuk anak-anak. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI, terdapat 11 ribu kasus kanker anak setiap tahunnya, Seperti kisah berikut ini, seorang anak berusia 6 tahun yang kini masih berjuang melawan leukimia yang dideritanya.
Sakit leukemia sejak balita
Ia bernama Dikara Javas Abimanyu, bocah cilik berusia 6 tahun asal Blitar. Tak seperti anak seusianya, Bima demikian ia disapa harus merelakan masa kecilnya sejak divonis mengidap leukemia lymphoblastik akut sejak usia 3 tahun.
Penyakit ini membuat Bima dan keluarganya harus bertolak ke Jakarta untuk melakukan pengobatan intensif di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
Wahyu Prasetyo, ayah Bima mengisahkan awal mula putranya terkena leukemia. Saat itu kondisi Bima dinyatakan kurang bagus dengan hasil darah HB 4000, Leukosit 5000 dan Trombosit 9000. Kondisi ini mengharuskan Bima untuk melakukan rangkaian tindakan medis seperti transfusi darah merah dan trombosit.
Kala itu Bima masih menggunakan biaya pribadi karena BPJS perusahaan sang ayah masih tertunda. Setelah persyaratan BPJS dilengkapi, ayah Bima harus menanti selama 2 minggu untuk menggunakan haknya.
Selama menunggu, Bima sudah menghabiskan sekitar 5 kantong darah merah dan 12 kantong trombosit apheresis yang biaya per kantongnya mencapai Rp 5.000.000.
Perjuangan Bima tak selancar yang diharapkan Pasca menjalani delapan bulan perawatan dan serangkaian kemoterapi Bima terserang Bronkopneumonia (infeksi paru-paru) karena daya tahan tubuhnya melemah akibat efek kemoterapi.
Kondisi ini menyebabkan Bima harus dipindahkan ke ruang HCU sebelum akhirnya dipindahkan ke ruang rawat biasa.
Memasuki bulan kesembilan, Bima mulai mengikuti siklus kemoterapi maintenance sebulan sekali dengan perawatan selama dua minggu di rumah sakit dan lima minggu kemoterapi oral di rumah. Setelah menjalani serangkaian pengobatan dan terapi, Bima dinyatakan sembuh pada awal 2018.
Rangkaian pengobatan Bima kembali menemui kendala saat Bima terserang radang selaput otak atau Meningitis yang mengharuskan ia kembali dirawat intensif di rumah sakit. Hal ini disebabkan faktor pemicu yang sama, tenaga Bima terkuras akibat deretan kemoterapi yang dijalaninya.
Selain kemoterapi, Bima juga menjalani terapi radiasi di kepala yang diharapkan dapat memutus penyebaran sel kanker di cairan otak.
Dokter juga merekomendasikan metode terbaru yakni CAR – T Cell (chimeric antigen receptor – T cell). Yakni immunotherapy yang memanfaatkan T-cell dalam darah yang diklaim lebih efektif mengatasi sel kanker di cairan otak menyebar. Sayangnya, teknologi ini belum tersedia di Indonesia, baru Malaysia yang memiliki teknologi ini.
Biaya terapi CAR – T Cell ini tentu tak murah. Dibutuhkan biaya berkisar US$65.000 sampai dengan US$100.000 atau sekitar Rp. 975 juta sampai dengan Rp. 1.500.000.000 (satu setengah miliar rupiah) dengan biaya akomodasi dan obat-obatan sekitar Rp. 100 juta.
Profesi orangtua Bima yang hanya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibu rumah tangga tentu tak mumpuni untuk menyediakan dana tersebut. Beragam upaya telah dilakukan, mulai dari menjual rumah orangtua yang ada di kampung halaman hingga menggalang dana.
Sakit leukemia bisa sembuh, bantu dengan cara ini!
Penyerahan dana untuk Bima di Hari Kanker Anak Sedunia
Memperingati Hari Kanker Anak Seduia yang jatuh tanggal 15 Februari setiap tahunnya, Kitabisa.com selaku platform penggalangan dana terpopuler di Indonesia tak tinggal diam.
Kitabisa.com secara simbolis telah menyalurkan dana yang terkumpul dari para donatur sebesar 50 juta rupiah pada Bima.
“Super Bima (julukan Bima) adalah anak pejuang kanker pertama yang kami bantu lewat program #BisaSembuhKanker ini. Tentunya dukungan dan donasi dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk membantu kesembuhan Super Bima dan Super Bima lainnya di Indonesia,” demikian ungkap Nanda Dita, Project Manager #BisaSembuhKanker.
Menjadi program pertama yang digelar oleh Kitabisa.com, program ini diharapkan dapat menjangkau pejuang kanker anak lainnya di penjuru Indonesia.
Bunda yang tergerak untuk membantu dapat membuka link donasi di sini. Semoga Bima lekas sembuh dan bisa kembali ceria ya!
Baca juga:
Perjuangan bayi kembar terkecil, lahir prematur usia 23 minggu dengan berat 500 gram
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.