Fakta Unik Rumah Raden Saleh yang Jadi Bangunan Tertua di Kawasan Menteng

Dulunya, Raden Saleh membangun huniannya berdasarkan bakat seninya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Familiar dengan nama Raden Saleh? Semenjak film Mencuri Raden Saleh tayang, nama pelukis asal Semarang tersebut kerap membuat banyak orang penasaran. Termasuk rumah Raden Saleh yang berada di kawasan Menteng.

Singkat cerita, Raden Saleh Sjarif Boestaman atau yang lebih dikenal Raden Saleh lahir di dekat Semarang, tepatnya di Terboyo. Pelopor seni di Indonesia ini adalah cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman dari sisi Ibunya.

Kemudian, pada tahun 1839, Raden Saleh pergi ke Jerman untuk menimba ilmu melukis dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman.

Beliau tinggal di Jerman selama lima tahun untuk menimba ilmu melukis. Ketika Raden Saleh di sana, Jerman belum mengenal gaya orientalisme, sehingga Raden Saleh menjadi orang pertama di Jerman yang melukis dengan gaya orientalisme.

Penasaran dengan rumah seoran Raden Saleh, yang kabarnya merupakan salah satu bangunan tertua di kawasan Menteng. Berikut ini fakta menarik tentang rumah Raden Saleh yang bisa diketahui.

Fakta Rumah Raden Saleh

1. Berada di Kawasan Sebuah Rumah Sakit

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Fakta menarik pertama tentang rumah Raden Saleh adalah berada di sebuah kawasan rumah sakit. Tepatnya di dalam RS PGI Cikini, Jl Raden Saleh, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.

Rumah yag juga telah menjadi cagar budaya ini terletak di sisi tengah rumah sakit, tepatnya di depan taman utama. Bangunan dua lantai berwarna krem itu terlihat klasik dan cantik.

Pada halaman bangunan beralaskan keramik kuno merah bata dengan beberapa anak tangga melengkung di depannya. Bagian atap sisi utama berbentuk runcing dengan nuansa Eropa. Pintu-pintu bangunan tinggi dan lebar dihiasi ornamen-ornamen menarik.

Artikel terkait: 12 Seniman Indonesia yang Karyanya Mendunia, Ada Raden Saleh Hingga Naufal Abshar

2. Terdiri dari 17 Ruangan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selanjutnya adalah salah satu keunikan ornamen yakni relief buah anggur di halaman gedung yang terdiri dari 17 ruangan ini.

Ornamen ini tidak lazim karena biasanya arsitek memilih ornamen motif. Keunikan lainnya, menurut Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) Indonesia, Arya Abieta, adalah bentuk bangunan yang tidak siku.

Keunikan lainnya adalah bentuk atap yang terdiri dari 3 bagian namun menyatu juga merupakan kesulitan tersendiri bagi arsitek. Arya menyebut rumah Raden Saleh ini dibangun berdasarkan prinsip ketukangan.

Hal ini memiliki arti bahwa Raden Saleh tidak menggambar desain secara detail, namun lebih banyak berimprovisasi dan menampilkan nilai-nilai seni yang kuat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dia lebih banyak menggambarkan prinsip,” ucapnya.

3. Rumah Sultan Pada Zamannya

Seperti yang dilansir dalam laman media Good News from Indonesia bahwa ternyata dulu, rumah Raden Saleh dibangun di atas lahan sekitar 5,6 hektare.

Pembangunan rumah tersebut kabarnya dilakukan saat ia kembali setelah tinggal dari Eropa. Pada tahun 1852 pembangunan rumah tersebut dilakukan, bahkan dengan rancangan yang Raden Saleh buat sendiri.

Dalam rancangannya, disebutkan bahwa pelukis fenomenal asal Semarang, Indonesia itu terinspirasi dari bangunan kastil yang ada di Jerman, yakni Kastil Calenberg. Kastil itu juga yang kabarnya menjadi tempat tinggal Raden Saleh selama menetap di Jerman.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat itu, rumah yang lebih layak disebut Istana Raden Saleh menjadi bangunan termegah pada masanya. Bahkan di masa kini, jejak bangunan tersebut masih dipandang sebagai potret rumah sultan atau orang kaya pada zamannya.

Artikel terkait: 11 Lukisan Termahal di Indonesia, Karya Raden Saleh Harganya Mencapai Miliaran Rupiah

4. Rumah Raden Saleh Mencakup Taman Ismail Marzuki

Untuk luas, rumah milik Raden Saleh ini mencakup kawasan yang saat ini menjadi Taman Ismail Marzuki. Bahkan, dulu di kawasan yang sama juga ada area taman.

Saking luasnya, pada tahun 1862 disebutkan jika sebagian lahan dihibahkan untuk menjadi kebun binatang dan diisi oleh berbagai jenis satwa.

Beberapa tahun berselang setelah Raden Saleh wafat, kawasan rumah tersebut dibeli untuk dijadikan rumah sakit.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kala itu di tahun 1897, Ratu Belanda memberikan bantuan sebesar 100 gulden untuk membeli rumah tersebut, dan menjadi lokasi Rumah Sakit PGI, yang masih berdiri hingga saat ini dan dikenal dengan nama RS PGI Cikini.

5. Telah Dipugar Beberapa Kali

Informasi penting bahwa Taman Ismail Marzuki (TIM) yang saat ini berdiri, nyatanya dibangun di atas lahan yang dulunya juga adalah halaman Rumah Raden Saleh.

Sementara itu bangunan intinya sendiri saat ini beroperasi sebagai kantor dan pusat RS PGI Cikini. Karena perjalanannya itu, bangunan satu ini telah melalui berbagai pembaruan atau pemugaran dalam beberapa kali.

Salah satunya dilakukan pada tahun 1970-an. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin melakukan penggantian plesteran dari bahan kapur menjadi plester semen.

Pemugaran selanjutnya dilakukan di tahun 1990-an, atap cagar budaya ini juga telah diperbaiki dan diganti bagian penutup atapnya, yang semula dari genteng tanah liat menjadi genteng metal.

Kini, bangunan rumah pelukis tersebut telah masuk sebagai salah satu cagar budaya di Ibu Kota Jakarta dalam kategori bangunan.

6. Cikal Bakal Taman Margasatwa Ragunan

Bicara mengenai kediaman Raden Saleh tak lengkap jika tak mengaitkannya dengan Taman Margasatwa Ragunan. Kebun binatang pertama di Indonesia ini usianya sudah lebih dari 150 tahun, sejak pertama kali berdiri pada 19 September 1864.

Kebun binatang itu mulanya didirikan di atas lahan seluas 10 hektar milik Raden Saleh, di Jalan Cikini Raya Nomor 73, Jakarta Pusat.

“Raden Saleh ini kan sangat suka dengan taman, jadi sekaligus memelihara binatang. Nah, kebun binatangnya sudah pindah ke Ragunan yang sekarang kita kenal sebagai Kebun Binatang Ragunan,” ujar Sejarawan sekaligus Founder Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali.

Saat itu, kebun binatang dikelola Perhimpunan Penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culturule Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia).

Tahun 1949, namanya menjadi Kebun Binatang Cikini. Namun, Cikini dinilai tak cocok menjadi lokasi kebun binatang sehingga tahun 1964 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memindahkan satwa koleksi Kebun Binatang Cikini ke Ragunan. Taman Margasatwa Ragunan diresmikan pada 22 Desember 1966 oleh Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Ali Sadikin.

Apakah Parents penasaran ingin mengunjungi cagar budaya satu ini? Semoga informasi di atas bermanfaat, ya!

Baca juga:

Mengenal Raden Saleh, Sang Pionir Seni Lukis Modern Indonesia

11 Fakta Menarik Film Mencuri Raden Saleh, Hancurkan Belasan Mobil

5 Fakta Menarik Film Mencuri Raden Saleh, Tayang Sebentar Lagi