Presiden pertama Indonesia yakni Soekarno dan beberapa pejuang tanah air lainnya pernah merasakan diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Saat itu, Soekarno dan para pejuang lainnya tengah memperjuangkan kemerdekaan. Dianggap berbahaya karena ide Bung Karno cenderung menghalangi tujuan utama Belanda, Bung Karno diasingkan ke berbagai tempat di Indonesia. Bahkan, rumah pengasingan Bung Karno masih ada hingga saat ini.
7 Lokasi Rumah Pengasingan Bung Karno
Walaupun telah diasingkan ke berbagai tempat yang tersebar di Indonesia, rupanya semangat Bung Karno untuk meraih kemerdekaan untuk Indonesia tidak pernah surut. Saat ini rumah pengasingan Bung Karno dijadikan sebagai cagar budaya dan objek wisata sejarah. Berikut deretan rumah pengasingan Bung Karno.
1. Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu
Rumah pengasingan Bung Karno yang pertama terletak di Bengkulu. Mulanya, rumah pengasingan ini merupakan sebuah tempat tinggal pengusaha yang bernama Tan Eng Cian. Pengusaha tersebut merupakan penyuplai bahan pokok untuk kebutuhan kolonial Belanda.
Rumah pengasingan ini berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 8 RT. 05 RW. 02 Kota Bengkulu. Saat itu, Bung Karno diasingkan ke rumah ini pada tahun 1938. Tak sendiri, dirinya diasingkan bersama sang istri yakni Inggit Garnasih dan anak angkatnya yaitu Ratna Djuami.
Bung Karno menempati rumah ini sejak tahun 1938 hingga tahun 1942. Dalam rumah pengasingan ini terdapat beberapa benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah dan menjadi saksi bisu atas perjuangan bapak proklamator Indonesia.
2. Rumah Pengasingan Bung Karno di Kota Ende
Rumah pengasingan Bung Karno yang satu ini berlokasi di Jalan Perwira, Kelurahan Kota Raja, Kecamatan Ende, Kota Ende, Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1933, Bung Karno diasingkan ke rumah ini oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pengasingan tersebut diakibatkan Bung Karno dinilai memiliki kegiatan politik yang membahayakan Pemerintah Hindia Belanda.
Saat diasingkan di rumah ini Bung Karno seringkali menggali berbagai ide di bawah pohon sukun. Salah satu gagasan besar yang dihasilkannya adalah dasar negara yang akhirnya dirumuskan oleh Panitia Sembilan menjadi Pancasila di tahun 1945.
Hampir sama dengan rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu, hingga saat ini benda-benda di rumah pengasingan Kota Ende masih tersimpan rapi. Bahkan, buku-buku milik presiden pertama Indonesia ini pun masih tersusun rapi di lemari buku teras belakang.
Artikel terkait: 8 Destinasi Wisata di Bangka, Pulau Tua Tempat Soekarno Diasingkan
3. Lapas Sukamiskin
Bung Karno juga sempat diasingkan ke Lapas Sukamiskin yang berada di Jalan A.H. Nasution No. 114 Bandung. Sejak 9 Desember 1930, Bung Karno menghabiskan kesehariannya di Lapas Sukamiskin. Di tempat inilah Bung Karno menulis sebuah buku berjudul Dibawah Bendera Revolusi dan Keadaan Dipendjara Sukamiskin Bandung.
Bung Karno diasingkan ke Lapas Sukamiskin karena berkonflik dengan putusan Belanda. Dirinya ditempatkan di blok timur nomor TA1. Kamar yang ditempatinya di Lapas Sukamiskin berukuran 3,2 x 2,5 meter persegi. Sebelum memasuki kamar tersebut, terdapat sebuah tulisan berwarna putih yang berbunyi “Bekas kamar Bung Karno.”
4. Penjara Banceuy
Selain di Lapas Sukamiskin, Bung Karno juga pernah dijerumuskan ke Penjara Banceuy yang terletak di Jalan Banceuy, Bandung. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Penjara Banceuy ini seringkali digunakan untuk menahan pribumi yang melakukan tindakan kriminal dan tahanan politik. Saat itu, Bung Karno diasingkan ke Penjara Banceuy selama delapan bulan.
Kamar penjara putih yang ditempati oleh Bung Karno memiliki dinding berwarna putih dengan pintu besi nomor lima. Ukuran kamar Bung Karno di tempat ini sekitar 2,5 x 1,5 meter persegi.
Pada kamar penjara tersebut, hingga saat ini masih terdapat barang-barang yang pernah digunakan oleh Soekarno. Seperti bantal, selimut, peralatan makan, kendi, buku-buku, dan masih banyak lagi semuanya tersimpan rapi di kamar tersebut.
5. Berastagi
Rumah pengasingan Bung Karno selanjutnya terletak di Berastagi, Sumatera Utara. Tidak sendirian, pada saat itu Bung Karno diasingkan ke tempat ini bersama Haji Agus Salim dan Sutan Sjahrir.
Mereka diasingkan pada tahun 1948. Diasingkan selama dua belas hari membuat masyarakat setempat di Desa Lau Gumba, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ini semakin dekat satu sama lain. Hal tersebut karena saat itu Bung Karno mengajarkan rasa solidaritas dalam kehidupan masyarakat.
Tak heran bila sosok Bung Karno dinobatkan sebagai Bapak Lambang Kemakmuran Rakyat di Tanah Karo. Hingga saat ini, rumah pengasingan Bung Karno masih terawat. Furniture dan fasilitas rumah pun masih ditemukan di rumah ini. Pada bagian depan rumah pengasingan ini, terdapat patung perunggu atau replika Soekarno yang sedang menyilangkan kaki.
Artikel terkait: Hari Kelahiran Soekarno, Inilah Biografi Singkatnya yang Menginspirasi
6. Parapat
Pada tahun 1949, Bung Karno diasingkan ke Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Rumah pengasingan di Parapat telah dibangun Belanda pada tahun 1820. Rumah dengan arsitektur khas Eropa ini berdiri diatas sebuah lahan seluas dua hektar.
Pada rumah pengasingan yang satu ini, ada pula terowongan bawah tanah sepanjang tiga kilometer yang pernah digunakan oleh Belanda pada aksi perangnya. Saat ini, beberapa bagian rumah pengasingan ini sudah mengalami banyak perubahan.
Namun, beberapa barang-barang peninggalan sejarah masih tersimpan di rumah ini. Saat ini, rumah pengasingan digunakan sebagai mess pemerintah daerah setempat. Walaupun begitu, pengunjung masih bisa datang ke tempat ini untuk melihat bangunan sejarah serta menikmati keindahan dari Danau Toba.
7. Pesanggrahan Wisma Menumbing, Pulau Bangka Belitung
Ketika Pemerintah Hindia Belanda menganggap sosok Bung Karno dan beberapa pejuang lainnya sebagai penghalang, akhirnya Bung Karno diasingkan kembali ke Pesanggrahan Wisma Menumbing yang terletak di Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
Pada saat itu, Bung Karno diasingkan bersama Bung Hatta, Agus Salim, RS Soerjadarma, Sutan Sjahrir, MR Assaat, dan AG Pringgodigdo. Mereka menjalankan masa pengasingan mulai dari tahun 1948 hingga tahun 1949.
Alasan pihak Pemerintah Hindia Belanda melakukan pengasingan ke Bangka Barat adalah karena memiliki industri timah yang sudah maju pada saat itu, dan menjadi salah satu basis kekuatan Belanda dengan adanya lapangan terbang dan pelabuhan laut di Muntok.
Hingga saat ini berbagai barang yang pernah dimiliki oleh Bung Karno masih disimpan di Pesanggrahan Wisma Menumbing ini. Kamar wisma yang pernah ditempatinya, ruang kerja yang dulu selalu digunakannya, mesin ketik, mobil Ford dengan plat nomor BN 10, hingga tulisan tangan original milik Bung Karno masih ada di tempat ini.
Bila kamu berkunjung kesini, dari ketinggian Pesanggrahan Wisma Menumbing, kamu dapat menikmati banyak pohon hijau yang memanjakan mata dan menyejukkan.
Demikian informasi mengenai tujuh lokasi rumah pengasingan Bung Karno, sang proklamator Republik Indonesia yang berada di berbagai daerah. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat bagi kamu yang sedang merencanakan untuk melakukan wisata sejarah!
Baca juga:
Menelusuri Taman Sari Jogja, Arsitektur Bersejarah yang Indah nan Megah
Potret, Sejarah dan Makna Filosofis Candi Sambisari di Yogyakarta
7 Wisata Museum Virtual Anak Ini Berikan Pengalaman Menarik