Rukun Puasa dan Hal yang Dapat Membatalkannya, Yuk Ajarkan ke Anak!

Tak hanya belajar menahan haus dan lapar, si kecil juga perlu mengetahui rukun puasa dan hal-hal yang dapat membatalkannya seperti berikut ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebentar lagi bulan Ramadhan akan tiba, artinya para umat muslim di seluruh penjuru dunia akan melaksanakan ibadah wajib puasa Ramadhan. Si kecil bisa diajarkan untuk berlatih puasa sedari dini, tak lupa juga beritahukan ia rukun puasa dan hal yang bisa membatalkan puasa.

Mengajari anak untuk berpuasa memang merupakan tantangan tersendiri. Sebelumnya, Parents perlu melihat kesiapan si kecil terlebih dahulu secara fisik maupun mental. Kira-kira kapan usia yang tepat untuk mengenalkan anak pada ibadah puasa?

Melansir dari Kompas, Dra. Adriani Purbo, M.Psi. MBA dalam buku Sukses Melatih Anak Berpuasa (2017) mengungkapkan bahwa anak sudah bisa dikenalkan dengan puasa sejak usia 3 tahun. Tak hanya sekedar menyuruhnya untuk menahan lapar dan haus saja, melainkan Parents perlu memberitahunya mengenai aturan-aturan, manfaat, syarat, serta makna dari ibadah puasa tersebut.

Untuk memulainya, Parents dapat mengajari anak mengenai rukun puasa serta hal-hal yang membatalkan puasa, yaitu sebagai berikut.

Artikel Terkait: Pentingnya Melatih Anak Berpuasa Sejak Dini, Ini Cara yang Bisa Parents Lakukan!

Syarat Wajib Berpuasa

Perintah untuk melaksanakan ibadah puasa tercantum dalam kitab suci Al Quran, tepatnya pada surat al baqarah ayat 183 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dalam melaksanakan puasa, ada syarat wajibnya. Syarat wajib adalah syarat yang mutlak harus dipenuhi seseorang sebelum melaksanakan ibadah. Jika tidak memenuhi syarat, maka seseorang tak wajib untuk melaksanakan ibadah tersebut. Ada lima buah syarat wajib puasa.

1. Seorang Muslim atau Muslimah

Syarat pertama seseorang diwajibkan untuk menjalankan puasa adalah seorang Muslim atau Muslimah. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mengutip dari NU Online, hal ini tertulis dalam hadis riwayat Imam Turmudzi dan Imam Muslim:

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ

“Dari Abi Abdurrahman, yaitu Abdullah Ibn Umar Ibn Khattab R.A berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Islam didirikan dengan lima hal, yaitu persaksian tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, didirikannya shalat, dikeluarkannya zakat, dikerjakannya hajji di Baitullah (Ka’bah), dan dikerjakannya puasa di bulan Ramadhan.” (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari:7 dan Muslim:19)

Dari hadits di atas, diketahui bahwa ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu dari tiang agama Islam. Dengan demikian, puasa adalah ibadah yang menjadi kewajiban bagi umat Muslim. Sedangkan mereka yang bukan beragama Islam tidak diwajibkan melakukannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Sudah Akil Baligh

Mereka yang wajib melaksanakan puasa adalah mereka yang sudah akil baligh. Menurut bahasa Arab, kata Akil berasal dari ‘Aqala yang bermakna berakal, mengetahui, atau memahami. Sedangkan Baligh berasal dari Balagha yang artinya sampai. Akil baligh artinya adalah seseorang yang sudah mencapai usia tertentu untuk mengerti mengenai hukum syariat (taklif) dan mampu dibebani hukum tersebut.

Untuk anak laki-laki, tanda mencapai baligh adalah keluarnya air mani dari kemaluannya baik dalam keadaan tidur (mimpi basah) atau terjaga. Sedangkan untuk perempuan, tandanya adalah dimulainya siklus menstruasi.

Jika si kecil belum mencapai usia baligh, maka hukum puasa untuknya memang belum wajib, namun Parents bisa memberikan pengertian bahwa mereka dapat belajar untuk berpuasa sedari kecil hingga nanti ketika sudah Baligh, anak dapat berpuasa dengan lancar.

3. Dalam Keadaan Waras

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seseorang yang dalam keadaan tidak waras, cacat mental, atau tidak sadar karena mabuk hukumnya tidak wajib menjalankan puasa. Namun jika mabuk dalam keadaan sengaja, ia diwajibkan untuk mengganti ibadah puasa wajib tersebut di kemudian hari. Hal ini dijelaskan dalam hadits.

رُفِعَ اْلقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ عَنْ النّائِمِ حَتّى يَسْتَيْقِظُ وَعَنِ اْلمَجْنُوْنِ حَتّى يُفِيْقَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَبْلُغَ

“Tiga golongan yang tidak terkena hukum syar’i: orang yang tidur sampai ia terbangun, orang yang gila sampai ia sembuh, dan anak-anak sampai ia baligh.” (Hadits Shahih, riwayat Abu Daud: 3822, dan Ahmad:910. Teks hadits riwayat al-Nasa’i)

Artikel Terkait: Ramadhan Tiba, Ajarkan 7 Makna Puasa Ini Pada si Kecil, Yuk!

4. Dalam Keadaan Sehat, Kuat dan Mampu Menjalankan Ibadah Puasa

Syarat selanjutnya adalah kuat menjalankan ibadah puasa, dari berkumandangnya adzan Subuh hingga Maghrib. Seseorang yang tidak mampu atau tidak kuat menjalankan ibadah puasa, diwajibkan untuk mengganti di bulan berikutnya atau membayar fidyah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak-anak yang masih belum mampu menjalankan ibadah puasa secara penuh bisa diajarkan untuk mulai dari mengikuti sahur dan berpuasa hingga tengah hari atau ketika adzan Dzuhur. Namun Parents juga perlu memperhatikan kemampuan anak. Jika ia belum kuat berpuasa hingga maghrib, maka si anak boleh membatalkan puasa di tengah hari.

5. Mengetahui Awal Bulan Ramadhan

Puasa Ramadhan diwajibkan untuk mereka yang telah memenuhi persyaratan di atas apabila ada salah satu orang terpercaya (adil) yang mengetahui awal bulan Ramadhan. Caranya adalah dengan melihat hilal secara langsung. Hal ini tertuang dalam hadits sebagai berikut:

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُواعِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

“Berpuasa dan berbukalah karena melihat hilal, dan apabila hilal tertutup awan maka sempurnakanlah hitungannya bulan menjadi 30 hari.” (HR. Imam Bukhari)

Berhubungan dengan syarat ini, Parents dapat mengajari anak mengenai kalender Hijriyah. Gunakanlah penanggalan Masehi yang juga tercantum bulan Hijriyah di dalamnya untuk memudahkan.

Parents dapat memberitahunya kapan bulan Ramadhan dimulai dan selesai. Selain itu, anak juga bisa diajak menyaksikan sidang isbat untuk menentukan hilal yang umumnya disiarkan di televisi.

Ajarkan si Kecil Mengenai Rukun Puasa

Setelah semua syarat terpenuhi, pahamilah mengenai rukun puasa. Rukun adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam sebuah ibadah. Apabila rukun tidak dijalankan, maka pahala dan amalan yang telah dikumpulkan selama berpuasa akan berkurang.

Ada dua rukun puasa yang harus dijalani. Pertama adalah niat puasa. Doa atau niat berpuasa adalah tahapan yang paling penting dalam menjalankan ibadah puasa. Niat tersebut dapat dilakukan sebelum menjalankan ibadah puasa atau diucapkan sebelum fajar menyingsing.

Beberapa hadist menjelaskan bahwa niat juga bisa diucapkan pada malam hari sebelum sahur atau sesudah sholat tarawih.

Bacaan niat puasa yang bisa Parents ajarkan kepada si kecil adalah sebagai berikut:

نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانِ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ

“Nawaitu shauma ghodin ‘an adaa’i fardhi syahri romadhoona haadzihis sanati lillahi ta’ala”

Artinya: “Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan kewajiban bulan Ramadhan pada tahun ini karena Allah SWT semata.”

Jika fajar sudah terbit dan belum mengucapkan niat, maka puasa menjadi tidak sah. Ajarkanlah kepada anak kapan harus melafalkan niat tersebut agar ibadah puasa menjadi tidak sia-sia.

Artikel Terkait: Menjanjikan Hadiah Puasa untuk Anak, Sebaiknya Dilakukan atau Tidak?

Mengenal Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

Rukun puasa yang kedua adalah menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, dari terbit fajar hingga waktu berbuka puasa.

Rukun puasa kedua ini ada di dalam QS. Al Baqarah ayat 187.

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ

…Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai waktu malam tiba”

Apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasa? Berikut adalah hal-hal yang harus dihindari tersebut.

  • Makan dan minum dengan Sengaja
  • Muntah dengan Sengaja
  • Merokok
  • Hilang Akal
  • Disuntik atau Diinfus
  • Emosi yang Berlebihan
  • Memasukkan Suatu Benda Pada Salah Satu Lubang di Tubuh
  • Keluarnya Haid atau Nifas
  • Keluar Air Mani dengan Sengaja
  • Berhubungan Seksual di Siang Hari
  • Murtad

Selain mengetahui syarat dan rukun puasa, jangan lupa juga untuk memberitahu anak manfaat apa saja yang bisa ia dapatkan ketika berpuasa. Sampaikan padanya bahwa di bulan puasa, semua kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dan manfaat puasa untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Selamat menjalankan ibadah puasa!

Baca Juga:

id.theasianparent.com/aktif-saat-puasa

id.theasianparent.com/batal-puasa

id.theasianparent.com/agar-anak-tak-gampang-sakit