6 Cara Mengatasi Ruam Air Liur Bayi di Rumah, Kenali Penyebabnya!

Air liur bayi bisa menyebabkan ruam pada kulit halusnya, yuk ketahui cara mengatasi ruam air liur bayi!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak sedikit orang tua sering menemukan ruam air liur bayi di sekitar mulut dan pipi bayi. Ruam air liur bayi atau sering disebut dengan drool rash atau sialorrhea merupakan air liur yang menempel pada kulit bayi yang sensitif lama-lama juga bisa menimbulkan ruam. Kondisi ini sering kali terjadi pada bayi yang sedang tumbuh gigi.

Ruam air liur pada bayi ini terkadang terlihat mirip dengan eczema (eksim) atau dikenal juga dengan dermatitis atopik. Sama seperti ruam air liur, eksim menyebabkan ruam kering, merah, dan gatal muncul di kulit bayi. Eksim biasanya akan muncul di pipi atau dahi bayi selama 6 bulan pertama kehidupan, dan mungkin menghilang atau secara bertahap, atau bisa saja berpindah ke siku dan lutut.

Mungkin sulit untuk membedakan kondisi ini dengan eksim. Namun perlu dipastikan, eksim disebabkan oleh kulit yang bersentuhan dengan iritan atau alergen. Bahkan, eksim bisa menular. Sedangkan ruam air liur tidak menular.

Artikel Terkait: Bayi mengeluarkan air liur berlebihan, bahaya tidak ya?

Cara Mengatasi Ruam Air Liur Bayi

Ruam air liur bayi sebenarnya dapat diatasi di rumah. Cara terbaik untuk mengobati ruam air liur adalah dengan memastikan bahwa kulit bayi terjaga sepanjang hari, yaitu dengan cara:

1. Membersihkan dengan Air Hangat

Bersihkan area yang terkena air liur menggunakan air hangat minimal dua kali sehari, lalu keringkan. Jangan digosok karena bisa mengiritasi kulit yang sudah sensitif. Pastikan kulit bayi benar-benar kering.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Hindari mencuci area terlalu sering atau menggunakan sabun, obat, atau apa pun pada ruam. Air hangat biasanya sudah cukup untuk membersihkannya,” ujar Singh. 

2. Gunakan Pelembap Kulit Khusus Bayi

Oleskan lapisan tipis pelembap kulit khusus bayi atau petroleum jelly. Pelembap ini akan bertindak sebagai penghalang antara kulit bayi dan air liur. Selain itu, bisa juga bertindak untuk menenangkan kulit bayi yang teriritasi.

3. Hindari Produk Beraroma Menyengat

Saat mandi, pastikan untuk menggunakan sabun bayi yang lembut dan tidak beraroma. Gunakan losion yang lembut dan tidak beraroma pada kulit kering bayi jika perlu, tetapi hindari menggunakan losion pada ruam air liur. 

Sementara bayi mengalami ruam air liur, ada baiknya untuk mengurangi potensi iritasi di lingkungan terdekat. Hindari memperburuk ruam bayi dengan beralih ke deterjen cucian bebas pewangi untuk pakaian, seprai, celemek, dan kain sendawa bayi. Pertimbangkan untuk mencuci pakaian dengan deterjen yang sama. Hindari juga parfum beraroma, karena juga bisa memperparah ruam air liur bayi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

4. Berikan Sesuatu yang Dingin

Cobalah tawarkan sesuatu yang dingin (tetapi tidak beku) untuk digigit bayi yang sedang tumbuh gigi, seperti makanan dingin (buah), mainan dingin, atau gigitan bayi (teether). Rasa dingin akan memberikan efek mati rasa ringan pada gusi bayi yang sakit dan ruam di sekitar mulutnya. Pastikan untuk mengeringkan mulut bayi dengan lembut setelahnya.

5. Pakai Salep Dokter

Cara terbaik mengatasi ruam kulit bayi adalah dengan berkonsultasi pada dokter. Umumnya, dokter akan memberikan salep khusus untuk mengobati ruam tersebut, seperti krim hidrokortison. Tanyakan kepada dokter, seberapa sering dan berapa lama menggunakannya.

6. Rajin Menggunting Kuku Bayi

Beberapa bayi mungkin mencoba menggosok atau menggaruk ruam. Dalam situasi ini, pastikan kuku bayi tetap pendek dengan rajin menggunting kukunya. Selain itu, coba kenakan sarung tangan katun lembut pada malam hari.

Penyebab Ruam Air Liur Bayi

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bukan tanpa sebab, kondisi ruam ini pada bayi bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun penyebabnya, di antaranya:

1. Kelenjar Ludah Bekerja Aktif

Dikutip dari laman Healthline, menurut Rumah Sakit Anak UCSF Benioff, kelenjar ludah bayi mulai bekerja antara usia 2 dan 3 bulan. Hal ini dapat menyebabkan air liur, meskipun bayi tidak tumbuh gigi.

Pada bayi, air liur memiliki fungsi penting untuk menjaga kelembapan mulut bayi, memudahkan bayi untuk menelan, membersihkan sisa makanan, melembutkan makanan bayi, dan melindungi gigi bayi. Air liur juga mengandung ptyalin, enzim pencernaan yang mengubah pati menjadi gula. Antasida alami dalam air liur menetralkan asam lambung dan membantu pencernaan. 

2. Penggunaan Dot

Dot bisa menjadi salah satu penyebab ruam kulit pada bayi. Terlebih dot yang sudah digunakan atau diisap bayi. Dot yang sudah diisap, biasanya akan basah oleh air liur. Kemudian, jika dot ini tidak sengaja terusap ke wajah atau kulit bayi dan tidak segera dibersihkan, hal ini bisa memicu timbulnya ruam.

3. Bayi Sedang Tumbuh Gigi

Saat bayi sedang tumbuh gigi, terkadang bayi lebih sering memainkan ludah, membentuk gelembung ludah, atau menyemburkan ludah. Seperti diketahui, peningkatan aliran air liur yang sering menandakan munculnya gigi baru dapat menjadi alternatif untuk menenangkan gusi yang lunak. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Semburan ludah atau air liur tersebut bisa saja menempel pada area sekitar mulut, dagu, pipi, bahkan lipatan leher. Kondisi ini terjadi ketika kulit bayi basah oleh air liur untuk waktu yang lama bisa menjadi iritasi. Bercak datar atau sedikit terangkat ini mungkin memiliki benjolan merah kecil atau terlihat pecah-pecah dan kering. Inilah yang menjadi penyebab ruam air liur pada bayi.

Artikel Terkait: Si Kecil Suka Main Air Liur? Ini Alasannya!

Cara Mencegah Ruam Air Liur Bayi

Ruam air liur bayi memang tidak menular. Bahkan, ruam ini bisa hilang pada saat bayi berusia 18 bulan. Namun, jika bercak tersebut menebal atau bersisik, kemudian kulit tersebut terangkat atau terkelupas, hal ini akan menimbulkan rasa sakit bagi bayi. 

Untuk itu, pencegahan sangat penting dalam menjaga kulit bayi. Dikutip dari Peachy Mama, ada 5 cara mencegahnya, yaitu:

1. Siapkan Kain Sendawa (Burp Cloth)

Mulailah menyiapkan kain untuk bersendawa yang lembut di dapur dekat kursi tempat Anda memberi makan bayi, atau disampirkan di bahu Anda. Setiap kali melihat air liur di kulit bayi, usap dengan lembut area kulit yang basah. Selalu gunakan kain yang bersih dan kering. 

“Hindari menggosok atau menggunakan handuk kasar atau abrasif, yang dapat memperburuk kondisi lebih lanjut,” kata Livpreet Singh, DO, seorang dokter anak di Scripps Coastal Medical Center Eastlake.

2. Gunakan Celemek (bib)

Cara lain untuk mencegah ruam air liur bayi adalah dengan mengenakan celemek pada bayi. Ini akan mencegah bahan basah bergesekan dengan kulit bayi yang dapat menyebabkan ruam air liur.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika bayi suka melepaskan celemeknya, coba letakkan di bawah bajunya. Jika bib menjadi lembap atau basah, ganti dengan yang bersih dan kering.

3. Berikan Gigitan Bayi (teether)

Pada bayi yang sedang tumbuh gigi, ia akan sering mengeluarkan gelembung air liur. Untuk itu, cobalah berikan mainan atau gigitan bayi (teether) yang terbuat dari karet silikon. Pastikan mainan tersebut BPA free. Sebelum memberikan mainan pada bayi, simpan dahulu mainan tersebut ke dalam lemari es. Sensasi dingin pada mainan tersebut dapat menenangkan gusi bayi dan membantu mengurangi air liur.

4. Kurangi Penggunaan Dot

Dikutip dari Scripps Health, dot dapat mendorong ruam air liur bayi. Air liur dapat terjebak di kulit bayi setelah bayi menggesek ujung dot pada kulitnya. Kurangi penggunaan dot untuk mengeluarkan udara dari kulit.

Jika bayi secara teratur menggunakan botol dan dot, jaga agar botol dan dot tetap bersih dan steril. Ini mungkin penyebab ruam, jadi cobalah untuk mengganti atau membatasi penggunaannya.

5. Segera Bersihkan Sisa Makanan

Jangan biarkan sisa makanan yang berlumuran di wajah bayi setelah makan. Pasalnya, sisa makanan juga dapat menyebabkan ruam. Bersihkan mulut dan wajah bayi setelah makan untuk menghilangkan sisa makanan basah.

6. Gunakan Produk Ramah Bayi

Cobalah untuk menghindari penggunaan zat yang dapat mengiritasi si kecil. Beberapa zat tersebut dinilai hanya akan memperburuk kondisinya. Pilih produk yang ramah bayi atau bebas pewangi.

Artikel Terkait: Mengapa bayi suka ngeces berlebihan? Kenali penyebab dan cara mengatasinya berikut ini

Pertanyaan Populer tentang Ruam Air Liur Bayi

Apakah bahaya ruam pada bayi?

Meskipun cukup umum terjadi, ruam pada kulit bayi tentu tidak boleh disepelekan. Ruam bisa menyebabkan rasa gatal pada bayi. Gejala ini tentu akan cukup menggganggu si kecil. Akibatnya, ia akan lebih mudah rewel karena tidak nyaman. Beberapa kondisi ruam kulit yang parah juga bisa menyebabkan gejala lain, seperti demam. 

Apakah ASI bisa menyebabkan ruam pada bayi?

Ruam dan bintik kemerahan merupakan ciri khas eksim. Namun, para ahli meyakini bahwa ruam tersebut bukan disebabkan oleh paparan air susu ibu atau ASI. Menurut peneliti, hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, fungsi sistem imun tubuh, dan lainnya. 
 

Terlepas dari itu, ada beberapa tanda peringatan yaitu jika ruam air liur bayi tampak pecah-pecah dan menyebabkan bayi kesakitan, atau tidak menunjukkan perbaikan setelah kira-kira seminggu perawatan di rumah. Jika bayi terlihat gatal luar biasa, memengaruhi kemampuan bayi untuk menelan atau bernapas, menyebabkan bayi memegang kepalanya dalam posisi yang aneh, atau bahkan demam, ada baiknya untuk segera mendatangi dokter spesialis kulit atau tenaga kesehatan terdekat ya, Parents!

***

Baby’s Drool Rash: How to Treat and Prevent It

www.scripps.org/news_items/7230-baby-s-drool-rash-how-to-treat-and-prevent-it 

Drool Rash: Tips For Treatment and Prevention

www.peachymama.com.au/blogs/motherhood/drool-rash-tips-for-treatment-and-prevention 

How Best to Treat and Prevent a Drool Rash

www.healthline.com/health/parenting/drool-rash

 

Baca Juga:

7 Jenis Ruam Kulit Bayi, Mana yang Harus Parents Waspadai?

5 Penyebab Ruam Leher pada Bayi dan Tips Penanganannya, Simak Bun!

Ruam popok bayi, langsung ke dokter atau bisa ditangani di rumah?

Penulis

Aulia Trisna