Seorang remaja bunuh diri dengan cara melompat dari sebuah jembatan tinggi di Shanghai pada pekan lalu. Potongan video bunuh diri lelaki berusia 17 tahun itu telah memicu perdebatan sengit di kalangan warganet, banyak dari mereka yang mengkritik standar pengasuhan anak di China.
Kasus remaja bunuh diri ini terekam dalam kamera pengawas di daerah Jembatan Lupu, yang melintasi Sungai Huangpu, Shanghai. Sebelum melompat, dia berada di kursi belakang mobil putih yang dikendarai oleh ibunya.
Mobil itu tiba-tiba berhenti di jembatan, rekaman kamera pengawas memperlihatkan sang ibu berdiri di samping mobil, dan tampak sedang berbicara dengan putranya yang berada di dalam mobil.
Setelah ibu tersebut kembali ke kursi pengemudi, anak laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari ke sisi jembatan. Sang ibu sempat mengejarnya, namun anak itu langsung melompat dari jembatan tanpa sempat dicegah oleh ibunya.
Remaja bunuh diri setelah dikritik sang ibu
Potongan video dari insiden yang diposting di internet itu telah menarik puluhan ribu komentar di Weibo, situs microblogging China. Sang ibu, yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa sebelum anak itu bunuh diri, dia telah mengkritik putranya karena konflik dengan teman-teman sekelasnya. Diketahui anaknya adalah seorang siswa di sebuah sekolah teknik di kota tersebut.
Banyak yang mengritik keras akan standar pengasuhan di China, beberapa dari mereka juga menceritakan pengalamannya sendiri.
“Ibunya akan hidup dalam rasa bersalah selama sisa hidupnya. Pilihan anak itu jelas bukan karena argumen tunggal ini,” tulis seorang pengguna warganet, yang komentarnya menerima lebih dari 1.000 like.
Pengguna Weibo lainnya mengatakan: “Saya benar-benar memahami perasaan anak itu. Dia memiliki konflik dengan teman-temannya dan ingin dihibur oleh keluarganya. Tetapi sebaliknya, dia diserang dan pasti merasakan sesuatu yang sangat buruk.”
Namun ada juga beberapa orang yang mengatakan agar sebaiknya anak muda saat ini perlu bersikap tegar.
“Anak-anak hari ini semakin lemah. Para guru tidak bisa mengatakan hal buruk kepada mereka dan di rumah, orang tua tidak berani mengkritik mereka. Apa yang bisa mereka lakukan ketika mereka dewasa?” kata seorang pengguna Weibo.
Yang lain menulis: “Saya pikir jika seseorang belum mengalami frustrasi ketika dia masih muda, dia akan membuat masalah setelah menjadi dewasa.”
Apa saja penyebab remaja bunuh diri?
Menurut WHO dalam setiap 40 detik, ada satu korban meninggal yang disebabkan bunuh diri. Tidak hanya dilakukan orang dewasa, percobaan bunuh diri ini pun juga menimpa remaja.
Seorang psikolog dari Himpunan Psikolog (Himpsi) Jatim Atikah Dian Ariana mengatakan bahwa pertumbuhan remaja biasanya ditandai dengan banyak perubahan secara fisik maupun mental. Namun kadang hal tersebut tak dapat dikelola dengan baik.
“Remaja itu ditandai dengan perubahan yang sangat banyak, baik secara fisik maupun psikologis. Terkadang beberapa perubahan itu tidak dapat dikelola dengan efektif oleh remaja, yang muncul adalah perilaku yang tidak sehat seperti menyakiti diri sendiri,” ujarnya.
Menurut Atikah, ada beberapa faktor penyebab remaja bunuh diri. Yang pertama adalah faktor internal, yakni dari dalam diri setiap remaja. Selain itu ada faktor yang diturunkan dari orang tua, namun bukan genetik. Maksudnya, sesuatu yang dibiasakan oleh orang tua dari dalam rumah.
Sementara faktor lainnya, remaja yang kurang mendapat dukungan dari lingkungannya cenderung lebih mudah depresi. Biasanya saat mengalami penolakan dari rekan sebaya, atau bisa juga perilaku yang diterima teman sebaya tidak seperti apa yang dia harapkan.
***
Semoga hal serupa tidak menimpa anak-anak kita. Mari jadi orangtua yang lebih peduli dan sabar pada anak.
Baca juga:
Orangtua Bunuh Diri adalah Tindakan Egois yang Berdampak Negatif pada Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.