Guna menanggulangi penyebaran Covid-19 di Indonesia, Presiden Joko Widodo sedang mengupayakan melakukan rapid test untuk corona. Dari tes ini, diharapkan dapat dilakukan deteksi dini seseorang yang menderita Covid-19.
Melalui akun Instagram resminya, Jokowi mengatakan rapid test untuk corona akan dilakukan dalam cakupan besar. Serta, melibatkan banyak pihak agar salah satu upaya pencegahan penyebaran virus corona ini dapat berjalan efektif.
“Kita sedang mengupayakan dilakukannya rapid test (tes cepat) dengan cakupan yang lebih besar agar deteksi dini kemungkinan seseorang terpapar Covid-19 bisa kita lakukan,” tulis Jokowi.
“Dalam pekerjaan ini, kita melibatkan rumah-rumah sakit pemerintah, baik milik BUMN, Pemda, sampai rumah sakit milik TNI dan Polri. Rumah sakit milik swasta, serta lembaga-lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan,” sambungnya.
Jokowi menambahkan, hasil rapid test akan disertai protokol kesehatan dengan alur yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami. Serta, menentukan tindak lanjut setelah mengetahui hasil, apakah karantina mandiri atau memerlukan layanan rumah sakit.
View this post on Instagram
Kita sedang mengupayakan dilakukannnya rapid test (tes cepat) dengan cakupan yang lebih besar agar deteksi dini kemungkinan seseorang terpapar Covid-19 bisa kita lakukan. Saya telah memerintahkan agar alat rapid test ini diperbanyak, selain juga memperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes. Dalam pekerjaan ini, kita melibatkan rumah-rumah sakit pemerintah, baik milik BUMN, Pemda, sampai rumah sakit milik TNI dan Polri, dan rumah sakit swasta, serta lembaga-lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan. Rapid test dengan cakupan lebih besar itu, hasilnya akan disertai protokol kesehatan yang alurnya jelas, sederhana, dan mudah dipahami, apakah dengan karantina mandiri (self-isolation) atau pun memerlukan layanan rumah sakit.
A post shared by Joko Widodo (@jokowi) on
Bagaimana prosedur melakukan rapid test untuk corona?
Melansir dari CNN Indoneisa, rapid test atau pemeriksaan cepat dilakukan dengan mengambil spesimen atau sampel darah. Kemudian, sampel darah itu diperiksa kadar imunoglobulinnya untuk mengetahui apakah terinfeksi virus atau tidak.
Umumnya, hasil pemeriksaan ini akan keluar dalam waktu 15 menit hingga 3 jam. Untuk hasil positif, berarti orang atau pasien sudah terinfeksi virus setidaknya selama satu minggu, sementara hasil negatif, berarti tidak terdeteksi atau infeksi virus kurang dari seminggu.
Meski begitu, Achmad Yurianto selaku Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, rapid test masih memiliki kekurangan, yakni hasil yang kurang maksimal. Khususnya untuk hasil negatif, itu karena saat pasien yang terinfeksi belum satu minggu.
Maka dari itu, dibutuhkan protokol yang jelas agar keputusan melakukan rapid test untuk corona ini memberikan hasil yang maksimal. Hal ini juga disetujui oleh Tenaga Ahli Utama KSP, Brian Sriprahastuti.
“Ini harus ada protokol. Kalau negatif berarti kita harus pikirkan untuk melakukan pemeriksaan ulang dalam waktu 14 hari setelahnya. Ini kan mungkin saja sudah terinfeksi, tapi antibodinya belum ada,” ujar Brian seperti dikutip dari Viva.com.
Brian melanjutkan, meski hasilnya negatif, tapi seseorang itu tetap harus melakukan isolasi diri, lantaran diagnosisnya belum akurat hingga melakukan pemeriksaan ulang. Sedangkan untuk pasien positif, ada kemungkinan juga tingkat keakuratannya minim, sehingga perlu pemeriksaan standart melalui PCR.
Rapid test dilakukan untuk meyakinkan seseorang terinfeksi virus corona atau tidak
Di balik seluruh anggapan terkait kekurangannya, tapi tes ini dilakukan untuk meyakinkan apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak. Serta, dibarengi dengan karantina mandiri dan jika mengalami kondisi buruk, maka harus dirawat di rumah sakit.
“Tetapi pemeriksaan rapid ini dalam rangka untuk meyakinkan masyarakat, apakah dirinya tertular atau tidak. Apabila tertular, harus dirawat di rumah sakit,” ujar Yurianto.
“Tentunya rapid test ini juga diikuti dengan self isolation dan diikuti dengan penambahan sarana rawat inap jika memang kondisi pasien sedang sakit atau sakit berat,” lanjutnya.
Siapa saja yang perlu melakukan rapid test?
Masyarakat secara luas dapat melakukan rapid test, terutama mereka yang pernah kontak langsung dengan pasien positif. Ini memang masih menjadi prioritas utama.
“Siapa saja targetnya? tentu masyarakat secara luas, khususnya mereka yang secara fisik telah mengalami kontak dengan pasien positif. Tentunya ini menjadi prioritas utama. Kalau seluruh masyarakat harus mendapat rapid test, mungkin akan sangat sulit,” ujar Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo, dikutip dari detik.com.
Walau demikian, melalui keterangan di Instagram, Jokowi telah memerintahkan agar alat rapid test bisa diperbanyak. Begitu juga dengan tempat-tempat untuk melakukan tes.
Parents, itulah informasi tentang rapid test untuk corona. Semoga apapun tindakan yang diambil Pemerintah untuk mengerem penyebaran virus corona dan menekan angka pasien Covid-19 bisa dilakukan dengan maksimal. Amin.
Baca juga :
Sudah berapa pasien corona di Indonesia? Cari tahu info terbarunya di sini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.