Usai liburan akhir tahun 2021 lalu, beberapa sekolah mulai menetapkan kegiatan belajar-mengajar sistem Pertemuan Tatap Muka atau PTM 100 persen pada siswanya.
Banyak orang tua yang mengeluhkan hal ini lantaran pandemi COVID-19 belum berlalu. Bahkan, beberapa jenis virus baru seperti Delta dan Omicron masih mengintai. Namun meski kebijakan tersebut menuai kontra, ada beberapa pihak yang mendukung hal tersebut.
Banyak Orang Tua Keluhkan PTM 100 Persen karena Dianggap Terburu-buru
Foto: Pexels
Libur akhir tahun sudah selesai, dan anak-anak pun kembali bersekolah. Pemerintah Pusat membuat kebijakan tentang penerapan proses kegiatan belajar-mengajar Pertemuan Tatap Muka (PTM), khususnya di wilayah DKI Jakarta.
Kebijakan tersebut mulai dilaksanakan pada Senin (3/1/2021). Banyak orang tua yang mengeluhkan hal ini karena ada banyak varian virus baru COVID-19, seperti Delta dan Omicron. Ditambah, anak-anak Sekolah Dasar juga baru menjalankan vaksinasi 1, itu pun belum 100 persen.
Kasus Omicron hingga saat masih terus naik. Meski gelombangnya belum tinggi, tapi jumlahnya terus bertambah hari demi hari.
Selain dikeluhkan orang tua, hal ini juga menjadi keresahan bagi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G). Kata mereka melansir Kompas, Kamis (13/1/2022), penerapan PTM 100 persen dinilai sangat terburu-buru, dan diharapkan dilakukan bertahap.
“Misal, lima puluh persen dulu, dua minggu berikutnya naik 75 persen, dua minggu berikutnya kalau evaluasinya aman, tidak ada klaster, warga sekolah taat dengan prokes, baru bisa 100 persen,” ujar kepala bidang advokasi P2G Iman Zanatul Haeri kepada Kompas.com.
Artikel terkait: Meisya Siregar Tolak Kebijakan PTM 100 Persen: “Saya Harus Mengadu ke Mana?”
Tanggapan Satgas COVID-19: PTM 100 Persen Sangat Penting
Foto: Pexels
Pertemuan Tatap Muka 100 persen di seluruh sekolah dasar negeri (SDN) dan beberapa SD swasta di Jakarta dilakukan bertahap mulai Senin, (3/1/2022) lalu, dan praktiknya sudah mulai dilaksanakan setiap hari per 17 Januari 2022 ini.
Menanggapi keluhan tersebut, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 yang juga Komisaris Utama Yayasan PGI Cikini Brigjen TNI (Purn) dr. Alexander Kaliaga Ginting Suka, Sp.P. memberikan tanggapannya.
Menurutnya, PTM 100 persen sangat penting agar siswa tidak banyak ketinggalan pelajaran penting dalam sekolahnya.
“Penting, karena orang Indonesia nanti kalau misalnya sekolahnya dua tahun nggak ada, nanti 3×3 dia nggak tahu (hasilnya). Nah, kalau dia nggak sekolah, dia nggak akan tahu itu. Belum lagi nanti 0,5 x 0,3 (berapa?). Mereka kemungkinan nggak bakal tahu cara mengerjakannya… Jadi memang harus perlu ada tatap muka, itu penting,” kata dr. Alexander Ginting saat ditemui langsung di konferensi pers Peresmian Nama Baru RS Cikini menjadi Primaya Hospital PGI Cikini, Rabu (12/1/2022).
Maka itu, salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua dan pihak sekolah agar kasus COVID-19 tidak meningkat di lingkungan sekolah adalah dengan sama-sama menjalankan protokoler kesehatan baik di rumah, di sekolah, dan di mana saja.
Mengenai belum semuanya siswa SD yang mendapatkan vaksinasi 1 dan 2, diharapkan orang tua untuk turut membantu dengan segera melakukan vaksinasi pada anak di mana pihak sekolah juga turut melakukan pemantauan.
“Makanya vaksinasi anak dikejar, Tapi active case finding-nya juga dikejar. Kalau active case finding-nya tinggi berarti itu (sekolah) ditutup. Jadi tetap ada contact tracing di sekolahnya, gurunya. Kalau banyak murid yang demam panas atau pilek ditutup,” ungkapnya lagi.
Artikel terkait: Ketentuan PTM Terbatas Januari 2022, Simak Aturannya!
Vaksinasi 1 dan 2 Masih 55-80 Persen
Foto: Pexels
Selain anak-anak yang imunitas tubuhnya belum semaksimal orang dewasa, mereka juga termasuk kelompok yang sangat rentan terhadap virus, dalam hal ini virus COVID -19 dan turunannya, adalah lansia, orang dengan komorbid, dan ibu hamil.
Hingga kini, jumlah total penduduk Indonesia yang sudah melakukan vaksin COVID-19 adalah 80 persen untuk vaksinasi 1 dan 55 persen untuk vaksinasi 2.
Sementara untuk booster sudah mulai dilakukan bertahap. Sama seperti dua vaksin sebelumnya, pemerintah pusat sudah menyatakan bahwa vaksin booster ini juga akan diberikan secara gratis kepada masyarakat.
“Tentu kita harus mengajak semua masyarakat, khususnya lansia, karena lansia ini vaksinasi keduanya masih rendah. Oleh karena itu lansia sebagai populasi rentan yang bisa mengakibatkan morbilitas dan mobilitas rumah sakit ini yang harus dikejar. Kalau untuk remaja, syarat untuk booster itu kan 18 tahun, jadi ini yang harus disiapkan (menyelesaikan vaksinasi 1 dan 2),” lanjut Alexander di Primaya Hospital PGI Cikini Jakarta.
Untuk orang-orang yang mengalami gejala yang dicurigai COVID-19, segera memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan atau melalui layanan Telemedicine yang sudah disediakan Kementerian Kesehatan.
“Itu hanya untuk obat-obat symptomatic aja, kalau obat untuk antivirus harus tetap ketemu dokter. (Obat sympthomatic) misalnya obat demam, obat flu itu bisa. Tapi kalau obat antivirus, antibiotik harus ketemu dokter,” pungkasnya.
Itulah berita tentang PTM 100 persen. Apakah Parents setuju dengan kebijakan ini?
Baca juga:
Tercatat Ada 252 Kasus Omicron di Jakarta, Waspada Gelombang Ketiga COVID-19!
Puncak Kasus Omicron Indonesia Diramal pada Awal Februari 2022, Waspada Gelombang Ketiga!
Mulai PTM, Ini Pentingnya Ajarkan Anak Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.