Dinyatakan positif hamil tentu saja jadi salah satu anugerah bagi pasangan yang telah cukup lama menanti buah hati. Setidaknya, hal inilah yang dirasakan seorang Bunda berinisial I.
Dalam forum Aplikasi TheAsianparent, ia menceritakan bagaimana perjuangannya memiliki momongan di tengah sakit menahun.
Sempat didiagnosis penyakit yang berkaitan erat dengan organ kesuburan hingga operasi berulang kali, tak membuat sang Bunda I menyerah. Bersama sang suami yang senantiasa menemaninya, keduanya sama-sama berjuang untuk memiliki buah hati.
Berbagai program kehamilan telah ia lakukan, termasuk program bayi tabung. Namun sayang, program tersebut pun belum kunjung berhasil. Pada saat dirinya dinyatakan telah menopause dini, kabar bahagia yang telah dinantikan justru datang. Ia dinyatakan berhasil hamil.
Begini kisah selengkapnya, Parents.
Lika liku perjuangan untuk positif hamil
“Dinyatakan oleh dokter bahwa sangat kecil kemungkinan bisa hamil secara normal bahkan sejak sebelum menikah adalah mimpi buruk semua perempuan. 6 tahun sebelum menikah adalah operasi pertama saya. (2010)
5 Tahun setelahnya dinyatakan harus kembali operasi yang kedua dengan resiko kehilangan organ paling penting milik perempuan. (2015)
Berbulan-bulan melakukan treatment dari Lampung ke Jakarta dengan hasil kesimpulan yang sangat menyedihkan buat saya. Berita buruk itu dengan berat hati saya ceritakan ke pacar 10 tahun saya.
Butuh waktu panjang untuk membuka pembicaraan ini yang menentukan jalan hidup sesudahnya. Pasrah dengan keputusan apapun yang akan dilontarkan pacar saya saat itu. Dan tanggapan yang menyentuh hati saya itu yang akhirnya mengarahkan kehidupan kami saat ini.
Artikel Terkait : Bayi 6 bulan mengalami Bronkuspneumonia akibat asap rokok, sang ibu beri peringatan
”Keadaanku tak mengubah keputusannya untuk menikah denganku,”
Setahun setelah berita buruk itu kami menikah. (2016)
Suami saya mensupport penuh pengobatan saya dengan hasil terburuk sekalipun. Saya melakukan operasi kedua yang berlangsung selama 7 jam setelah 3 bulan menikah. (2017)
Sebulan setelah recovery pasca operasi, kami memutuskan untuk melakukan IVF/Bayi Tabung. Tanpa lelah dan penuh kesabaran suami saya mengorbankan hari-hari kerjanya berbulan-bulan untuk saya. Menemani dan merawat saya di seberang pulau untuk memperjuangkan sesuatu yang hampir tidak mungkin lagi kami miliki.
Setelah melakukan semua rangkaian IVF, saya dinyatakan positif hamil. Semua perjuangan tidak sia-sia, saya benar-benar fokus dan menjaga apa yang saya miliki di rahim saya saat itu.
Program bayi tabung sempat gagal
Namun Tuhan berkehendak lain seminggu setelah dinyatakan positif, janin kami tidak berkembang dan pada akhirnya dinyatakan gagal. Kami tidak menangis, saat itu suami saya tetap tersenyum dan mengatakan pada saya bahwa kebahagiaan kami bukan hanya tentang seorang anak.
Kesehatan itu nomor satu. Kami pulang dengan rencana baru untuk kehidupan yang lebih baik. Kami sudah ikhlas, sudah sangat siap menjalani kehidupan kami yang akan hanya berdua saja.
Saya memiliki banyak planning ke depan dan berusaha ikhlas. Sembari menjalani kehidupan baru, kami tetap rutin kontrol kondisi kesehatan saya.
Harus melakukan operasi ke tiga kalinya
Berita buruk menghujam kami lagi untuk melakukan operasi ketiga.
Karena saya dan suami sudah sangat ikhlas dan pasrah. Akhirnya kami menjalani tahapan pra operasi ketiga (akhir 2017).
Suami saya menguatkan saya dan mengatakan bahwa dia menginginkan saya sehat dan bahagia maka lakukanlah operasi ketiga dengan semua risiko-risiko buruk yang akan dihadapi. Sembari melakukan pengobatan pra operasi, saya mengisi sebuah acara.
Saya berusaha menyibukkan diri saya dengan bidang yang saya sukai. Sampai saya lupa bahwa saya telat haid 2 hari, yang mana saya tidak pernah telat sehari pun.
Wah, akhirnya hari yang ditakuti tiba. Yaitu menopause dini di usia muda (26 tahun). Seluruh badan saya sangat sakit, lemas, dan juga kelelahan sepanjang hari.
Saat tes kehamilan…
Keesokan harinya setelah saya pulang dari rumah orangtua, saya dan suami menuju apotik untuk membeli obat penghilang sakit. Entah apa yang ada dipikiran, saat itu sampai tiba-tiba minta dibelikan suami sebuah alat test kehamilan.
Sambil tertawa, akhirnya suami saya belikan juga. Paginya, saya coba alat test kehamilan itu di kamar mandi.
Dengan santai saya coba tanpa harapan apapun. Lalu muncul 2 garis merah tua. Saya kaget, bingung, dan gemetar. Sempat berpikir alat ini kemungkinan rusak.
Saya keluar dari kamar mandi dengan wajah datar dan membangunkan suami saya yang masih tidur nyenyak. Suami saya kaget dan bingung.
Kami ketakutan, tidak satu senti pun bibir kami tersenyum. Saat itu juga saya ke dokter SPOG saya dan menceritakan semua yang saya alami dan rasakan beberapa minggu terakhir.
Artikel Terkait : “Janinku hanya bertahan 11 minggu, aku merasa gagal,” curahan hati ibu keguguran
Dinyatakan positif hamil
Lalu saya berbaring dan melakukan USG. YA AMPUN ADA KANTUNG HITAM IYA KANTUNG KEHAMILAN SAYA DINYATAKAN POSITIF HAMIL.
Dokter memberikan ucapan selamat sambil tersenyum bahagia lalu bilang, “kok bisa ya”. Saya pun disarankan bedrest total selama 3 bulan untuk memastikan janin saya kuat dan tumbuh dengan semestinya.
Kami pulang ke rumah dengan keadaan seperti zombie. Antara senang dan takut. Senang karena hamil. Takut kalau kehamilan kali ini kembali gagal.
Pertemuan ketiga dengan dokter kami mendengar detak jantung pertama kali. Di situ saya akhirnya menyadari bahwa saya hamil.
Iya saya hamil anak suami saya secara normal. Dalam keadaan tidak program dan tidak mengkonsumsi obat apapun. Bahagia dan cemas kali ini yang kami rasakan selama 9 bulan ke depan.
Bahkan untuk sekedar bersin saja sering saya tahan dengan menutup hidung karena takut ada tekanan ke bayi saya.
Hikmah bersabar dan berjuang bersama
Alhamdulillah.. Juli 2018 lahirlah bidadari kecilnya Umma dan Baba bernama Alula melalui persalinan caesar. Dan saya dinyatakan sehat tanpa operasi dan pengangkatan rahim.
Ini adalah hadiah untuk suami saya dari Tuhan, yang baik hati dan selalu sabar. Karena mau menerima saya apa adanya, mau menemani saya di masa sulit saya, mau terus berjuang bersama-sama.
Inilah cerita pernikahan saya semoga menginspirasi seluruh pasangan yang sedang berjuang juga,” tutur sang Bunda menceritakan kisahnya.
Dari kisah Bunda di atas kita bisa belajar bahwa sebaiknya memang kita tak mudah menyerah pada keadaan. Kita pun bisa berkaca bahwa perjuangan dan kesetiaan pasangan dalam suka maupun duka bisa berbuah manis di kemudian hari.
Semoga menginspirasi, Parents.
Baca Juga :
Tips suami siaga, ini persiapan menjelang persalinan yang perlu Ayah ketahui!