Polusi Udara Jakarta Peringkat 4 Terburuk, Anjuran Dokter Anak Jadi Sorotan

Lonjakan polusi udara di Jakarta 13 kali melebihi panduan kualitas udara tahunan yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pandemi sudah mereda, masyarakat Jakarta kembali diuji dengan polusi udara yang kian memburuk. Bahkan, indeks menunjukkan polusi udara Jakarta termasuk 5 besar terburuk di dunia.

Hingga kini, pemerintah melakukan segala upaya untuk mengurangi dampak polusi. Beberapa faktor ditengarai menjadi penyebab kualitas udara Jakarta tidak sedang baik-baik saja.

Polusi Udara Jakarta Memburuk

Hari ini, DKI Jakarta dinobatkan menjadi kota dengan kualitas udara terburuk keempat di dunia. Menyedihkan, tapi itu fakta.

Mengutip laman IQAir pukul 06.20 WIB, US Air Quality Index (AQI US) atau indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 156. Artinya, udara di Jakarta masuk aktegori tidak sehat selama 3 hari terakhir.

Adapun konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta hari ini PM 2.5. Menurut data aplikasi Nafas, polusi udara di Jakarta rata-rata di bulan Juli 2023 adalah 47 µg/m3, jauh di atas anjuran WHO 5 µg/m3. Laporan Napas menyebut lonjakan polusi 13 kali melebihi panduan kualitas udara tahunan yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO).

Merujuk laman Instagram katadata, Tangerang Selatan dan Bekasi menjadi kota di Indonesia dengan polusi tertinggi. Bulan Juli, warga Serpong dalam kesehariannya sama saja dengan menghirup 99 batang rokok per hari.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sedangkan cuaca di Jakarta pagi ini berkabut dengan suhu 25 derajat celsius, kelembapan 72 persen, gerak angin 3,7 km/h, dan tekanan sebesar 1014 milibar.

Lebih lanjut, situs ini meerekomendasikan masyarakat agar mengenakan masker, menyediakan penyaring udara di rumah, menutup jendelam, dan mengurangi aktivitas outdoor.

Masih merujuk laman iqair.com, per Selasa (15/8/2023) berikut 10 kota dengan polusi terburuk di dunia:

  1. Jakarta, Indonesia (tidak sehat)
  2. Dubai, Uni Emirat Arab (tidak sehat)
  3. Doha, Qatar (tidak sehat)
  4. Dhaka, Bangladesh (tidak sehat)
  5. Kuching, Malaysia (tidak sehat)
  6. Delhi, India ( tidak sehat untuk kelompok sensitif) 
  7. Riyadh, Arab Saudi ( tidak sehat untuk kelompok sensitif)
  8. Wuhan, China ( tidak sehat untuk kelompok sensitif)
  9. Kuwait City, Kuwait ( tidak sehat untuk kelompok sensitif)
  10. Kolkata, India ( tidak sehat untuk kelompok sensitif)

Artikel terkait: Bahaya Polusi Udara Bagi Janin Bisa Sebabkan Autisme, Ini Penjelasan Dokter

Penyebab Polusi Udara Parah

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membeberkan penyebab permasalahan kualitas udara di DKI Jakarta yang semakin memprihatinkan.

1. Emisi Transportasi

Data menunjukkan, transportasi masih menjadi penyumbang nomor wahid masalah kualitas udara di DKI Jakarta, baik dari minyak bumi maupun gas.

Terlebih transportasi membawa polutan NOx, CO, PM1O. dan PM2,5. Karbon monoksida berkontribusi terbanyak yaitu 298.171 ton. Sementara itu, kendaraan bermotor menyumbang 28.317 ton atau 96,36%. Hal ini kian diperparah dengan semakin banyaknya kendaraan yang masuk ke DKI Jakarta dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir.

2. Penggunaan Batubara

Tak hanya transportasi, penggunaan batubara juga ditengarai menjadi biang kerok. Penggunaan batu bara menimbulkan adanya emisi Sulfur Dioksida (SO2).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hasil kajian menunjukkan emisi pencemaran Sulfur Dioksida dengan total 4.257 ton per tahun. Sumber utamanya adalah dari sektor industri manufaktur sebesar 61,9 persen.  Faktanya, DKI Jakarta dikepung 16 PLTU batu bara yang berlokasi di Provinsi Banten dan Jawa Barat.

  • PLTU Banten Suralaya
  • PLTU Cemindo Gemilang
  • PLTU Pelabuhan Ratu
  • PLTU Merak
  • PLTU Cilegon PTIp
  • PLTU Jawa-7
  • PLTU Banten Labuan
  • PLTU DSS Serang
  • PLTU Banten Lontar
  • PLTU Cikarang Babelan
  • PLTU Fajar
  • PLTU Pindo-Deli-II
  • PLTU Indo Bharat Rayon
  • PLTU Purwakarta Indorama
  • PLTU Banten Serang
  • PLTU Banten Indosuntec

Artikel terkait: 10 Film Dokumenter Alam, Ingatkan Manusia Pentingnya Menjaga Lingkungan

Anjuran Dokter Anak Jadi Sorotan

Dalam upaya mengatasi permasalahan polusi udara, Pemprov DKI Jakarta berencana mengeluarkan kebijakan pengendalian pencemaran udara berbentuk peraturan gubernur (Pergub).

"Pemprov DKI dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup DKI sudah menyusun berbagai macam regulasi yang sudah ada Instruksi Gubernur No 66 Tahun 2019 tentang pengendalian pencemaran udara," ujar Kepala Dinas atau Kadis Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, dilansir dari KompasTV.

Peraturan itu dalam waktu dekat akan disahkan oleh Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Ada tiga langkah dalam upaya pengendalian pencemaran udara yakni peningkatan tata kelola, pengurangan emisi pencemaran udara, dan penerapan operasi uji emisi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pemprov DKI juga telah menerapkan tarif parkir tertinggi di 11 lokasi parkir milik pemerintah daerah. Untuk masyarakat, warga diimbau mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.

Sedangkan untuk kebijakan work from home (WFH) , KLHK menyerahkan keputusan itu kepada masing-masing perusahaan.

Polusi udara juga menjadi hal berat untuk orang tua. Akibat kualitas udara memburuk, banyak anak di Jabodetabek menderita batuk dan harus berobat ke dokter anak.

Hal ini dirasakan oleh Shela Putri Sundawa yang bercerita anak-anak Jabodetabek batuk pileknya tidak sembuh-sembuh. Menariknya, ia menganjurkan orang tua untuk mencari "udara bersih" dengan liburan.

"Akhir2 ini tiap ada anak dibawa berobat karena batuk pilek yang ga sembuh2, ada 1 obat mujarab yg susah dicari di Jabodetabek, “udara bersih”. Mau ga mau saya akhirnya cuman anjurkan liburan aja ke luar kota. Buat cari udara segar, literally" ujar Shela di akun Twitternya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ia menuturkan, organ tubuh memiliki kapasitas memperbaiki dirinya sendiri. Untuk saat ini, udara bersih di Jakarta masih jauh dari harapan.

"Paru2 kita punya kekuatan untuk memperbaiki dirinya sendiri. Syaratnya cuma 1: dijauhin dari yang bikin dia sakit. Mau ga mau orang Jabodetabek yang terpapar polusi terus2an mungkin emang harus punya jadwal liburan ke luar kota rutin. Untuk healing, literally healing our lungs" kicau dr. Shela.

Solusi ini menuai pro dan kontra karena di satu sisi, masyarakat setuju udara bersih di ibu kota saat ini mahal harganya. Ada banyak orang yang memilih "mengungsi" sementara. Namun, ada juga yang kontradiktif karena tidak semua masyarakat memiliki kapasitas finansial untuk berlibur.

Bagaimana menurut Parents?

Baca juga: