X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Pernikahanku Kado untuk Mama Sebelum Beliau Wafat

Bacaan 5 menit
Pernikahanku Kado untuk Mama Sebelum Beliau Wafat

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Kali ini saya ingin bercerita tentang bagaimana mengawali fase kehidupan baru sebagai seorang istri. Tentang pernikahanku kado untuk Mama sebelum akhirnya ia berpulang.

***

Selesai lulus SMA seperti manusia pada umumnya, kita berpikir untuk melanjutkan kuliah atau memilih menikah. Saat itu aku lebih memilih studi. Saat kuliahpun belum terbersit mau menikah sambil kuliah.

Hingga akhirnya sebelum aku wisuda, tiba-tiba ayahku jatuh sakit. Semua panik. Ayah sebagai pencari nafkah satu-satunya, belum lagi sebagai anak pertama aku belum bisa menghasilkan uang. Salah satu adikku juga masih kuliah.

Dengan ujian keluarga seperti itu rasanya kondisi perekonomian kami terasa sulit sekali. Mulai dari biaya rumah sakit, biaya rawat jalan hingga harus bolak-balik ke rumah sakit.

Merawat Orang Tua yang Sakit Menjadi Prioritas Hidupku

Saat itu keinginan untuk menikah sudah semakin kabur, aku dan adikku lebih memilih memikirkan ekonomi keluarga. Hingga akhirnya kami mendampingi ayah yang sakit selama 10 tahun lebih.

Ibu sudah sangat kelelahan merawat ayah yang terkena stroke saat itu. Badannya kurus, kurang tidur dan makan. Hingga akhirnya kami bertiga lulus kuliah, ibu pun menyusul ayah. Ibu terkena sakit komplikasi dengan diabetes sebagai penyakit utamanya.

Tidak ada rasa berat untuk merawat orang tua kami. Kalaupun memikirkan menikah tentu saja akan terasa sulit meninggalkan kedua orang tua yang masih butuh pelayanan.

Apakah selama itu jodoh belum datang juga? Ada. Namun mereka orang luar daerah yang tidak memungkinkan bagi kami untuk merawat orang tua. Sehingga kami lebih memilih untuk berbakti kepada kedua orang tua dan menunda menikah.

Pernikahanku Kado untuk Mama

Akhirnya waktu demi waktu terus berputar. Tak terasa umur semakin bertambah. Usiaku sudah mencapai 36 tahun. Sudah melewati usia tiga lima. Kata orang sangat rawan dan punya kemungkinan kecil jika ingin punya anak.

Sebelum ibu meninggal tahun 2021, beliau ingin sekali salah satu anaknya menikah. Siapapun yang duluan. Dan beliau rela tidak dilayani secara utuh seperti hari sebelumnya. Keinginan tersebut akhirnya terkabul.

Pada awal tahun 2020 ada seorang lelaki yang domisilinya di luar provinsi berniat melamar. Dengan pertimbangan sangat jauh, aku rasanya ingin menolak. Tapi ibuku tidak mengizinkan aku melakukannya. Dia tetap ingin punya menantu sebelum meninggal dunia.

Mungkin itu harapan terakhir mamaku saat di akhir hidupnya. Dan adik-adikku mengizinkan aku untuk menikah. Mereka menyanggupi untuk merawat kedua orang tuaku. Namun, aku masih saja ragu karena kami bertiga saja kadang kewalahan untuk melayani.

Rasanya belum maksimal, apalagi kalau aku menikah dan harus melepaskan tanggung jawab sebagai anak pertama.

Pernikahanku Kado untuk Mama

Dengan perasaan galau, campur aduk, akhirnya aku memberikan alamatku kepada pria itu untuk datang ke rumah. Kami memang belum pernah bertemu secara fisik. Hanya komunikasi sebatas proyek kerjaan. Dan ternyata beberapa bulan tepatnya di pertengahan tahun, jadwal kedatangan sudah disepakati. Tapi sayangnya kedatangannya harus tertunda.

Kami memiliki nasib yang sama. Ibunya sakit diabetes juga. Mamanya operasi luka di telapak kaki. Namun sepulang dari operasi itu, ibunya meninggal dunia. Dia menyelesaikan proses pemakaman mamanya dulu, setelah selesai itu baru dia datang menemui orang tuaku.

Pernikahanku Kado untuk Mama

Di luar dugaan, menjelang si dia datang ke rumah, mama memperlihatkan progress.  Jika sebelumnya ia sakit hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur, perlahan bisa duduk, bisa menelan makanan lebih banyak dari biasanya. Wajah mama lebih segar dari biasanya. Senyum dan tawa kembali hadir di rumah kami.

Bahkan beliau sudah tidak mau lagi buang air kecil di pospak. Beliau berjalan berpegangan di dinding menuju WC di belakang. Kami kadang merasa kasihan melihat mama seperti itu. Tapi, mama sangat senang dan bahagia melakukannya. Perjuangan beliau merupakan kenangan sedih sekaligus membahagiakan sepeninggal beliau setelah tiada di dunia.

Sampai hari kedatangan pun tiba. Semula rencananya memang hanya sebatas berkenalan, saling melihat saja dulu, silaturahmi antar keluarga. Tapi di luar dugaan, keinginanku untuk membatalkan pernikahan yang menurutku mengandung konseuensi tidak bisa merawat ibu.

Tapi mama bersikeras menyuruh mereka datang. Mungkin setelah salah satu anaknya menikah, bully-an tetangga selama ini akan terhapus sakitnya di hati. Bagaimana tidak, sulit sekali hidup dengan dinamika tetangga yang suka sekali mem-bully orang yang belum menikah.

Dengan kalimat yang tidak enak didengar, bahkan cendrung tidak manusiawi. Padahal mereka tidak mau memahami seperti apa kondisi yang terjadi.

Akhirnya di bulan ke sepuluh dia datang. Langsung membawa rombongan. Dan tanpa babibu, dia mengajukan lamaran. Kedua belah pihak setuju tanpa bertanya lebih dulu padaku. Aku hanya pasrah.

Pernikahanku Kado untuk Mama Sebelum Beliau Wafat

Entah bagaimana nanti membagi peran merawat orang tua dengan melayani suami. Apalagi pekerjaan dia sudah beda provinsi.

Tapi, mungkin ini memang jalan yang harus aku lalui. Bahkan ternyata pernikahanku kado untuk Mama. Kado terakhir yang membuatnya bahagia sebelum akhirnya beliau meninggal.

Nyatanya, memang banyak sekali tantangannya yang harus kujalani. Biar bagaimana pun aku memang percaya bahwa pada dasarnya pernikahan itu penuh dengan ujian. Ujian lewat keluarga, ujian diri, ujian lingkungan. Dan pernikahan adalah ibadah. Jadi memang sangat besar pahalanya. Dengan begini aku pun selalu menguatkan diri dan komitmen dalam menikah. 

Tak kalah penting, setiap calon suami istri memang perlu menyiapkan ilmu sebelum menikah dan jalani dengan sabar dan ikhlas karena Allah SWT. 

Inilah sepenggal kisahku di mana pernikahanku kado untuk Mama yang terakhir kali. 

 

Ditulis oleh Kanisa Putri, Member VIPP theAsianparent ID

 

 

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

theAsianParent Indonesia

  • Halaman Depan
  • /
  • VIP Real Stories
  • /
  • Pernikahanku Kado untuk Mama Sebelum Beliau Wafat
Bagikan:
  • Percaya setiap perkataan adalah doa ✨

    Percaya setiap perkataan adalah doa ✨

  • Resep Favorit Keluarga

    Resep Favorit Keluarga

  • Perjalanan Hamil yang Tidak Sesuai Ekspektasi

    Perjalanan Hamil yang Tidak Sesuai Ekspektasi

  • Percaya setiap perkataan adalah doa ✨

    Percaya setiap perkataan adalah doa ✨

  • Resep Favorit Keluarga

    Resep Favorit Keluarga

  • Perjalanan Hamil yang Tidak Sesuai Ekspektasi

    Perjalanan Hamil yang Tidak Sesuai Ekspektasi

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.