Piring jadi Maskawin, Ini Tradisi Pernikahan Adat Suku Biak di Papua

Mengenal makna filosofis di setiap urutan tata cara ritual dalam adat pernikahan khas suku di wilayah timur indonesia ini

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Suku Biak merupakan salah satu suku dari ratusan suku adat yang tersebar di berbagai daerah di Papua. Masyarakat suku Biak begitu dikenal masih memegang tradisi adat istiadat yang kuat sebagai upaya mempertahankan warisan nenek moyang secara turun temurun. Salah satunya yaitu kebiasaan tradisi adat pernikahan papua suku Biak.

Proses pernikahan suku Biak memanglah sangat unik yang memiliki aturan adat berasal dari tetua adat atau leluhur yang masih dijalankan sampai saat ini. Dikutip dari laman Antara News, masyarakat suku Biak yang hidup di berbagai tempat perantauan masih sangat menghormati kebiasaan tradisi pernikahan dengan budaya dan adat yang dimiliki.

Di setiap urutan tata cara ritual dalam adat pernikahan khas suku di wilayah timur indonesia ini memiliki makna filosofis yang berhubungan dengan harapan dalam hidup berumah tangga kelak. Seperti apa rangkaian ritual adat pernikahan suku Biak, Papua ini? Dilansir dari GNFI dan beberapa sumber lainnya, berikut ulasannya.

Rangkaian Tradisi Adat Pernikahan Suku Biak di Papua

1. Lamaran

Foto: Instagram.com/kulicitra

Sama dengan aturan yang ada di adat daerah lainnya, suku Biak juga memiliki prosesi lamaran sebelum melakukan pernikahan. Namun bedanya, terdapat dua jenis lamaran dalam prosesi pernikahan suku Biak yang sering disebut sanepen dan fakfuken.

Prosesi pertama, yaitu sanapen. Sanapen adalah prosesi yang digunakan oleh suku Biak yang seringkali menjodohkan anak-anaknya ketika masih di bawah umur.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Prosesi kedua, yaitu fakfuken. Fakfuken adalah prosesi lamaran yang ditujukan kepada pihak keluarga perempuan. Lalu anaknya harus bertemu dengan anak dari pihak keluarga laki-laki setelah berumur di atas 15 tahun.

Jika sudah berumur setidaknya 15 tahun, maka pihak keluarga laki-laki akan membawa tanda perkenalan yang bernama kaken. Kaken sendiri adalah gelang atau kalung yang terbuat dari manik-manik.

Jumlah kaken yang diserahkan, tergantung dari kemampuan ekonomi pihak keluarga laki-laki. Nantinya, pihak keluarga perempuan juga akan memberi kaken sebagai tanda menerima lamaran dari pihak keluarga laki-laki. Kemudian, kedua pihak akan menentukan maskawin yang akan diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan.

Artikel terkait: Palang Pintu, Tradisi Adat Pernikahan Suku Betawi yang Sarat Makna

2. Penentuan Maskawin, Salah Satu Rangkaian Tradisi Adat Pernikahan Suku Biak di Papua

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Foto: Instagram.com/itsechiesworld

Dikutip dari situs weddingmarket, setelah proses lamaran di terima, kedua belah pihak akan menentukan maskawin yang akan dibawakan dari pihak laki-laki untuk pihak perempuan. Pada zaman dahulu laki-laki yang berasal dari keluarga terpandang akan memberikan maskawin berupa perahu. 

Namun sekarang kebanyakan orang hanya memberikan gelang yang terbuat dari kulit karang (kamfar). Sekarang dengan berkembangnya zaman, banyak juga yang memilih perhiasan perak untuk dijadikan maskawin. 

Mengutip Kompasiana, maskawin yang digunakan untuk melamar juga ada yang berbentuk piring adat. Piring adat ini memiliki diameter yang lebar dan di atas piring tersebut sudah di lukis dengan motif yang beragam, mulai dari lukisan cendrawasih, tifa, naga, ikan, rumah honai dan lain-lain.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selesai penentuan maskawin yang sudah dirundingkan, pihak kedua belah pihak orang tua akan segera mendatangi tetua adat (orang yang sangat dihormati) untuk menanyakan beberapa hal yang berkaitan dalam menggelar acara pernikahan, salah satunya adalah menanyakan hari baik. Persiapan acara pernikahan biasanya dilakukan seminggu sebelum hari H.

Artikel terkait: Mengenal Tradisi Ararem, Mengantar Mas Kawin Unik untuk Mempelai Perempuan di Papua

3. Mengantar Maskawin (Ararem)

Foto: Instagram.com/ete_mr

Selanjutnya, pihak laki-laki dan perempuan akan menjalankan prosesi mengantar maskawin atau tradisi ararem. Ararem telah berlangsung secara turun-temurun. Tradisi ini masih ada di tengah kemajuan era teknologi modern.

Tradisi ararem ini menjadi sesuatu yang sangat sakral. Hal ini disebabkan, karena harus diberikan kepada keluarga perempuan yang suatu saat nanti akan menyandang status sebagai istri dalam keluarga keret atau marga.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sementara prosesi adat membayar maskawin kepada keluarga perempuan adalah lambang dari kehormatan dan harga diri keluarga calon pengantin laki-laki. Makna dari prosesi ini, yaitu agar pengantin laki-laki dapat membawa istrinya untuk hidup berumah tangga guna meneruskan warisan bagi marga keluarga tertentu.

4. Persiapan Pernikahan

Foto: Instagram.com/kakalouis_galeri

Menurut laman weddingmarket,  proses persiapan dimulai dengan acara makan bersama dengan semua saudara laki-laki dari pihak ibu kedua mempelai. Keesokan harinya, calon pengantin perempuan akan dihias dan diantar ke rumah calon pengantin laki-laki, sebagai tempat prosesi pernikahan berlangsung.

Saat menikah, kedua mempelai pengantin memakai baju adat dan perhiasan-perhiasan khas suku Biak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 4 Tahap Prosesi Malam Bainai, Tradisi Jelang Pernikahan dari Adat Minang

5. Upacara Pernikahan

Foto: lifestyle.okezone.com

Upacara pernikahan diawali dengan penyerahan seperangkat benda pusaka, seperti panah, parang, dan tombak. Penyerahan benda pusaka ini, dilakukan oleh pihak keluarga perempuan ke pihak keluarga laki-laki.

Selanjutnya, pihak keluarga laki-laki akan membalas dengan memberikan hal yang sama sebagai lambang bahwa keluarga laki-laki menerima anak dari pihak keluarga perempuan dan akan menjaganya seperti anak sendiri.

Kemudian, prosesi pernikahan akan dilanjutkan dengan pemberkatan pernikahan suku Biak yang dilakukan oleh kepala adat atau disebut dengan wafer. Upacara ini dimulai dengan pemberian cerutu atau sebatang rokok yang akan dihisap oleh kedua mempelai. Lalu, mereka akan saling menyuapi panganan ubi atau talas bakar. Prosesi ini akan dibarengi dengan doa dan mantera yang akan dibacakan oleh tetua adat.

Doa yang disampaikan umumnya adalah permohonan restu kepada Yang Maha Kuasa dan harapan agar kedua mempelai senantiasa bahagia dalam bahtera rumah tangganya. Setelah doa, kedua mempelai akan saling menyuapi ubi. Pernikahan suku Biak diakhiri dengan acara makan-makan bersama keluarga besar.

***

Nah, demikianlah ulasan mengenai tradisi unik pernikahan adat Suku Biak, pulau yang identik dengan  burung cendrawasih di ujung Timur Indonesia. Semoga tradisi ini akan tetap dilaksanakan turun temurun agar tetap dilestarikan hingga ke generasi berikutnya.

Baca juga:

https://id.theasianparent.com/tradisi-pernikahan-arab

https://id.theasianparent.com/tradisi-pernikahan-india

https://id.theasianparent.com/adat-pernikahan