Indonesia memiliki ragam tradisi dan budaya yang unik, termasuk di antaranya adalah permainan tradisional. Nah, dari sekian banyak permainan tempo doeloe, engklek merupakan salah satu yang sangat populer dan dimainkan oleh hampir semua anak-anak hingga di seluruh pelosok Nusantara. Nah, Parents sendiri pernah enggak memainkannya?
Apa Itu Engklek?
Engklek adalah permainan tradisional di mana para pemainnya berlompat-lompat di atas gambar pola yang dibuat pada bidang datar. Gambar tersebut biasa dibuat dengan arang, kapur tulis, bahkan dengan ranting kayu jika arena bermain digambarkan di atas tanah. Pola yang digambar pun beragam, ada bentuk persegi, lingkaran, segitiga, dan lain sebagainya.
Istilah engklek sendiri berasal dari bahasa Jawa, artinya melompat-lompat dengan satu kaki. Dinamai demikian karena pemain harus melompat dengan satu kaki.
Sementara itu, di daerah lain penyebutannya pun berbeda-beda. Misalnya, masyarakat pulau Muna Sulawesi Tenggara menyebutnya kabula, di daerah Kotamobagu Sulut dikenal dengan nama supel, dan di daerah Batak Toba disebut marsitekka.
Sebelum penggunaan internet begitu masif seperti saat ini, permainan ini sangat familiar bagi anak-anak. Di pekarangan hingga tanah lapang, dapat kita jumpai dengan mudah anak-anak asyik memainkannya.
Namun tahukah Parents, permainan ini sebenarnya bukan permainan asli Indonesia. Lalu, dari mana, ya, asal-usulnya?
Artikel terkait: Bisa Melatih Motorik Anak, 7 Fakta Menarik Permainan Tradisional Egrang
Sejarah dan Asal-usul Permainan Tradisional Ini
Tidak diketahui secara pasti kapan dan dari mana permainan kuno ini bermula. Ada yang mengatakan permainan ini sudah dimainkan oleh anak-anak Romawi sejak 27 SM hingga abad ke 15.
Catatan historis pertama yang menjelaskan permainan engklek adalah sebuah buku berjudul Book of Games yang disusun oleh Francis Willughby antara tahun 1635 dan 1672. Manuskrip tersebut menyatakan bahwa dalam permainan scotch hop (sebutan engklek dalam bahasa Inggris), anak-anak bermain dengan sepotong ubin atau sepotong timah kecil di atas lantai atau bidang datar yang digambar dengan bentuk bentuk lonjong seperti papan.
Di Indonesia sendiri, permainan ini kerap dimainkan bersama-sama secara bergantian. Masing-masing pemain harus memiliki sebuah alat pelemparan yang disebut “gaco”. Gaco ini bisa berupa potongan genteng, ubin, cangkang kerang, atau batu pipih.
Artikel terkait: Latih Anak Jadi Sportif dengan Permainan Gobak Sodor
Manfaat Bermain Engklek
Meski cara memainkan engklek terbilang sederhana, namun permainan ini memiliki banyak manfaat, lho, Parents. Antara lain melatih kemampuan motorik hingga keterampilan sosial anak.
Menurut sebuah penelitian tahun 2016 yang dilansir dari laman Traditional Games Return, permainan tradisional engklek dapat meningkatkan kemampuan motorik anak. Ketika bermain, anak akan banyak melompat dengan satu kaki lalu menggunakan dua kaki pada saat pendaratan. Anak juga berlatih menggunakan kedua tangan sebagai penyeimbang.
Kemampuan memecahkan masalah juga termasuk aspek yang dikembangkan anak melalui permainan engklek. Pasalnya, dalam permainan tersebut anak belajar mengambil keputusan, membuat strategi untuk memenangkan permainan, serta mencoba menyelesaikan masalah yang timbul selama permainan.
Tak hanya itu, berdasarkan sebuah penelitian di tahun 2015, permainan tradisional ini dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. Si kecil akan belajar tentang interaksi, penerimaan teman sebaya, membina hubungan dengan kelompok, serta mengatasi konflik dalam bermain.
Cara Seru Memainkannya
Minimal terdapat dua orang yang memainkan engklek. Mula-mula, pemain dapat bekerjasama menggambar sebuah pola tertentu pada bidang datar sebagai arena bermain. Gambar ini akan terdiri atas beberapa ruang atau petak.
Dalam aturannya, pemain harus menggunakan satu kaki untuk menapak pada setiap petak yang ada, kecuali pada petak-petak tertentu pemain boleh menggunakan dua kaki.
Selanjutnya, pemain melemparkan gaco ke petak pertama lalu mulai melompat-lompati semua petak sesuai aturan. Jika berhasil, pemain dapat melanjutkan melempar gaco ke petak kedua, ketiga, dan seterusnya hingga selesai.
Jika semua petak sudah diselesaikan, pemain harus melempar gaco ke bagian paling ujung yang biasa disebut “gunung” atau “kepala”.
Pemain yang berhasil menyelesaikan permainan dengan baik berhak mendapat satu petak yang diberi tanda khusus. Karena ini merupakan hak istimewa, maka petak tersebut tidak boleh diinjak pemain lain.
Pemain akan diganti dengan pemain lain apabila gaco mendarat di petak yang salah atau pemain menginjak garis batas petak. Atau, ketika pemain melanggar aturan tertentu, misalnya berpijak dengan dua kaki pada petak yang seharusnya diinjak hanya dengan satu kaki.
****
Parents, itulah sekilas tentang permainan tradisional engklek. Seru, bukan? Yuk, ajak si kecil memainkannya!
Baca juga: