Penyakit kanker, kerap dianggap sebagai momok yang menakutkan. Tidak bisa dipungkiri, bayang-bayang kematian bisa muncul di benak. Padahal tidak demikian, sama dengan penyakit lainnya, jika ditangani dengan baik kanker pun bisa disembuhkan. Adalah Megawati Tanto, kisah perjuangan perempuan ini menjadi bukti bahwa berhasil sembuh dari penyakit kanker bukanlah hal yang mustahil.
Perjuangan Megawati Lawan Kanker
Megawati Tanto, perempuan berusia lanjut kerap memperlihat senyum sumringah di wajahnya saat menceritakan pengalaman hidupnya di depan media. Senyum ceria dengan penampilan yang prima tentu saja membuat banyak orang menyangka bahwa ia merupakan sosok tangguh yang berhasil selamat dari dua jenis kanker sekaligus.
Semuanya berawal pada tahun 2017 silam. Ia menceritakan, semula hari berjalan seperti biasa. Saat itu, Mega akan pergi tidur dan mendapati darah segar keluar dari tubuhnya. Setelah melakukan rangkaian pemeriksaan, ditemukan gumpalan awan di saluran cerna dan dokter mengatakan kemungkinan besar itu adalah polip. Benar saja, kanker usus besar yang dideritanya ternyata telah memasuki stadium satu dan harus segera dioperasi.
“Saat divonis tidak mudah rasanya untuk menerima, tapi akhirnya saya tidak denial bahwa saya terkena kanker. Saat itu, saya hanya berpikir bagaimana caranya saya kuat menjalani pengobatan dan berapa lama saya bisa bertahan,” ungkap Mega dalam sharing session #LUNGTalk: Membuka Harapan Hidup yang Lebih Baik bagi Pasien Kanker Paru dengan Pengobatan Inovatif pada Rabu (26/08).
Tak berhenti sampai di sana, takdir Tuhan kembali menguji Mega. Sebelum operasi, dokter kembali melakukan pemeriksaan ulang dan ditemukan hasil tak terduga. Fakta memperlihatkan, terdapat kanker stadium tiga di organ tubuh berbeda yakni paru-parunya.
“Baru ketahuan di dalam kamar operasi kalau saya kanker paru primer. Sempat ciut karena saya tau survive dari kanker paru itu harapannya kecil. Tetapi saya nggak cengeng dan mengeluh. Yang ada dalam benak saya kemoterapi dan jalan medis lain itu arah menuju kesembuhan.
Saya ubah mindset saya, saya sudah lulus S1 dengan mata pelajaran kanker kolon. Berarti sekarang saya sedang belajar dengan jurusan kanker paru. Kalau lolos, berarti saya lulus S2,” terang Mega.
Sejak itu, bolak balik rumah sakit seolah menjadi rutinitas baru. Setidaknya 10 terapi harus ditempuh perempuan berusia 74 tahun ini agar bisa bertahan dari kanker yang menggerogoti tubuhnya. Tubuh yang tak lagi prima membuatnya mengalami perdarahan dari hidung dan gusi yang membuat ia tak bisa membersihkan gigi layaknya orang normal.
Saat akhirnya ia menjalani operasi kanker paru untuk pengambilan lobus kanan bawah, dua tulang rusuknya patah sehingga menimbulkan rasa sakit luar biasa. Hal ini membuat Mega hanya bisa berbaring lurus dua bulan lamanya.
“Untuk miring ke kanan kiri saja luar biasa sakitnya. Setiap kemo, saya pakai kursi roda. Makan pun nggak bisa normal karena tangan saya nggak bisa diangkat. Tetapi saya yakin apa yang bisa saya lakukan sendiri, akan saya lakukan sendiri,” tegasnya.
Keyakinan Menjadi Kunci Kesembuhan
Di tengah perjuangan meraih kesembuhan, ia pun mendapat banyak pertanyaan dari lingkungan pergaulan. “Apa stres, kok, bisa sampai dua kanker sekaligus. Saya jawab karena Tuhan tahu saya itu kuat, saya bilang gitu sama teman-teman,” ujar Mega.
Sempat sanksi apakah dirinya mampu sembuh dari penyakit ini, Mega membagikan resep ampuh dirinya bisa bertahan dan akhirnya sembuh ialah berpikir positif dan terus optimis. Pengobatan yang ia jalankan diibaratkan perjalanan yang diyakini akan ia capai pada waktu yang tepat.
“Analoginya menaiki tangga yang tinggi dan terjal, itu dia pengobatan. Perlahan, tekun, positive thinking, pokoknya optimis pasti kita bisa melalui semuanya. Nggak kalah penting jalani pola hidup sehat dan ikuti perkataan dokter,” pungkas Mega.
Aktif dalam Rumah singgah Cancer Information and Support Centre
Mega tak menampik, faktor ekonomi kerap menjadi hambatan bagi pasien kanker mengingat pengobatan kanker sangat panjang dan membutuhkan biaya besar. Kendati Indonesia memfasilitasi warganya dengan BPJS, pasien tetap harus mengeluarkan biaya pribadi untuk obat dan pemeriksaan diagnostik yang tidak ditanggung negara.
Belum lagi bagi masyarakat daerah di mana informasi sangat minim. Mayoritas rumah sakit rujukan yang berada di kota membuat penduduk pedesaan memilih pasrah dan mengalah dengan penyakitnya.
Hal inilah yang mendorong Mega untuk berkontribusi dan menginspirasi pasien kanker lainnya. Kini, Mega aktif menjadi koordinator rumah singgah Cancer Information and Support Centre (CISC), sebuah wadah komunitas kanker non profit.
Melalui komunitas ini, sebanyak 3 rumah singgah telah berdiri untuk tempat bernaung pasien yang tidak mampu. Mega paham, dukungan psikologis dibutuhkan agar orang tidak merasa sendirian dalam perjuangan melawan kanker.
Tak ketinggalan, Mega turut membentuk sebuah grup dengan tujuan menyemangati dan memberikan informasi up to date. Mengadakan seminar awam bagi tenaga medis pun ia lakukan untuk membuka cakrawala masyarakat perihal kanker. Mega juga sering menjadi narasumber di berbagai acara untuk membagikan kisah inspiratifnya bertahan dari kanker.
Parents, semoga kisah perjuangan Megawati lawan kanker dapat menjadi inspirasi untuk Anda.
Baca juga:
7 Selebriti Perempuan Penyintas Kanker Payudara, Yuk Deteksi Dini Bun!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.