Mendapatkan diagnosis kanker tentu menjadi pukulan yang berat bagi sebagian besar orang. Terlebih bila ia telah menjadi seorang ibu. Rasa sedih, bingung, dan takut pun bercampur menjadi satu. “Apakah saya harus merahasiakannya pada anak saya? Ataukah saya harus memberitahunya?” Pemikiran inilah yang terlintas di dalam benak seorang penyintas kanker payudara.
Adalah Caryn Sullivan, seorang ibu yang bergulat dengan beragam emosi. Tak hanya emosi di dalam dirinya sendiri, ia pun harus memikirkan bagaimana perasaan buah hatinya jika mengetahui jika dirinya mengalami kanker payudara.
Kisah penyintas kanker payudara, Caryn Sullivan
Saya pertama kali didiagnosis menderita kanker payudara pada usia 31 tahun 2004. Saat itu saya masih muda dan sehat. Namun ketika saya melakukan biopsi, saya didiagnosis kanker. Setelah diagnosis awal, saya pun melakukan mastektomi bilateral. 16 Minggu kemoterapi, dan saya beserta suami mulai mempertimbangkan untuk IVF. Karena kemo dapat merusak peluang untuk bisa hamil. Pada akhirnya, kami memilih tidak melakukan IVF dengan harapan bahwa kami akan mendapatkan buat hati setelah perawatan selesai. Bersama ahli onkologi, kami membuat sebuah rencana untuk program hamil. Meskipun konsepsi awal tidak berhasil, tetapi akhirnya saya berhasil hamil pada tahun 2008.
Ini merupakan sebuah keajaiban, karena saya akan memiliki anak meskipun telah lanjut usia dan seorang penyintas kanker.
Selama kehamilan, saya mendapat pengawasan ketat dari dokter.
Artikel terkait: 13 Hal yang bisa menyebabkan kanker payudara
Melahirkan anak pertama setelah berjuang menjalani berbagai perawatan kanker payudara
Akhirnya saya melahirkan anak pertama pada 8 Desember 2008. Saya dan suami saya sangat bersemangat untuk memulai hidup baru dengan bayi laki-laki kami yang manis. Kami pun melupakan kisah kanker saya. Beberapa tahun kemudian, pada hari ulang tahun ke-40 saya memutuskan untuk menghadiahi diri saya sendiri dengan melakukan check up sehari penuh di Princeton Longevity Center. Betapa kagetnya ketika saya didiagnosis kanker payudara metastatik stadium IV. Ini adalah kanker yang sama dari tahun 2004. Saya sangat terkejut. Dunia saya rasanya terbaik. Butuh waktu beberapa minggu sebelum saya dapat benar-benar memahami apa yang sedang terjadi, karena semuanya berjalan begitu cepat. Saya tidak yakin apakah saya akan hidup selama empat bulan atau empat dekade. Saya hanya berpikir akan meninggal sebentar lagi. Kini, taruhannya pun menjadi lebih tinggi dibandingkan saat pertama kali saya didiagnosis kanker. Sekarang saya harus mempertimbangkan putra saya, selain suami saya.
Saya tidak bisa membayangkan mereka hidup di dunia ini tanpa saya. Itu membuat saya sakit secara fisik.
Namun kanker tentu saja tidak peduli dengan bagaimana perasaan saya. Ketika hendak melakukan perawatan, saya menerima banyak nasihat yang tidak diminta. Salah satunya tentang apa yang harus saya katakan pada anak saya yang masih berusia 4,5 tahun. Saya tahu bahwa kanker merupakan suatu kondisi serius, tetapi saya ingin keluarga saya bergerak maju dalam cinta dan kebahagiaan daripada ketakutan. Jadi, ketika banyak orang mendorong kami untuk memberitahu anak kami. Namun kami memilih untuk tidak memberitahunya. Kami berterima kasih atas dukungan dari organisasi bernama CancerCare. Mereka menasihati kami melalui telepon dan berkata kepada kami, “Jika Anda tidak ingin memberitahunya, jangan beri tahu dia.” Saya tidak yakin mengapa saya merasa saya perlu izin untuk melakukan itu. Namun di satu sisi, saya merasa didukung dan merasa begitu lega.
Artikel terkait: Selain muncul benjolan, ini 8 gejala awal kanker payudara yang wajib Bunda tahu!
Rahasia tentang kanker payudara
Ketika putra kami masih muda, sangat mudah untuk menjaga rahasia tentang kanker payudara ini. Dia tahu bahwa saya sering pergi ke dokter, tetapi kami tidak menjelaskan mengapa. Anak saya sepertinya tidak benar-benar memperhatikan ketika saya lelah, sakit, atau stres. Dia tidak terlalu tertarik mengapa saya pergi ke dokter. Selama masa itu, kami hanya fokus untuk menjalani gaya hidup sehat. Untuk itu, saya menciptakan PrettyWellness untuk mencatat perjalanan saya. Saya berharap dapat menginspirasi ibu yang sibuk dan berbagi kiat hidup sehat.
Namun ketika putra kami semakin besar, kami semakin kesulitan untuk menjaga rahasia tersebut.
Memutuskan untuk memberi tahu anak tentang kondisi kanker payudara
Ketika dia hampir berusia 10 tahun, kami merasa sudah waktunya untuk memberitahunya tentang kanker. Saya dan suami saya pun memutuskan untuk mengabarkan hal ini secara bertahap. Jadi kami mulai membawa kanker ke dalam percakapan. Kami berbicara tentang berbagai jenis kanker, saat ia mulai belajar tentang kanker di sekolah. Kami menjelaskan bahwa kanker dapat menyakitkan tetapi juga disembuhkan. Ketika waktunya tepat, pada bulan September tahun lalu, kami memberitahunya langsung tentang kanker saya. Percakapan itu berlangsung sederhana dan positif. Kami mengatakan kepadanya, “Mommy menderita kanker, dan itulah sebabnya dia menjalankan Pretty Wellness.” Meskipun kanker menakutkan tetapi itu tidak menakutkan bagi saya. Kami akan menjaganya tetap positif, seperti yang telah saya lakukan di Pretty Wellness.
Apakah perawatannya mudah? Tidak. Saya mengonsumsi pil, melakukan kemoterapi, melakukan scan, radiasi, dan histerektomi dalam beberapa tahun terakhir. Kita tahu bahwa masa kanak-kanak adalah masa yang dipenuhi dengan harapan dan kesenangan. Dibandingkan kesuraman dan malapetaka akibat kanker. Kami tidak menyesali keputusan kami untuk merahasiakan kanker saya darinya selama sembilan tahun pertama hidupnya. Kami sangat bersyukur kami memiliki kesempatan untuk melakukan hal itu.
Tidak ada cara yang tepat untuk memberi tahu anak Anda tentang diagnosis kanker. Pilihannya bersifat individual seperti orangnya. Kita tidak tahu seperti apa jadinya hari-hari kita seandainya kita memberi tahunya lebih cepat. Kabar baiknya adalah kita tidak perlu melakukan itu. Untuk semua orang yang didiagnosis menderita kanker, saran saya sederhana: Dengarkan hati Anda. Itu akan memberi tahu Anda apa yang terbaik untuk Anda, anak-anak, dan keluarga. Beberapa di antara Anda mungkin lebih baik memberitahu anak-anak Anda. Namun beberapa lainnya mungkin akan memilih untuk tidak memberitahunya dan mempertahankan kepolosan mereka lebih lama. Jalan mana pun, tidak ada jawaban yang salah. Pilih sendiri berdasarkan hati Anda dan jangan pusing dengan omongan orang lain.
Referensi: She Knows
Baca juga
Menduga saluran ASI tersumbat, ternyata Busui ini alami kanker payudara stadium 4