Sudah lihat video penyiksaan anak kembar yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri?
Kemarin, beberapa WAG dan timeline Facebook saya ramai membicarakan soal video penyiksaan anak kembar ini. Meskipun merasa deg-degan, didorong rasa penasaran, saya pun memberanikan diri untuk melihatnya. Baru beberapa detik, saya pun memutuskan untuk mengakhiri melihat video tersebut. Tidak tega. Mungkin di antara Bunda juga akan merasa hal serupa dengan saya.
Pertanyaan selanjutnya pun muncul, mengapa seorang ibu bisa melakukan penyiksaan anak seperti itu? Sedang depresi dan membutuhkan pertolongan? Bisa jadi.
Setelah membaca berita di laman gulfnews.com, ternyata Kementerian Tenaga Kerja dan Pembangunan Sosial Saudi telah menyelamatkan dua bayi kembar dari ibu mereka setelah video penyiksaan anak ini merebak di media sosial.
Dalam video tersebut terlihat bahwa ada seorang perempuan yang melakukan penyiksaan anak kembar yang terlihat seperti anak berusia 10 bulan.
Anak tersebut terlihat menangis ketika perempuan yang diketahui sebagai ibu kandungnya menampar mereka. Tak hanya itu sang ibu bahkan menjatuhkan bayi tersebut dari ketinggian beberapa meter ke lantai sampai mereka berdarah.
Dalam video lain, terlihat kalau sang mencoba untuk mencekik salah anak dan mengatakan padanya, “Hari ini aku akan membunuhmu”.
Peristiwa yang terjadi di Arab Saudi ini pun ramai diperbincangkan di sosial media, terlebih lagi di negara asalnya. Salah satu media sosial yang banyak menyorot dan mengunggah video penyiksaan anak ini sampai memiki hashtag “ibu menyiksa anak perempuannya”. Berita ini pun membuat Kementerian Tenaga Kerja dan Pembangunan Sosial Saudi melakukan tindakan.
Juru bicara kementerian, Khalid Aba Khail, juga ‘berkicau’ dan mengatakan bahwa Pusat Anti Kekerasan Keluarga telah diberitahu dan pihak berwenang telah mencari tahu keberadaan bayi-bayi malang itu. Khail juga mendesak, bagi siapa pun yang mengetahui keberadaan dan kondisi sang bayi untuk tidak tinggal diam dan segera menghubungi menelepon hotline 1919.
Pencarian oleh Saudi di platform media sosial dimulai dan segera menemukan orang yang pertama kali mengungah video tersebut dan telah menghubungi nomor telepon tersebut.
Adalah Mohanad Al Hashdi, seorang warga negara Yaman, orang yang ada di balik video tersebut. Dia menggugah video penyiksan anak ini di YouTube. Ia juga mengatakan bahwa video tersebut diambil oleh seorang perempuan Somali yang tinggal di Arab Saudi, dan si kembar yang menjadi korban penyiksaan anak masih berusia 6 bulan.
Sang ibu adalah seorang Somalia yang menikahi seorang pria Yaman, dan pasangan itu tinggal di Arab Saudi. Rupanya, saat ini mereka telah bercerai dan sang pria atau ayah dari kedua orang anak kembar ini sudah tidak mendukungnya dalam segi keuangan.
Selain itu, pemilik akun instagram, Almadah Alfat Habiby juga mengunggah sebuah video yang memperlihatkan peristiwa penyiksaan anak kembar ini.
A post shared by VIRAL (@warganet.info) on
Dia pun mengambil video yang memperlihatkan kalau dirinya telah menyiksa buah hati mereka. Kemudian mengirimkan video tersebut ke mantan suaminya dengan harapan mantan suaminya bisa mengirim uang.
Dalam video tersebut, Al Hashdi terlihat memohon bantuan orang-orang Saudi untuk menyelamatkan para bayi karena kakek mereka tidak dapat melakukan perjalanan dari Yaman ke Arab Saudi. Beberapa jam kemudian, juru bicara kementerian itu, Khalid Aba Khail, kembali memberikan keterakan lewat Twitter, bahwa si kembar itu berada di Jeddah, dan telah diambil dari ibunya.
Berikut ini rekaman saat anak kembar ini disiksa sang ibu. Peringatan! Video ini mengandung kekesaran dan bisa menyebabkan ketidaknyamanan bagi yang menonton.
Saat ini, si kembar sudah dirawat di rumah sakit oleh pihak kementerian dan kemudian mereka diserahkan ke keluarga ayah.
“Ibu dan ayah sudah bercerai. Ini jelas merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga. Bayi-bayi itu tidak akan pernah dikembalikan ke ibu, dan kami melihat bahwa keluarga ayah mereka berhak untuk mengambil anak kembar ini,” kata juru bicara kementerian kepada Alekhbariya TV dalam sebuah wawancara.
Mengapa seorang ibu bisa melakukan penyiksaan anak?
Banyaknya kasus yang memperlihatkan bahwa tidak sedikit orangtua yang menyiksa anaknya kandungnya sendiri membuktikan bahwa orangtua perlu belajar mengelola emosinya lebih baik lagi.
Marah dan kesal memang merupakan emosi yang wajar dan bisa dirasakan oleh siapa pun. Seperti yang dikatakan Nadya Pramesrani selaku psikolog klinis dewasa, marah adalah reaksi normal dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika seseorang merasa marah, saat itu juga akan memberikan sinyal peringatan kepada otak bahwa ada sesuatu yang salah dan memberikan energi pada tubuh untuk memperbaiki keadaan. Marah memberikan manfaat berupa pergerakan energi untuk melakukan aksi.
Sayangnya, cara orang mengekspresikan rasa marah memang sangat beragam. Ada efek yang positif maupun negatif pada orang lain.
“Tapi memang, kecenderungan orangtua yang sedang emosi, memang sering kali melampiaskannya sama anak. Ya, ujung-ujungnya anak yang jadi korban. Bahkan ada sebuah penelitian yang dilakukan di India yang membuktikan kalau kecendrungan ibu memarahi anak jauh lebih besar dari para bapaknya,” tuturnya.
Psikolog dari Rumah Dandelion ini menambahkan, saat orangtua sedang banyak pikiran, terutama saat ada masalah dengan pasangannya, atau memang ada isu lain, nah, subjek pertama yang paling cepet kena dampaknya itu memang anaknya.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi psikologis di mana seorang ibu dan anak memiliki hubungan emosional yang aman. Atau secure attachment. Kondisi rasa aman yang sudah dirasakan, merasa tidak ada batas memang baik karena hubungan tersebut akan menjadi apa adanya.
Sayangnya, seperti yang dijelaskan oleh Nadya, secure attachment ini pada akhirnya membuat sebuah hubungan menjadi take it for granted. “Merasa nggak perlu pasang topeng lagi, merasa hubungan sudah sangat dekat dan aman, malah jadi nggak ada filter lagi, jadinya malah kebablasan,” tukas Mbak Nadya.
Oleh karena itulah, Nadya menggarisbawahi bahwa semua orangtua perlu belajar manajemen emosi sehingga dapat mengelola ataupun melampiaskan rasa marah dan kecewa dengan lebih baik lagi. Sehingga peristiwa seperti ini tidak perlu terulang kembali.
Peristiwa ini pun seakan mengingatkan saya kembali, sudahkah saya belajar mengelola emosi dengan baik?
Baca juga:
Viral! Marah pada suami, ibu ini tega menyiksa dan ancam bunuh anaknya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.