Kita pernah mendengar istilah gangguan bipolar setelah mantan artis cilik Marshanda didiagnosis positif menderita gangguan ini.
Apa itu gangguan bipolar?
Gangguan bipolar (bipolar disorder) adalah sebuah kondisi kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami perubahan suasana hati (mood) drastis.
Ada kalanya ia merasa sangat bahagia (fase manik), atau merasa sangat sedih (fase depresif). Gangguan bipolar tidak sama dengan perubahan mood yang biasa dialami anak dan remaja.
Perubahan suasana hati penderita bipolar sangat ekstrim. Saat ini ia merasa senang, satu atau dua jam kemudian bisa saja ia merasa sedih tanpa alasan. Ketika berada dalam fase depresif penderita bisa terpancing menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri.
Penyebab gangguan bipolar bisa saja karena faktor keturunan/genetik. Ada juga penderita yang mengalaminya akibat cara orangtua memperlakukannya saat ia masih anak-anak. Dengan kata lain, orangtua bisa jadi penyebab anak mengalami gangguan bipolar.
7 Penyebab Gangguan Bipolar pada Anak dari Orang Tua
Apa tindakan yang perlu kita hindari agar anak tidak mengalami gangguan bipolar?
1. Terlalu melindungi
Kita semua tidak ingin anak tersakiti, maka kita berusaha melindunginya sebisa mungkin. Parents juga melarangnya main sama anak tetangga karena takut dia ketularan pilek.
Kita larang dia belajar berenang karena takut dia tenggelam, padahal dia ingin sekali bisa berenang.
Melindungi anak memang kewajiban orangtua, tapi Anda tidak bisa ada di sisinya selamanya. Terlalu melindungi anak akan membuatnya kehilangan kemampuan bertahan saat menghadapi masalah.
2. Memberi label
“Bodoh,” “tolol”. Pernahkah Anda mengatakan ini pada anak saat sedang kesal? Jika ya, hentikanlah sekarang juga. Ucapan seperti itu akan membuat harga diri anak jatuh dan kehilangan rasa percaya diri.
Banyak penderita bipolar yang melakukan perbuatan tidak pantas, karena mereka tak bisa menghargai dirinya sendiri. Misalnya, Marshanda yang mengunggah videonya sedang menyanyi, sekaligus menari dan menangis beberapa tahun lalu.
3. Meninggalkan anak
Orangtua memang harus bekerja untuk menghidupi anak. Namun kepergian orangtua yang mendadak dalam waktu lama bisa membuat anak terguncang. Misalnya, mendadak ditugaskan di kota lain, atau meninggal.
Tidak ada salahnya berbicara pada anak terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Lakukanlah, meski anak mungkin belum mengerti apa yang Anda katakan.
Artikel terkait: Dilema Ibu yang Bekerja
4. Bertengkar di depan anak
Bertengkar dengan pasangan di depan anak, terutama yang terjadi terus-menerus, sangat melukai perasaan anak. Apalagi jika berujung perceraian. Ini semua menjadi pengalaman traumatis yang terus diingat anak sampai dewasa.
Bisa saja anak sulit mencari pasangan hidup saat dewasa, karena perasaannya pada lawan jenis berubah-ubah. Selain itu, tidak banyak pria dan wanita yang tahan dengan kelakuan penderita bipolar yang sukar ditebak.
5. Kekerasan
Kekerasan pada anak bisa saja berupa kekerasan fisik maupun verbal. Anak yang sering dipukul, disakiti, berpotensi menderita kelainan bipolar.
Begitu pula anak yang terlalu sering dibentak, dapat mengalami kelainan ini juga.
6. Memarahi anak tanpa alasan
Lagi bete karena bos beri banyak kerjaan tanpa uang lembur? Kesal karena suami kasih sedikit sekali uang belanja? Kadang kita khilaf dan melampiaskan kemarahan kita pada anak. Entah dengan membentak atau mendorong tubuhnya.
‘Disemprot’ karena bersalah bisa membuat anak sedih. Apalagi jika ia dimarahi karena sesuatu yang tidak ia lakukan. Sepanjang hari, mungkin seumur hidup ia akan mengubah suasana hatinya sesuka hati. Tidak masalah kan, karena benar atau salah ia tetap dimarahi.
7. Emosi tidak stabil
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Gangguan bipolar memang bisa diwariskan secara genetik pada generasi berikutnya. Meski Anda tidak punya sindrom bipolar, anak tetap berisiko menderita gangguan ini jika emosi Anda sering tidak stabil. Entah karena PMS atau sindrom baby blues.
Emosi tidak stabil bisa diatasi, jika Anda memang ingin menaklukkannya. Anda bisa membaca berbagai cara untuk mengatasi emosi di sini . Jangan biarkan anak menyaksikan saat Anda sedang lepas kontrol. Ia bisa menirukan tindakan Anda di masa mendatang.
Parents, semoga ulasan di atas bermanfaat.