Penelitian terus dilakukan untuk mengetahui penyebab autis yang sering terjadi pada anak, namun alasan jelas mengapa autisme bisa terjadi pada anak masih belum ditemukan. Namun, seorang dokter anak mengklaim telah menemukan penyebab autis pada anak. Berikut ulasannya!
Penjelasan tentang gangguan spektrum autisme (autis)
Gangguan spektrum autisme (autis) adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan perkembangan otak yang berdampak pada cara seseorang memandang dan bersosialisasi dengan orang lain. Kondisi ini biasanya akan menimbulkan masalah dalam interaksi sosial dan komunikasi seseorang.
Mengingat gangguan ini cukup rumit dan tingkat keparahannya bervariasi, mungkin ada banyak penyebab autis. Baik genetika dan lingkungan dapat berperan.
- Genetika. Beberapa gen yang berbeda tampaknya terlibat dalam gangguan spektrum autisme. Untuk beberapa anak, kelainan spektrum autisme dapat dikaitkan dengan kelainan genetik, seperti Rett syndrome atau fragile X syndrome. Untuk anak-anak lain, perubahan genetik (mutasi) dapat meningkatkan risiko gangguan spektrum autisme. Beberapa mutasi genetik tampaknya diwariskan, sementara yang lain terjadi secara spontan.
- Faktor lingkungan. Para peneliti sedang mengeksplorasi apakah faktor-faktor seperti infeksi virus, obat-obatan atau komplikasi selama kehamilan, atau polutan udara berperan dalam memicu gangguan spektrum autisme.
Gangguan spektrum autisme memengaruhi anak-anak dari semua ras dan kebangsaan, tetapi faktor-faktor tertentu meningkatkan risiko autis, yaitu:
- Jenis kelamin anak. Anak laki-laki sekitar empat kali lebih mungkin mengalami gangguan spektrum autisme daripada anak perempuan.
- Sejarah keluarga. Keluarga yang memiliki satu anak dengan gangguan spektrum autisme memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki anak lain dengan gangguan tersebut.
- Gangguan lainnya. Anak-anak dengan kondisi medis tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan spektrum autisme atau gejala seperti autisme. Contohnya anak yang mengidap fragile X syndrome (kelainan bawaan yang menyebabkan masalah intelektual), tuberous sclerosis (tumor jinak berkembang di otak), dan sindrom Rett (suatu kondisi genetik yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan kepala, kecacatan intelektual dan hilangnya kemampuan penggunaan tangan).
- Bayi yang lahir sangat prematur. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu mungkin memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan spektrum autisme.
Dokter temukan penyebab autis pada anak?
Dr. Harvey Karp, seorang dokter anak di Amerika, yang juga merupakan profesor di bidang kesehatan anak menyatakan bahwa dia telah menemukan penyebab autis terjadi pada anak-anak.
Paparan zat kmia EDC sebagai penyebab autis terjadi pada anak
Dr. Karp meyakini, salah satu bahan kimia tertentu yang disebut EDC ( endocrine disrupting chemicals) adalah penyebab autis yang terjadi pada anak-anak. Di Indonesia, bahan kimia ini juga dikenal sebagai BPA (bisphenol A).
EDC banyak terkandung dalam peralatan rumah tangga, terutama yang berbahan plastik, seperti botol air minum, kaleng makanan, bahkan botol susu bayi.
Menurut WHO, EDC bisa menghambat fungsi reproduksi, meningkatkan risiko kanker payudara, juga memengaruhi pertumbuhan fisik anak, perkembangan saraf, serta fungsi imunitas pada anak-anak.
“Setiap orang punya BPA di dalam tubuhnya, karena semua paparan zat kimia yang ia terima. Semua benda berbahan plastik yang Anda miliki mengandung zat berbahaya ini,” kata Dr. Karp.
Lebih lanjut, Dr. Karp juga menjelaskan bahwa BPA memengaruhi hormon dan berbagai dampak negatif lain terhadap tubuh.
“Karena hormon mengatur sinyal di dalam otak, EDC bisa memasuki otak janin sebelum dilahirkan dan mengubah perkembangan otak.”
Dr. Karp meyakini, perbedaan hormon memiliki pengaruh besar karena anak laki-laki lebih sering terkena autis dibandingkan anak perempuan.
Selengkapnya: Penelitian; Alasan mengapa autisme sering terjadi pada anak laki-laki
Mengurangi dampak negatif dari paparan zat kimia BPA dan BPS
Selain BPA, zat kimia BPS juga harus diwaspadai karena memiliki dampak negatif yang serupa. Dan BPS masih bisa terkandung di dalam produk yang memiliki label BPA-free.
Berikut adalah cara untuk mengurangi paparan zat kimia tersebut:
- Jangan membeli terlalu banyak makanan kalengan, karena kaleng bisa mengandung zat kimia BPA atau BPS. Lebih aman membeli bahan makanan segar atau yang dibekukan.
- Belilah produk dengan kemasan berbahan dasar silikon, karena bebas BPA dan BPS
- Hindari penggunaan peralatan plastik yang memiliki label #7. Karena meskipun ia bebas BPA, namun kemungkinan masih menganudng BPS.
Semoga informasi di atas bermanfaat.