Penyakit Lyme merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri genus Borrelia sp yang ditularkan melalui gigitan kutuberkaki hitam yang terinfeksi, umumnya dikenal sebagai kutu rusa. Di Indonesia sendiri, bakteri jenis Borrelia burgdorferi merupakan penyebab penyakit ini. Kendati terdengar sepele, nyatanya bakteri ini dapat mengganggu sistem organ tubuh. Kabarnya, penyakit ini bisa disembuhkan dengan pengobatan ramuan tradisional. Benarkah demikian?
Gejala penyakit Lyme
Parents, gejala setiap orang dapat berbeda dan muncul bertahap. Umumnya penyakit ini ditandai dengan benjolan kecil berwarna merah mirip gigitan nyamuk, lalu disertai tanda berikut dalam kurun waktu satu bulan setelah terinfeksi:
- Timbul ruam dengan area merah meluas di permukaan kulit, biasanya tidak gatal atau menyakitkan dan hanya terasa hangat saat disentuh
- Demam dan tubuh menggigil
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Kelelahan yang tidak seperti biasanya
- Sakit tenggorokan
- Gangguan penglihatan
Beberapa minggu, bulan, atau tahun setelah terjangkit infeksi tak menutup kemungkinan penderita akan mengalami radang selaput yang mengelilingi otak (meningitis), kelumpuhan sementara pada satu sisi wajah (Bell’s palsy), mati rasa pada anggota tubuh, dan gangguan pergerakan otot. Ada beberapa orang yang mengalami masalah jantung dan peradangan hati jika penyakit ini tidak segera diobati.
Perlu diketahui, penyakit Lyme sangat mungkin diderita oleh orang yang bermukim di daerah berumput atau hutan lebat di mana banyak kutu yang bisa saja membawa bakteri penyakit ini. Untuk itu, penting bagi Anda mencegah agar tidak tertular penyakit ini.
Pengobatan ramuan tradisional menjadi kunci penyembuhan penyakit Lyme
Sampai kini, para ahli kesehatan profesional memilih tiga jenis antibiotik dalam mengobati penyakit Lyme antara lain doksisiklin, sefuroksim, dan amoksisilin. Namun, antibiotik tidak selalu efektif memberantas bakteri penyebab penyakit Lyme.
Dengan artian, penyakit ini sangat mungkin bertahan kendati sudah digempur antibiotik. Hal ini disebabkan sel bakteri telah mengembangkan resistensi antibiotik sehingga yang ada bakteri terus berkembang biak.
Kondisi ini mendorong para peneliti mencari cara alternatif untuk memerangi bakteri dengan fokus pada pengobatan ramuan tradisional. Pada 2018, dilakukan penelitian in-vitro yang menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis minyak atsiri nabati yang ampuh melawan bakteri Borrelia burgdorferi.
Tidak berhenti sampai di situ, saat ini para peneliti dari Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg di Baltimore, MD, dan Pusat Kedokteran Fungsional dan Kesehatan Fokus California, Berkeley telah melakukan studi baru yang memperlihatkan ada dua tanaman yang lebih efektif melawan penyakit ini.
Ekstrak tumbuhan herbal ampuh melawan penyakit lyme
“Ribuan pasien Lyme saat ini, terutama mereka yang memiliki gejala stadium lanjut yang belum diobati secara efektif sangat membutuhkan pilihan pengobatan yang efektif dan mudah diakses,” catatan rekan penulis studi Dr. Sunjya Schweig.
Dalam studi mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Medicine – para peneliti menganalisis 14 ekstrak tanaman berbeda yang berpotensi membunuh B. burgdorferi. Lalu, mereka membandingkannya dengan obat yang selama ini digunakan untuk mengobati penyakit Lyme: doksisiklin dan cefuroxime.
Faktanya, terbukti ekstrak dari tujuh tamanam yang ada sukses melawan bakteri serta mikrokoloni bakteri ini – agregat sel bakteri.
Tumbuhan yang dimaksud adalah walnut hitam (Juglans nigra), cakar kucing (Uncaria tomentosa), wormwood manis (Artemisia annua), Mediterranean rockrose (Cistus incanus), kopiah Cina (Scutellaria baicalensis), kina kinina (Cryptolepis sanguinolenta), dan knotweed Jepang (Polygonum cuspidatum).
Bahan aktif di dalamnya yaitu alkaloid yang disebut cryptolepine, yang secara tradisional digunakan orang untuk melawan malaria, hepatitis, septikemia, dan TBC.
“Studi ini memberikan bukti meyakinkan pertama bahwa beberapa herbal yang digunakan oleh pasien, seperti Cryptolepis, black walnut, sweet wormwood, cakar kucing, dan knotweed Jepang memiliki aktivitas yang kuat melawan bakteri penyakit Lyme, terutama bentuk persister yang tidak aktif dan tidak terbunuh oleh antibiotik Lyme saat ini, ”kata rekan penulis penelitian, Prof. Ying Zhang.
Bagaimana nasib pengobatan herbal di Indonesia?
Di Indonesia sendiri, banyak penderita penyakit berat yang turut menjadikan ramuan tradisional dan herbal sebagai pendamping pengobatan yang diberikan dokter. Bahkan, banyak kasus penyakit sembuh oleh pengobatan tradisional tersebut. Lantas, bagaimana pendapat dokter terkait fenomena tersebut?
“Memang tumbuhan herbal di Indonesia saya akui luar biasa untuk menyembuhkan penyakit dan meningkatkan sistem imun tubuh kita. Akan lebih baik lagi kalau ramuan tersebut dibuat dengan teliti berdasarkan dosis yang tepat,” ungkap Prof. Dr Iris Rengganis, SpPD-KAI, Ketua Perhimpunan Alergi dan Immunologi Indonesia dan Guru Besar UI saat ditemui oleh theAsianparent usai acara Forum Diskusi: “Cegah VirusCorona dengan Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh” beberapa waktu lalu.
Prof. Iris menuturkan, sejatinya banyak orang yang melakukan hal ini karena manfaat ramuan herbal tanah air yang luar biasa. Ia tak menampik bahwa sudah seharusnya manusia kembali kepada apa yang tersedia di alam dan memanfaatkan apa yang ada dengan baik.
Bahkan, kini telah ada beberapa tanaman yang sudah teruji klinis dan naik derajatnya menjadi fitofarmaka yang mana pemanfaatannya bisa disetarakan dengan obat kimia modern yang beredar di pasaran.
“Fitofarmaka ini sudah diuji berdasarkan penelitian sehingga bisa didaftarkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sehingga bisa dirasakan khasiatnya. Bayangkan kalau kita minum jamu atau ramuan lain hanya berdasarkan perkiraan dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping yang berbahaya. Dengan demikian, harus ada evident base sebelum mengonsumsi ramuan tertentu,” pungkas Prof.Iris.
Baca juga :
Konsumsi imunostimulan lebih efektif lindungi tubuh dari virus, apa bedanya dengan vitamin?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.