Prevalensi kasus penyakit kanker payudara disebutkan sekitar 16% dari semua kasus kanker yang ada di dunia, dan kanker jenis ini merupakan yang paling banyak terjadi pada perempuan. Lantas, apakah yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit ini dan bagaimana cara mengetahui seseorang mengidap kanker di payudaranya?
Penyakit Kanker Payudara Tertinggi pada Perempuan
Disebutkan Dr. Rika Lesmana, Sp.B., dalam acara Launching Mobile Automated Breast Ultrasound System Screening di Brawijaya Saharjo Hospital, Kamis (21/4/2022), bahwa prevalensi kasus kanker payudara terjadi hampir 17% dari semua kasus kanker yang ada di dunia. Dan sayangnya, kanker payudara adalah yang paling banyak terjadi pada perempuan.
Dr. Bob Andinata, Sp.B(K)Onk, spesialis bedah onkologi di Brawijaya Saharjo Hospital juga mendukung pernyataan di atas. Ia menjelaskan, tepatnya ada 16,6% kasus kanker di Indonesia di mana jumlahnya setara dengan 65 ribu kasus.
Fakta lainnya mengenai jenis kanker ini dikemukakan juga oleh spesialis radiologi Brawijaya Saharjo Hospital Dr. R. Samuel Mananta Sp.Rad(K). Bahwa kasus jenis kanker ini di Asia justru lebih banyak ditemukan pada usia muda dan dalam kondisi stadium lanjut. Padahal, hal ini sebenarnya bisa diketahui lebih cepat sebelum fase stadiumnya masuk pada tahap serius.
Artikel terkait: Air Fryer Dapat Memicu Kanker, Apakah Benar? Cek Dulu Faktanya!
Apa Itu Penyakit Kanker Payudara?
Dr. Bob menjelaskan kanker yang dialami banyak perempuan ini sebagai suatu jaringan abnormal yang timbul terus-menurus di payudaranya dan tidak dapat dikontrol tubuh. Keabnormalan jaringan ini bisa menginfiltrasi jaringan sekitarnya.
Lebih lengkapnya American Cancer Society (ACS) menjelaskan kanker ini sebagai jenis kanker yang dimulai di payudara –bisa dimulai di satu atau kedua payudara- dan dimulai ketika sel-sel mulai tumbuh di luar kendali.
ACS menambahkan, kanker dapat menyebar ketika sel-sel kanker masuk ke dalam darah atau sistem getah bening dan kemudian dibawa ke bagian tubuh yang lain. Jika sel-sel kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, ada kemungkinan lebih tinggi bahwa sel-sel tersebut dapat melakukan perjalanan melalui sistem getah bening dan menyebar (bermetastasis) ke bagian lain dari.
Apa bedanya dengan tumor? Tumor adalah benjolan di payudara yang jinak, bukan kanker (ganas), tidak menyebar ke luar payudara, tidak mengancam jiwa, tetapi bisa juga meningkatkan risiko terkena kanker di bagian payudara –periksakan ke profesional medis untuk diagnosa dan perawatan lebih lanjut.
Artikel terkait: 5 Artis Pria Ini Pernah Kena Kanker Payudara, Ada yang Sembuh dan Meninggal
Lakukan Deteksi Dini
Dr. Rika menjelaskan, risiko kematian yang disebabkan kanker ini sebenarnya bisa sangat dicegah. Caranya adalah dengan memiliki kesadaran melakukan pemeriksaan sejak dini.
Deteksi dini kanker pada bagian payudara bisa dilakukan dengan 2 cara. Yaitu:
- Sadari. Pemeriksaan sendiri yang dilakukan 1 bulan sekali setelah selesai haid, dimulai dari haid pertama (minimal usia 12 tahun). Atau pada perempuan yang sudah menopause yang dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulannya.
- Sadanis. Pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh teknisi atau nakes setiap 1-2 tahun sekali.
Banyak perempuan yang menolak atau menunda pemeriksaan di atas, terutama pemeriksaan sadanis, karena takut dengan proses yang harus dijalani. Menurut dr. Samuel, kesadaran para perempuan dalam memeriksakan kesehatan payudaranya hanya 5%.
Akan tetapi, justru itulah yang membuat banyak pasien dengan jenis kanker ini datang dalam kondisi sudah parah, alias stadium akhir/lanjut dan sulit disembuhkan.
“Jadi jangan takut melakukan pemeriksaan. Setiap perempuan harus memiliki kesadaran untuk kesehatan payudara dan keselamatan diri,” kata dr. Rika.
Dengan pemeriksaan dini, kemungkinan kesembuhannya juga semakin tinggi. Berikut ini tingkat kelangsungan hidup 5 tahun (5 years survival rate) pada pasien:
- Stadium I: 100%
- Stadium II: 92%
- Stadium III: 72%
- Stadium IV: 22%
Artikel terkait: 9 Penyebab Areola Melebar, Salah Satunya Gejala Kanker Payudara?
Inovasi Pemeriksaan Kanker Payudara dan Cara Perawatannya
Sebelumnya, pemeriksaan sadanis yang paling umum diberikan di fasilitas kesehatan adalah mamografi, yaitu proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan pemindaian sinar-X dosis rendah untuk mengetahui jenis dan posisi tumor dan kista –mengurangi mortalitas akibat kanker di bagian payudara.
Akan tetapi, menurut dr. Samuel, pada kasus density breast tinggi sangat sulit untuk mengetahui adanya kanker. Oleh karena itu, diciptakan Automated Breast Ultrasound System Screening (ABUS) yang terbukti lebih akurat.
Akurasi inilah yang memungkinkan dokter memberikan diagnosa dan perawatan. Perawatan kanker di bagian payudara biasanya meliputi:
- Operasi. Pada pasien stadium 1 (kurang 2 cm) biasanya tidak perlu pengangkatan seluruh payudara, hanya sebagian. Payudara masih utuh, setelah itu baru masuk ke perawatan radiasi. Berbeda dengan pasien stadium 2 dan 3 (2-4 cm) yang menurut dr. Bob payudara pasien sudah pasti dibuang. Namun untuk mengatasinya, bisa dilakukan teknik rekonstruksi atau implant payudara.
- Radiasi. Pemeriksaan radiologi berupa USG, mamografi, dan MRI.
- Kemoterapi. Memasukkan zar sitotoksik ke dalam tubuh. Biasanya dimulai pada stadium 2 berdasarkan pemeriksaan imunoiskimia (metoda berdasarkan kemampuan antibodi). Dampaknya bisa mual muntah, diare, mulut kering, dan rambut rontok.
- Hormonal terapi. Dengan obat dan suntik, pemberiannya juga melalui imunoiskimia pada pasien stadium 1-4.
- Imunoterapi (masih dalam fase penelitian)
Oleh karena itu, sekali lagi, jangan takut untuk melakukan deteksi dini terhadap penyakit kanker pada payudara Anda, Bunda. Dengan deteksi dini Anda dapat mencegah perkembangan tumor jinak menjadi ganas, mencegah kanker stadium dini menjadi lebih lanjut, belajar mengenali faktor risiko, dan mengedukasi orang sekitar Anda akan pentingnya Sadari.
Baca juga:
Gatal di bawah payudara bisa menandakan gejala autoimun hingga kanker, hati-hati!