Maraknya obat herbal sebagai penyembuh segala penyakit dan pengobatan alternatif yang penggunaannya di luar medis belakangan ini sedang marak. Termasuk soal penanganan penyakit kulit seperti scabies.
Sebuah grup Facebook bernama Scabies Survivor Indonesia membuat heboh netizen. Sebabnya, mereka menangani scabies lewat cara-cara alternatif yang sungguh tak biasa; menggunakan bahan-bahan kimia yang sejatinya bisa berbahaya.
Apalagi, dalam beberapa percakapannya diketahui bahwa ternyata banyak pemahaman anti vaksin di sana.
Perlu diketahui, scabies biasa dikenal dengan nama kudis di Indonesia. Dalam laman medis Web MD, Kudis adalah kondisi kulit yang sangat gatal akibat tungau kecil yang masuk ke kulit. Rasa gatal ini disebabkan oleh reaksi alergi terhadap tungau.
Kudis menyebar dengan sangat mudah dari satu orang ke orang lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi orang-orang dari segala umur dan dari semua pendapatan, tingkat sosial, dan situasi kehidupan. Namun, utamanya menyerang orang-orang yang sering tinggal bersama dalam sebuah asrama atau pondok pesantren maupun di lingkungan rumah yang lembab.
Di dalam grup tersebut dijelaskan beberapa cara untuk menangani scabies di kulit. Salah satu obat yang digunakan melibatkan Hidrogen Peroxida (Hipe) 3%, borax, dan baking soda, dengan tutorial sebagai berikut:
Cara pertama penyembuhan scabies atau masalah kulit apapun seperti eksim, bisul, jerawat, panu, luka kanker, dan sebagainya adalah dengan cara kulit tersebut dioles dengan kapas yang sudah dicelup dengan Hidrogen Peroxida 3%. Tempelkan hingga beberapa menit sebelum dibiarkan kering.
Cara kedua adalah dengan mandi berendam sehari dua kali menggunakan campuran 2 cangkir Borax dan 1 cangkir Hidrogen Peroxida. Borax bisa diganti dengan Baking Soda/Epsom Salt.
Cara ketiga untuk pemulihan adalah dengan minum 10 tetes hipe 35% dalam segelas air minum sebanyak 3x sehari. Tingkatkan dosis sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan.
Tiga cara di atas disebut dengan protokol ABC. Sekalipun tak ada dokter maupun apoteker di sana, rupanya banyak yang tertarik mempraktekan cara tersebut.
Namun, tak semua langsung tertarik mempraktekannya. Beberapa orang meragukan cara tersebut, terutama setelah menemukan fakta bahwa beberapa anggota grup termasuk sang admin adalah orang yang anti vaksin.
Karena topik mengenai gerakan anti vaksin sedang meluas, ditambah dengan kepercayaan terhadap obat herbal penyembuh segala penyakit a la ‘Si Ratu Herbal’ Jeng Anna sedang banyak dibahas karena dipertanyakan validitasnya, maka segala sesuatu yang tertulis di grup Scabies Survivor Indonesia ini menjadi perhatian banyak netizen.
Namun, benarkah metode penyembuhan Scabies yang disarankan grup dengan lebih dari 2000 anggota tersebut?
“Biasanya, pengobatan scabies bisa menggunakan obat oles anti skabies misalnya skabimite, Scabicid, maupun obat luar sejenis. Untuk mengurangi gatal, bisa gunakan anti histamin. Selain itu, karena penyakit menular, lingkungan juga harus dibersihkan,” terang dokter Abd Halik Malik, MKM.
Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia cabang DKI Jakarta ini menegaskan bahwa konsumsi Hidrogen Peroxida sebagai obat luar biasanya digunakan pada pasien yang kulitnya terluka. Penggunaan Hipe ini adalah sebagai upaya untuk menghindarkan kulit yang luka dari bahaya tetanus.
Karena sifat keasamannya kuat, maka kulit yang tidak terluka sebaiknya jangan sampai terkena Hipe. Sehingga metode berendam dengan Hipe sangat tidak disarankan untuk pasien Scabies.
“Apalagi sampai diminum. Hipe 3% tidak boleh dikonsumsi karena akan mengakibatkan iritasi pada saluran cerna yang dilewatinya. Tak heran jika setelah meminum Hipe, kerongkongan, tenggorokan, dan saluran cerna lain yang dilewatinya akan terasa terbakar.”
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat berada di dalam perut, Hipe akan berubah menjadi oksigen sehingga tubuh akan mengeluarkan gas berupa buang angin maupun sendawa. Secara menyeluruh, reaksi di dalam lambung tidak berbahaya.
Namun menggunakannya sebagai obat yang diminum adalah hal fatal. Karena jelas tertulis bahwa obat tersebut adalah obat luar.
Menurut dokter lulusan Universitas Hasanuddin Makassar ini, pencegahan yang tepat untuk penyakit menular ini adalah dengan cara pemeriksaan kepada seluruh penghuni kamar/rumah serta menjaga kebersihan dan menghindari pakaian, handuk, sarung dan tempat tidur yang lembab. Karena penyebab utama skabies adalah parasit kutu busuk dari lingkungan yang tidak higienis.
Sedangkan, penggunaan baking soda sebagai konsumsi maupun obat luar masih tergolong aman. Begitupun borax sebagai obat luar. Yang bahaya adalah ketika borax tersebut dikonsumsi.
Tangan yang terkena scabies
“Sebenarnya Scabies ini adalah penyakit yang sangat biasa. Pasien cukup ditangani oleh dokter umum saja, tidak perlu sampai ke dokter spesialis kulit. Nantinya akan diberi resep seperti yang saya sebutkan di atas. Yang jelas, resep yang diberikan bukanlah Hipe itu tadi,” tutupnya.
Mengenai iritasi saluran cerna akibat penggunaan Hipe itu dibenarkan oleh dosen Jurusan Farmasi Universitas Syiah Kuala, Meutia Faradilla, M.Si., Apt. Penggunaan Hipe biasa digunakan oleh dunia farmasi sebagai obat luar yang fungsi utamanya adalah desinfektan.
“Orang dewasa dan anak-anak dibolehkan menggunakannya pada kulit luar yang terluka saja. Jika digunakan untuk kumur-kumur, durasi penggunaannya pun tak boleh lama. Sedangkan sebagai obat minum, tidak boleh,” jelas Meutia.
Ia menekankan bahwa kulit yang tidak terluka dilarang keras terkena Hipe karena akan merusak sel kulit yang normal sehingga berendam dengan larutan ini sangat tidak disarankan. Selain itu, penggunaan Hipe di bawah usia 12 tahun harus disertai dengan resep dokter.
Lebih dalam lagi, ia menjelaskan bahwa di dalam dunia farmasi juga terdapat sediaan borax gliserin. Biasanya, sediaan borax gliserin ini digunakan untuk kulit yang kering dan bersisik, “pada kasus scabies, kulit pasien biasanya kasar, sehingga mungkin si pengobatan alternatif (grup Scabies Survivor Indonesia -red) itu pakai gliserin untuk menghilangkan kekasaran pada kulitnya. Tapi, sebenarnya pengobatan scabies tidak cukup hanya dengan hidrogen peroksida dan boraks, karena tidak menghilangkan penyebab scabiesnya.”
Meutia menjelaskan bahwa larutan Hidrogen Peroksida akan bertemu dengan oksigen menghasilkan radikal bebas yang akan merusak struktur sel dari mikroba (baik protein, lemak, maupun DNA) sehingga mikrobanya akan rusak. Tak heran jika penggunaan pada kulit normal luar akan merusak sel dan penggunaan sebagai obat minum akan membuat saluran cerna iritasi.
Agar terhindar dari informasi yang menyesatkan dari berbagai sumber, maka netizen bijak mestinya mempertimbangkan beberapa prinsip berikut ini:
1. Jangan langsung percaya
Teliti dulu sumber informasinya. Jika berdasarkan kesaksian tentang keberhasilan metode pengobatan tertentu, maka Anda harus kritis untuk mencari kesaksian tentang ketidakberhasilannya.
2. Jangan termakan janji menyembuhkan segala penyakit, apalagi dalam waktu yang singkat
Seringkali, penggunaan obat herbal mengklaim bahwa ia dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Padahal setiap obat memiliki kadar tertentu dengan reaksi yang berbeda pada setiap orang.
Hindari percaya pada sebuah saran tentang penggunaan satu resep untuk menyembuhkan penyakit yang beragam.
3. Lihat siapa yang bicara
Pada beberapa distributor obat herbal, mereka akan mengklaim bahwa dirinya adalah seorang konsultan sebuah obat. Maka, sebaiknya Anda kritis melihat latar belakang yang berbicara. Apakah ia dokter, ahli farmasi, ataukah distributor obat tersebut.
Jika ia tampak sebagai anti vaksin, maka Anda dapat langsung meragukan penjelasannya tentang persoalan medis. Apalagi vaksin merupakan hak anak yang apabila dilanggar justru akan berhadapan dengan persoalan hukum di Indonesia yang tidak sepele.
4. Percayakan kesehatan Anda pada dokter
Barangkali, Anda akan mendengar adanya teori konspirasi tentang berbagai hal seputar bisnis dunia medis dan obat-obatan di internet. Namun bagaimanapun, pengobatan ilmiah adalah sesuatu yang teruji dan dapat dikoreksi kebenarannya jika ada kesalahan di dalamnya.
Artikel terkait: Kanker bukan penyakit adalah Hoax yang tersebar lewat WhatsApp.
Jika Anda meragukan satu dokter karena diagnosanya menurut Anda berlebihan atau terkesan menakut-nakuti, maka selalu tersedia opsi kedua dengan bertanya pada dokter lainnya. Hal ini jauh lebih aman daripada bertanya pada distributor obat herbal maupun seseorang yang tidak Anda kenal di internet yang mempromosikan satu obat sebagai penyembuh banyak penyakit.
Jangan lupa bahwa hukum positif di Indonesia bisa memidanakan orang yang menyebar hoax tentang apapun, termasuk hoax dalam hal medis. Untuk itu, sebaiknya Anda lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi terkait dengan urusan medis.
Ada baiknya, sebisa mungkin mendaftarkan keluarga dengan asuransi BPJS kesehatan agar Anda tak perlu ketakutan dengan biaya periksa kesehatan yang melambung. Karena ada banyak penyakit yang sebenarnya bisa diperiksakan ke fasilitas kesehatan tingkat 1 di daerah Anda tanpa perlu banyak khawatir. Apalagi, jika Faskes 1 tidak bisa menangani, Anda bisa mendapat rujukan ke Faskes selanjutnya.
Semoga informasi ini mencerahkan ya, Parents…
Baca juga:
Penjelasan dokter tentang bahaya penggunaan Cristal X
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.